Sungguh Allah ﷻ menciptakan manusia untuk suatu tujuan yang mulia, yaitu untuk beribadah kepada Allah semata tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain. Allah ﷻ berfirman :
وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون(56)
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51] : 56)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kita untuk dua perkara. Pertama, beribadah kepada Allah ﷻ dengan cara sesuai syari’at yang telagh Allah tetapkan. Kedua, tidak menyerahkan ibadah itu kepada selain-Nya.
Artinya seorang mukmin harus menjadi hamba Allah ﷻ selama hayatnya. Statusnya sebagai hamab Allah ini tidak boleh lepas darinya walaupun sesaat, untuk itulah tujuan kita dicipkatakan. Itulah status tertinggi yang diraih seorang insane yaitu menjadi hamba Allah ﷻ yang sejati. Allah telah menyematkan gelar ini kepada hamba-Nya yang paling mulia yaitu Nabi Muhammad ﷺ . Allah ﷻ berfirman :
سبحان الذي أسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام إلى المسجد الأقصى الذي باركنا حوله لنريه من آياتنا إنه هو السميع البصير(1)
Artinya : “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Isra [17] : 1)
Umur yang Allah berikan kepada kita ini merupakan sebuah anugrah dan karunia yang teah Allah berikan kepada hamba-Nya. Satu hari Allah berikan 24 jam, itulah waktu yang harus kita pergunakan dengan sebaik-baiknya agar menjadi hamba Allah yang sejati.
Oleh Karena itu Rasulullah ﷺ menyampaikan sebuah wasiat yang sangat agung bagi kita, Rasulullah ﷺ bersabda :
اغتنم خمسًا قبل خمسن : شبابك قبل هرمك وصحّتك قبل سقمك وغناك قبل فقرك وفراغك قبل شغلك وحياتك قبل موتك
Artinya : “pergunakan yang lima sebelum dating yang lima (yaitu) masa tua sebelum masa tuamu, masa sehat sebelum masa sakit, masa kayamu sebelum dating masa miskinmu, masa luangmu sebelum dating masa sibukmu, masa hidupmu sebelum daang kematianmu” (Hadits Shahih diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam mustadraknya, IV/306 ; Abu Nu’aim, IV/ 148 dalam al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah, V/182 Ibnu Mubarak dalam kitab az-zuhd, no.2 al-Ajaluni dalam kasyful khafa, I/167; Ibnu Abi Syaibah, XII/223 dan dicantumkan dalam Shahihul Jami’, no.1077)
Sesungguhnya hidup adalah kumpulan hari-hari alangkah ruginya kita, bila terus dibuai angan-angan sehingga lupa memperbaiki diri. Mestinya, kita berpindah dari satu bentuk ibadah kepada bentuk ibadah lainnya. Allah ﷻ berfirman :
فإذا فرغت فانصب (7) وإلى ربك فارغب (8)
Artinya : “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (7) dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (8)” (QS Al-Insyirah : 7-8)
Ketika menjelaskan ayat ini, Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengataka, “Apabila engaku telah selesai mengerjakan suatu tugas maka bersiap-siaplah mengerjakan tugas yang lainnya, janganlah menyia-nyiakan kesempatan. Oleh karena itu, kehidupan orang yang berakal adalah kehidupan yang penuh semangat. Setiap kali selesai mengerjakan satu tugas, ia bersiap mengerjakan tugas yang lain. Karena waktu akan terus berlalu, baik kita dalam keadaan terjaga maupun tidur, sibuk maupun lowong. Waktu terus berjalan, tidak ada seorangpun yang mampu menahannya. Sekiranya semua manusia bersatu padu untuk menahan matahari supaya waktu siang bertambah panjang niscaya mereka tidak akan bisa melakukannya. Tidak ada seorangpun yang dapat menahan waktu. Karena itu, jadikanlah hidupmu hidup yang penuh semangat. Jika engaku selesai mengerjakan urusan dunia, hendaklah engkau melanjutkannya dengan mengerjakan urusan akhirat. Sebaliknya, jika engkau selesai mengerjakan urusan akhirat lanjutkanlah dengan urusan dunia. Apabila engkau telah selesai mengerjakan shalat Jum’at, bertebarlah di muka bumi dan carilah karunia Allah ﷻ . Shalat Jum’at diapit oleh dua urusan dunia.
Allah ﷻ berfirman :
يا أيها الذين آمنوا إذا نودي للصلاة من يوم الجمعة فاسعوا إلى ذكر الله وذروا البيع ذلكم خير لكم إن كنتم تعلمون (9) فإذا قضيت الصلاة فانتشروا في الأرض وابتغوا من فضل الله واذكروا الله كثيرا لعلكم تفلحون (10)
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (9) Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (10)” (QS. Al-Jumu’ah : 9-10)
Tabib penyakit hati, Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Memanfaatkan waktu lebih berat daripada memeperbaiki masa lalu dan masa depan. Memanfaatkan waktu berarti melakukan amal-amal paling utama, paling berguna bagi diri dan paling banyak membawa kebahagiaan. Dalam hal ini manusia terbagi menjadi beberapa tingkatan. Demi Allah, itulah kesempatanmu mengumpulkan bekal untuk menyongsong akhirat, ke surga atau ke neraka.”al-fawa’id, hlm. 115
Waktu terus berjalan usia kita terus bertambah. Sungguh merugi, orang yang tidak mengisi harinya untuk menjadi hamba Allah ﷻ yang sejati. Manusia seperti ini laksana mayat hidup yang berjalan, mati sebelum waktunya. Hidupnya tidak bermakna sama sekali.
