Mendidik Balita Mengenal Agama – Mendidik anak bukan dimulai sejak memasuki usia sekolah, tetapi hendaknya anak dididik sejak usia dini. bahkan sejak anak masih dalam kandungan ibunya. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa pertumbuhan otak anak berlangsung dengan kecepatan yang tinggi dan mencapai proporsi terbesar (sekitar 90%) dari jumlah sel otak normal) selama anak tersebut berada dalam kandungan ibunya. Sisanya, sekitar 10% dari kapasitas, berkembang dengan agak lambat sampai anak berusia 24 tahun. Perkembangan otak tersebut harus dirangsang dengan pendidikan spiritual, intelegensi, psikologi dan sosial.
Mendidik anak sejak usia balita merupakan sarana membentuk dasar kepribadian dan kecerdasan anak pada usia dewasanya kelak. Apa yang diajarkan oleh orang tua sebagai guru pertama bagi si anak akan terekam dalam ingatan bawah sadarnya, sehingga pelajaran-pelajaran itu senantiasa diingatnya hingga ia dewasa. Mendidik dan mengajar anak dengan baik pada usia balita merupakan kunci sukses dalam pendidikan yang sesungguhnya, karena anak pada usia itu masih putih dan polos, sehingga dapat diwarnai dengan pendidikan yang Islami.
Pendidikan terhadap balita memerlukan pendekatan tersendiri yang berbeda dengan pendidikan orang dewasa. Pendidikan khusus balita harus sesuai dengan kondisi anak-anak, yaitu suka bermain dan bersuka cita.
Sebelum Pendidikan Dimulai
Memilih Pendidik
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ ﴿٦﴾
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim [66] : 6)
Ayat tersebut merupakan surat cinta dari Allah buat hamba-Nya. Bukti cinta dari Allah adalah berupa diingatkannya kita untuk menyelamatkan diri dan keluarga kita dari siksa neraka yang amat pedih.
Ada pun sarana untuk menyelamatkan diri dan keluarga dari siksa neraka adalah dengan cara mengadakan pendidikan dalam keluarga. Pendidikan keluarga hendaknya bermuara pada apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, sehingga ukuran baik buruk, benar salah, serta halal haram sesuai dengan apa yang telah digariskan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Permulaan dari pendidikan keluarga Anda adalah memilih pendidik yang ideal. Pendidik yang dimaksud disini bukan sekedar guru yang hanya mengerjakan kewajibannya berupa mengajar. Lebih dari itu, pendidik tersebut adalah seseorang yang berkenan menemani Anda dari sebelum Anda memiliki anak, sampai dengan Anda mendidik anak Anda bersama dengannya. Pendidik itu adalah pasangan hidup Anda. Seorang suami atau istri bagi Anda.
Pekerjaan berat bagi Anda yang hendak menikah adalah memilih seseorang yang tepat untuk mendampingi Anda. Kriteria tepat tidak sekedar ia tepat menjadi seorang suami atau istri saja, melainkan juga tepat menjadi pendidik bagi anak-anak Anda kelak. Sebelum memasuki gerbang pernikahan sudah selayaknya bagi setiap pribadi untuk mempersiapkan dirinya dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat, karena kelak ilmu itulah yang akan diajarkan kepada putra-putrinya.
Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah berkata, “Allah akan menagih tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Siapa yang meremehkan pendidikan mereka dan menelantarkan begitu saja, berarti ia telah gagal. Kebanyakan perilaku buruk anak bersumber dari kesalahan orang tua. Pengabaian nasib pendidikan mereka sangat bertentangan dengan dien (agama) dan As-Sunnah.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ, وَهُوَ مَسْؤُلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya: “Seorang suami adalah pemimpin bagi keluarganya dan harus mempertanggung jawabkan kepemimpinannya.”[1]
Kewajiban yang berat dari seorang suami atau ayah, menuntut bagi setiap wanita untuk bersikap bijak dalam memilih calon suami atau calon ayah bagi anak-anaknya. Memilih calon suami yang tepat sama artinya dengan memilihkan anak-anak Anda seorang pendidik yang siap menjadi imam dan mengarahkan mereka. Sebaliknya, salah memilih sama artinya dengan Anda menjerumuskan masa depan Anda dan anak-anak dalam pendidikan yang tak sesuai dengan tuntunan agama.
