Merindukan Pemimpin Sejati

merindukan pemimpin sejati

Merindukan Pemimpin Sejati – Kepemimpinan identik dengan tanggung jawab, sekalipun kebanyakan manusia menyamakan kepemimpinan dengan kekuasaan, kedudukan, peluang atau kekayaan. hawa nafsulah yang telah merubah cara pandang seseorang terhadap kepemimpinan, sehingga mereka berani berebut amanat yang mereka belum tentu mampu menunaikannya.

Amanat bukanlah perkara yang ringan. tanggung jawab besar ada di pelupuk mata. penyesalan dan kehinaan akan dipikul nya jika amanat disia-siakan. setiap pemimpin akan ditanya perihal kepemimpinannya.

Allah azza wa jalla berfirman:

فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿ ٩٢﴾ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿ ٩٣

Artinya: “Maka demi Rabbmu, kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. bagaimana menjadi seorang pemimpin yang sejati? konsep yang semacam apa yang harus kita terapkan dalam menjalankan roda kepemimpinan? ikuti ulasan sederhana berikut ini.” (QS. al-Hijr[15]: 92-93)

  1. Pemimpin yang baik berawal dari diri sendiri

Maksudnya adalah bahwa seorang pemimpin sejati harus membuktikan kepada diri sendiri sebelum memerintah atau melarang orang lain. dan inilah yang disebut hikmah dalam memimpin.Al-Mujahid rahimahullah berkata “Al-hikmah adalah ketetapan dalam ucapan dan perbuatan.” begitu juga perjalanan hidup para Nabi sebelum mereka menjadi pemimpin umatnya, mereka dikenal oleh kaum mereka dengan kemuliaan akhlak. di antara contohnya adalah Nabi Shalih ‘Alaihissalam.

Allah Ta’ala berfirman:

قَالُوْا يٰصٰلِحُ قَدْ كُنْتَ فِيْنَا مَرْجُوًّا قَبْلَ هٰذَآ

Artinya: “Kaum Tsamud berkata: sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan.” (QS Hud [11]: 62)

Asy-Syaikh Abdurrahman as-Sa’di Rahimallahu berkata, “ini adalah persaksian mereka atau kaum Stamud atas nabi mereka, yaitu Shalih bahwa beliau dikenal dengan kemuliaan akhlak dan kebaikan sifat. Dan beliau adalah orang yang terbaik di kaumnya.”

Begitu pula para nabi, mereka adalah orang-orang yang berakhlak mulia dan memiliki citra positif di kalangan kaum mereka.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَزَكَرِيَّا وَيَحْيَىٰ وَعِيسَىٰ وَإِلْيَاسَ ۖ كُلٌّ مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

Artinya: “Dan Zakaria, Yahya, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang shalih.” (QS. al-An’am[6]: 85)

Asy-Syaikh Abdurrahman as-Sa’di Rahimahullah berkata, ” para nabi termasuk orang-orang yang shalih di dalam akhlak, perbuatan ilmu mereka. Bahkan mereka adalah pemimpin dan penghulu orang-orang shalih.” kontradiksi antara perbuatan dan perkataan adalah tanda kegagalan pemangku amanah. seorang pemimpin yang berbicara tentang korupsi, sedangkan dirinya ternyata ikut melakukan korupsi, maka perbuatannya akan menghapus Sekian banyak ucapannya yang baik. Oleh karena itu, Nabi Syu’aib Alaihis salam berkata:

قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰاكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ

Artinya: “Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu dengan mengerjakan apa yang aku larang. aku tidak bermaksud kecuali mendatangkan perbaikan Selama aku masih berkesan berkesangkupan dan tidak ada Taufiq bagiku melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepadaNya lah aku kembali.” (QS. Hud[11]: 88)

Maka pemimpin yang sejati adalah yang memulai kebaikan dari dirinya sendiri sebelum memerintahkan kepada orang lain.