Imam Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan “merupakan hak Allah ﷻ atas hamba-Nya disetiap waktu yang berlalu dalam hidupnya untuk menunaikan kewajiban ubudiyah yang ia persembahkan untuk kepada Allah ﷻ dan untuk mendekatkan dirinya kepada-Nya. Jika seorang hamba mengisi waktunya dengan ibadah yang wajib ia lakukan, maka ia akan maju menuju Allah ﷻ . sebaliknya, jika ia isi dengan mengikuti hawa nafsu, bersantai ria atau menganggur, ia akan mundur. Seorang hamba kalau tidak melangkah maju, ia pasti bergerak mundur. Tidak ada yang berhenti ditengah jalan”. Allah ﷻ berfirman :
لمن شاء منكم أن يتقدم أو يتأخر (37)
Artinya : “(yaitu) bagi siapa diantaramu yang berkehendak akan maju atau mundur” (QS.Al-Mutdattsir : 37)
Imam Ibnu Qayyim melanjutkan, “jika tidak maju, ia pasti mundur. seorang hamba senantiasa berjalan tidak berhenti. Kalau tidak keatas , pasti kebawah kalau tidak maju pasti mundur. Itulah detik-detik kehidupan yang berlalu dengan cepat menuju surge atau neraka. Ada yang melaju cepat ada juga yang bergerak lamban. Ada yang terus maju ada juga yang terus mundur. Tidak ada seorangpun yang berhenti ditengah jalan”. Nabi Muhammad ﷺ bersabda :
كل الناس يغدو فبائع نفسه فمعتقها أو موبقها
Artinya : “setiap hari semua orang melanjutkan perjalanan hidupnya, keluar mempertaruhkan dirinya! Ada yang membebaskan dirinya dan ada pula yang mecelakakannya” (HR. Muslim No.223)
Setiap insan melanjutkan perjalanannya, ada yang menjual perjalanannya, ada yang menjual dirinya kepada Allah ﷻ:
إن الله اشترى من المؤمنين أنفسهم وأموالهم بأن لهم الجنة (111)
Artinya : “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan jannah untuk mereka.” (QS.At-Taubah : 111)
Dan adapula yang menjualnya kepada setan yang senatiasa mengintai. Imam Ibnu Qayyim melanjutkan, “Barang siapa yang tidak mengisi waktunya untuk Allahﷻ , dan dengan petunjuk Allah ﷻmaka baginya mati lebih baik daripada hidup ! apabila seorang hamba sedang mengerjakan shalat, maka ia hanya memperoleh bagian sholat yang ia lakukan dengan khusyuk. Ia tidak memperoleh bagian apapun dari hidupnya kecuali yang dijalaninya dengan petunjuk Allah ﷻ dan ditunjukkannya semata-mata untuk Allah ﷻ“
Sesungguhnya Allah ﷻ telah membuka pintu-pintu kebaikan. Rasulullah ﷺ telah menjelaskan sunnah-sunnah yang dapat dikerjalan oleh seorang muslim sehari semalam. Simaklah penuturan dari Imam adz-Dzahabi rahimahullah : “Seandainya seseorang menamatkan al-qur’an dengan tartil dalam waktu satu pekan, dan ia secara rutin mengamalkannya tentu akan menjadi amalan yang paling utama. Sesungguhnya agama ini mudah, Demi Allah ﷻ ! membaca sepertujuh al-qur’an dengan bacaan yang tartil dalam sholat tahajjud diserai dengan menjaga shalat-shalat nawafil lainnya, seperti shalat dhuha dan tahiyyatul masjid, disertai dengan dzikir-dzikir yang ma’tsur dan shahih, doa-doa harian dan dzikir setelah shalat-shalat fardhu, pada waktu sahur, menuntut ilmu yang bermanfaat serta menyibukkan diri dengannya secara ikhlas. Mengerjakan sholat berjama’ah dengan khusyu’ dan thuma’ninah dengan ketundukkan dan keimanan, serta melaksanakan kewajiban-kewajiban, meninggalkan dosa-dosa besar, memperbanyak do’a dan istighfar, memperbanyak sedekah, menyambung tali silaturrahmi, bersikap tawadhu da ikhlas dalam melaksanakan itu semua. Sungguh merupakan suatu kesibukan yang sangat agung, dan merupakan maqam (kedudukan) golongan kanan dan wali-wali Allah ﷻ serta orang-orang yang bertakwa. Sungguh semua itu adalah perkara-perkara yang dituntut.” Seandainya kita menerapkan sunnah-sunnah Nabi ﷺ seperti yang disebutkan oleh Imam adz-Dzahabi diatas niscahya separuh hari kita terpakai untuk mengamalkannya, seperti kata beliau itu merupakan sebuah kesibukan yang agung yang menghabiskan sebagian besar waktu kita.dan hanya tersisa sedikit kesempatan saja utnuk menganggur tanpa amal kebaikan. Hanya saja manusia sering tertimpa dua penyakit yang menghalanginya dari semua itu, yaitu malas dan taswif (menunda-nunda amal). Oleh karena itu Rasulullah ﷺ senantiasa berlindung dari kedua sifat tersebut.