Seorang ibu, ia juga berkewajiban mendidik anak-anaknya. Apalagi sosok ibu adalah sosok yang paling dekat dan paling sering berinteraksi dengan anak. Allah telah membekali seorang ibu dengan dua hal besar, yang dapat menjadikan setiap ibu sebagai pendidik yang paling besar. Dua hal itu adalah kasih sayang yang tak terbatas, dan kesabaran yang tiada bertepi.
Ibu adalah ustadzah bagi anak-anaknya. Pendidikan yang pertama dan paling utama bagi setiap anak adalah pendidikan yang diselenggarakan di dalam keluarga. Pendidikan yang tidak sekedar mengajar, tetapi juga mendidik. Ibu yang mungkin memiliki waktu lebih untuk menemani buah hatinya di tuntut harus bisa menjadi ustadzah yang baik di dalam keluarganya. Kewajiban inilah yang nantinya akan diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Dan seorang istri pun menjadi pemimpin bagi rumah tangga suaminya, dan ia juga harus mempertanggungjawabkan kepemimpinannya itu.”[2]
Pendidikan orang tua terhadap anaknya, akan dimintai pertanggungjawaban di hari kiamat kelak. Karena itu, bersungguh-sungguh dalam mendidik anak merupakan kewajiban yang harus ditunaikan. Adapun mendidik anak, yang paling utama adalah pendidikan di dalam keluarga. Selanjutnya, pendidikan di luar keluarga.
Mengetahui Tujuan Mendidik Anak
Pendidikan anak memiliki tujuan mulia, yaitu membentuk pribadi anak yang shalih dan shalihah, mendekatkan diri kepada Allah dalam rangka menggapai ridha-Nya. Anak yang memiliki keimanan kuat perlu dipersiapkan sejak dini mengingat persoalan kehidupan yang akan dihadapi begitu berat. Hanya orang-orang yang memiliki keimanan kuat yang akan mampu bertahan menghadapi beratnya berbagai tantangan kehidupan. Orang yang semacam inilah yang harus dipersiapkan dengan pendidikan Islami yang bermula dari rumah.
Pendidikan anak dalam Islam juga memiliki beberapa tujuan lain, di antaranya :
- Membentuk anak sebagai insan yang bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Ia mengerti dan memahami ilmu agama, kemudian mampu mengamalkan dan mendakwahkannya, serta bersabar tatkala mempelajari, mengamalkan dan mendakwahkan ilmu agama. Model semacam ini hanya dapat dibentuk melalui pendidikan agama.
- Membentuk anak sebagai generasi yang kuat. Kuat yang dimaksud adalah kuat secara iman, fisik, mental, keterampilan, ekonomi, dan sebagainya. Karena itu, anak harus dibentuk sebagai pribadi yang memiliki kekuatan dengan cara menjalankan pendidikan yang baik di dalam rumah, dan memberikan pendidikan tambahan di luar rumah melalui lingkungan maupun sekolah.
- Tujuan yang tak kalah penting bagi orang tua dalam rangka mendidik anak adalah menjadikan anak tersebut sebagai anak shalih yang selalu mendoakan orang tuanya, baik tatkala orang tua masih hidup maupun setelah meninggal. Mengenai hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Bila anak keturunan Adam meninggal, terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara; shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang senantiasa mendoakan (orang tuanya).”[3]
Mendidik Pra Lahir
Masa janin (pre-natal atau pralahir) sampai dengan usia remaja (sekitar 15 tahun) merupakan periode yang sangat menentukan bagi pembentukan kualitas seseorang. Namun demikian, dari masa itu, periode yang paling kritis dan perlu mendapatkan perhatian serius adalah tatkala anak berusia di bawah lima tahun (balita), termasuk pula masa ketika anak masih berada di dalam kandungan.
Keadaan di dalam kandungan dapat dikatakan sebagai fenomena yang penuh dengan keajaiban dan keagungan. Di antaranya, otak dan indra pendengaran bayi yang ada di dalam kandungan ibunya sudah mulai berkembang. Seorang bayi dapat merasakan apa yang terjadi di luar kehidupannya. Ia mendengar suara ibunya, ia juga mendengar suara-suara lain yang ada di sekitarnya. Meskipun ia ada di dalam rahim seorang ibu yang bernuansa gelap dan sepi, namun ia dapat merasakan setiap detak kehidupan yang ada di dunia luar.