  • Sifat pemimpin sejati

Seorang pemimpin sejati akan senantiasa menjalankan amanah dan tugas yang diembankan kepadanya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِه ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat.” (QS. an-Nisa[4]: 58)

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

اَدِّ ألامانة الى من ائتمنك و لا تختلف من خانك

Artinya:  “Tunaikanlah amanah kepada orang yang memberimu amanah. Dan janganlah menghianati orang yang mengkhianatimu” (HR. Tirmidzi dalam sunannya)

maka takutlah engkau wahai saudaraku berharap terhadap amanah yang ada di pundakmu. janganlah engkau melalaikannya karena mencari kelezatan dunia yang sifatnya sementara karena engkau akan ditanya tentang amanah ini!

  • Jujur dan cakap dalam bekerja

Kejujuran adalah syarat mutlak bagi seorang yang bekerja karena bentuk menunaikan amanah adalah berbuat jujur dan tidak khianat. seorang pemimpin juga harus cakap dalam menunaikan tugas, bukan hanya menumpang nama tapi tidak pernah kerja, bukan hanya formalitas tapi tidak ada wujud kerja nyatanya: syarat dua ini jujur dan cakap Allah sebutkan dalam firmannya:

قَالَتْ اِحْدٰاهُمَا يٰاَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ ۖاِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْاَمِيْنُ

Artinya: “salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Wahai bapakku Ambillah ia sebagai orang yang bekerja pada kita, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja pada kita ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. ” (QS. al- Qashash[28]: 26)

  • Tawadhu’

pemimpin yang sukses adalah yang menyampaikan sikap tawadhu’ (rendah hati), menunjukkan bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa. Apa yang diraih dari keberhasilan program, prestasi yang tinggi semata-mata karunia dari Allah bukan usaha pribadi.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۚ اِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْاَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُوْلًا

Artinya: “dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan berkali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung” (QS. al-Isra[17]: 37)

  • Menjaga diri dari harta haram

posisi yang strategis dengan kursi yang megah dan empuk membuat sebagian pemimpin Buta Hati dan matanya. Proyek yang seharusnya tidak perlu malah disetujui. biaya yang seharusnya bisa dihemat malah dimanipulasi. semua ini harus dijauhi haram hukumnya karena Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

يااَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil.” (QS. an-Nisa’ [4]: 29)

maka wajib bagi para pemangku amanah untuk membersihkan dirinya dari harta yang haram Jadi janganlah posisinya sebagai pemimpin dijadikan alat untuk merengguk keuntungan pribadi dengan membuat tipu muslihat membuat laporan palsu korupsi, dan sebagainya.

  • Bagus dalam mengatur urusan

Pemimpin yang cerdas adalah yang mampu membuat keputusan yang tepat dan mampu menyelesaikan segala kendala yang dihadapi dengan baik dan benar karena ini termasuk bentuk menunaikan amanah sesuai dengan porsinya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

فإذا ضيّعت الامنة فانتظر السّاعة

Artinya:  “apabila amanat telah disia-siakan maka tunggulah hari kiamat.” (HR. Muslim, dll)

  • Memiliki perencanaan yang baik

Untuk membuat suatu program dan rencana yang baik diperlukan pemikiran yang tepat. karena dari hasil olah pikir ini akan keluar rencana dan keputusan yang mendukung program tersebut. Pelajaran berharga seperti ini bisa kita temui contohnya dalam Alquran, diantaranya ketika Allah mengisahkan Nabi Yusuf Alaihis salam. Yusuf berkata:

قَالَ تَزْرَعُوْنَ سَبْعَ سِنِيْنَ دَاَبًا فَمَا حَصَدْتُّمْ فَذَرُوْهُ فِيْ سُنْۢبُلِه اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تَأْكُلُوْنَ ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَّأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تُحْصِنُوْنَ ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ عَامٌ فِيْهِ يُغَاثُ النَّاسُ وَفِيْهِ يَعْصِرُوْنَ

Artinya: “supaya kamu bertanam tujuh tahun lamanya sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu Biarkan di bulirnya Kecuali sedikit untuk kamu makan. kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya tahun sulit Kecuali sedikit dari bibit gandum yang kamu simpan. kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan dengan cukup dan di masa itu mereka memeras anggur.” (QS. Yusuf[12]: 47-49)

demikianlah wahai para calon pemimpin rumusan dan perencanaan yang baik akan membuahkan hasil yang maksimal, bukan hanya membuat program yang Wah manapun hasilnya sangat minim.