-
AMALAN SEHARI SEMALAM
Beberapa bentuk amal yang dapat kita lakukan sehari semalam diantaranya :
-
Shalat fardhu, ini merupakan rukun Islam yang kedua yang wajib dilakukan oleh setiap muslim yang baligh dan berakal. Kewajiban ini tidak gugur kecuali kepada wanita yang haidh atau nifas.
-
Shalat sunnah rawatib yang mengiringi shalat fardhu, yaitu melakukan dua rakaat ketika fajar sudah menyingsing (shalat sunnah fajar), melakukan shalat empat rakaat qobla dzuhur dan empat rakaat ba’da dzuhur, melakukan shalat dua rakaat ba’da magrib dan shalat dua rakaat ba’da isya, dilanjutkan dengan tahajjud dan shalat witir.
-
Shalat dhuha, termasuk didalamnya shalat awwabiin yaitu shalat yang dilakukan diakhir waktu dhuha dan shalat isyraq yang dilakukan diawal waktu dhuha, yakni ketika matahari muncul.
-
Shalat malam
-
Shalat sunnah sesudah bersuci
-
Shalat sunnat dua rakaat setelah ashar, selama matahari belum menguning
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata “dua rakaat yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah ﷺ baik sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan dua rakaat sebelum shalat shubuh dan dua rakaat setelah shalat ashar” (HR. Bukhari, no.295 dan Muslim, no.538)
-
Shalat Taubah
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata “aku mendengar Rasulullah ﷺ ” : “tidaklah seorang hamba melakukan perbuatan dosa kemudian dia berdiri, lalu berwudhu dan mengerjakan shalat, kemudian memohon ampun kepada Allah ﷻ kecuali Allah ﷻ akan mengampuninya” (HR.Tirmidzi dan Abu Dawud dan dihasankan oleh al-Albani rahimahullah dalam Sunan Tirmidzi, no.406)
-
Shalat witir sebelum pergi tidur, Abu Hurairah rahimahullah berkata : “kekasihku telah mewasiatkan tiga perkara kepadaku dan aku tidak akan pernah meninggalkannya sampai aku mati : pasa tiga hari setiap bulan, shalat dhuha dan mengerjakan shalat witir sebelum pergi tidur.”
-
Menjaga wudhu, Rasulullah bersabda :
لا يحافظ على الوضوء إلا مؤمن
Artinya : “Tidak ada orang yang menjaga wudhu, kecuali dia orang mukmin” (HR. Ibnu Majah)
-
Dzikir-dzikir setelah shalat fardhu
-
Dzikir-dzikir mutlak, maksudnya dzikir-dzikir yang dibaca tanpa terkait tempat maupun waktu tertentu.
Dan masih banyak lagi amalan-amalan lain yang bisa kita kerjakan untuk beribadah kepada Allah ﷻ dalam sehari semalam, asalkan segala sesuatunya kita lakukan dengan dasar niat yang ikhlas karena Allah ﷻ .
Merutinkan amalan-amalan ini akan mendatangkan keutamaan yang baik pada hamba-Nya, diantara apabila seseorang jatuh sakit atau terhalang untuk melakukan amalan-amalan yang biasa dia lakukan misalnya karena bersafar, maka Allah ﷻ akan tetap menulis pahala untuknya, atau orang yang biasa melaksanakan shalat tahajjud lalu suatu kali ia terkalahkan oleh tidurnya, maka ia tetap mendapatkan pahalanya.
Intinya, kesempatan kita sebagai seorang muslim untuk beribadah kepada Allah ﷻ itu sangat terbuka lebar karena Allah ﷻ telah memberikan kita banyak waktu, akan tetapi kita sering kali lalai darinya dan tidak memanfaatkan kesempatan yang telah Allah ﷻ berikan. Wallahu a’lam bish shawab
Referensi Majalah As-Sunnah No.11/Thn.XIV Rabiul Tsani 1432 H Maret 2011 M. Judul “Menjadi Hamba Allah 24 Jam” hlm. 21-27. Disusun oleh Ustadz Abu Ilsan al-Atsari.
Oleh Salma Nadhir Fadhilah (Idad Muhaffidzat Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)
Leave a Reply