  • Berbuat adil, bijaksana dan tidak semena-mena

Adil secara bahasa adalah menghukumi dengan benar. yaitu pertengahan antara sifat berlebihan dan meremehkan. sungguh Keadilan adalah asas tegaknya kebaikan di muka bumi. sebaliknya kecurangan dan kezaliman adalah asas kejelekan dalam Setiap perkara. Allah berfirman mengisahkan Nabi Syu’aib radhiyallahu anhu berkata:

وَيَٰقَوْمِ أَوْفُوا۟ ٱلْمِكْيَالَ وَٱلْمِيزَانَ بِٱلْقِسْطِ ۖ وَلَا تَبْخَسُوا۟ ٱلنَّاسَ أَشْيَآءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا۟ فِى ٱلْأَرْضِ مُفْسِدِينَ

 Artinya: “Hai kaumku, cukuplah takaran dan timbangan dengan adil dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.” (QS. Hud [11]: 85)

Seorang pemimpin sejati adalah yang mampu berbuat adil dan bijaksana dalam mengurus bawahannya membagi pekerjaan secara adil, tidak memberatkan dan membebani di luar kesanggupan anak buahnya, selalu mawas diri untuk tidak berbuat aniaya karena perbuatan zalim adalah kegelapan pada hari kiamat.

  • Berakhlak mulia

Orang yang punya akhlak sopan santun, dan adab adalah tanda jiwa yang mulia pemimpin yang punya tata krama dan akhlak akan tinggi derajatnya di mata orang lain. Pemimpin yang selalu menebar senyuman, bersifat lembut selalu berterima kasih terhadap pekerjaan yang baik mampu menahan emosi pemadam memudahkan urusan adalah tanda kebaikan jiwa sang pemimpin.

  • Menjaga kesucian diri

Kehormatan diri dalam bahasa Arab disebut dengan ‘iffah, yaitu menahan diri dari perbuatan yang jelek dan tidak pantas. Hal ini baik dalam perkata, berbuat, dan berinteraksi dengan khayalan manusia. Sungguh alangkah banyaknya para pemimpin yang tidak bisa menjaga kesucian dirinya ketika Tahta sudah diduduki, maka harta yang haram dan dunia wanita Menjadi santapan sehari-harinya allahul musta’an padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam selalu berdoa ya Allah aku memohon kepadaMu petunjuk, ketakwaan, kesucian diri, dan kecukupan. ”

  • Selalu bermusyawarah

Musyawarah Sebelum menetapkan suatu perkara adalah sifat terpuji dari seorang pemimpin. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sering meminta pendapat para sahabatnya sebelum memutuskan suatu urusan karena inilah yang diperintahkan oleh Allah dalam firmannya:

وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya: “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepadanya.” (QS. Ali-Imran [3]: 159)

  • Menerima nasihat dan masukan

Orang yang diberi Taufik adalah orang yang menerima nasihat. Seseorang, bagaimanapun bagusnya dia, tetap membutuhkan nasehat sebagai bahan intropeksi diri untuk memperbaiki ke arah yang lebih baik. Andaikan tidak ada kritik, nasehat tentulah orang yang bersalah tidak akan tahu kesalahannya. Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata, “kami mendapat segolongan manusia dan mereka adalah orang yang senang jika dikatakan kepada mereka; bertaqwalah engkau kepada Allah. mereka hari itu menjadi orang-orang yang merasa bersalah dan akan teguran tersebut.

Demikianlah sebagian sifat-sifat seorang pemimpin sejati sebenarnya masalah kepemimpinan sudah dicontohkan langsung secara ucapan dan praktik oleh nabi kita Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Sebab itu, jika kita ingin mengangkat seorang pemimpin, Pilihlah yang sesuai dengan karakter para pemimpin hebat dari mulia mulai nabi kita Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, para Khulafaur Rasyidin, dan para pemimpin bijak dan hebat setelahnya. Allahu a’lam.

 

Referensi:

Majalah Al Furqan Edisi 9 tahun ke-13

Ditulis oleh ustadz Abdillah Syahrul Fatwa bin Lukman  حفظه الله

Diringkas oleh: Dinda oktarinna (pengabdian ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.