Otak bayi di dalam kandungan mengalami perkembangan dengan kecepatan yang luar biasa dan mencapai proporsi terbesar, yaitu 90% dari jumlah sel otak normal. Baik buruknya fungsi otak pada bayi sangat dipengaruhi faktor-faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak itu sendiri. Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan otak bayi dalam kandungan adalah sebagai berikut :[4]
- Emosi dan Kejiwaan
Ibu harus mampu mengontrol emosinya dengan baik. Salah satu cara untuk mengontrol emosi adalah berusaha menjaga keharmonisan dengan suami dan sebisa mungkin menghindari hal-hal yang dapat melahirkan konflik. Sekecil apa pun konflik yang hadir dapat menjadikan emosi ibu hamil dalam keadaan labil, dan pada perkembangan berikutnya dapat mengakibatkan stres. Stres yang dialami oleh ibu hamil dapat berpengaruh terhadap bayi yang di kandungnya. Ibu hamil mengalami stres berat, berpotensi melahirkan bayi yang bermasalah, baik kecerdasan, fisik atau mungkin psikis.
- Rangsangan suara di sekitar ibu
Pada masa perkembangan bayi di dalam kandungan banyak sel otak yang mati karena tidak mendapat rangsangan positif untuk menunjang tumbuh kembangnya. Rangsangan suara sangat diperlukan bagi otak bayi, agar otak tersebut mendapatkan kesempatan untuk memanfaatkan sel-selnya agar berkembang dengan baik sebelum bayi itu lahir. Dengan kata lain, rangsangan suara dapat membantu perkembangan kapasitas otak bayi mendekati keadaan yang sempurna.
- Nutrisi yang di konsumsi ibu
Ibu hamil yang tidak mengonsumsi makanan yang baik, sehat dan bergizi akan mengakibatkan bayi yang dikandungnya mengalami kekurangan gizi. Kekurangan gizi bagi bayi pada masa kehamilan dapat menyebabkan bayi lebih rentan terhadap berbagai macam penyakit, atau bayi akan lahir dalam keadaan berat badan rendah. Selain itu, kekurangan gizi juga dapat berakibat pada kecenderungan terhambatnya fungsi kognitif dan kecerdasan intelektual anak ketika ia memasuki usia sekolah. Wallahu a’lam
Berpikir Positif
Kehamilan yang di alami oleh seorang wanita merupakan anugerah yang patut untuk di syukuri. Allah memberikan kepercayaan kepadanya untuk di amanahi seorang buah hati yang ada di dalam kandungannya. Sebuah kepercayaan yang luar biasa, karena ini langsung berasal dari Pencipta. Ibu yang shalihah tentu tak ingin melewatkan begitu saja kepercayaan yang telah dititipkan kepada dirinya. Ia berusaha menjawab kepercayaan itu dengan segenap kemampuan yang ada, yaitu berusaha menjaga dan mendidik buah hati yang ada di dalam kandungannya.
Bila ada ibu hamil, berpikir positif merupakan langkah yang sangat bijak dan harus di ambil dengan segera oleh Anda. Setiap persoalan boleh singgah dalam kehidupan Anda, tetapi hendaknya Anda selalu melihat persoalan itu dengan sudut pandang yang positif.
Yakinlah bahwa Anda adalah ibu yang baik. Ibu yang siap mengorbankan kebahagiaan sendiri demi kebaikan buah hati. Dan keyakinan itu hanya akan Anda peroleh manakala Anda mampu senantiasa berpikir positif dalam menghadapi berbagai persoalan yang mendera.
Hindari stres
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan stres yang Anda alami. Di antara cara-cara menghadapi stres adalah sebagai berikut :
- Tersenyumlah, karena senyum Anda akan mengubah perasaan di hati Anda. Senyumlah kepada orang lain dengan senyuman yang tulus, niscaya hati Anda akan mendapatkan setitik kebahagiaan. Dan kumpulan dari titik-titik kebahagiaan itulah nantinya akan membentuk kebahagiaan yang sesungguhnya pada diri Anda.
- Berolahraga dengan teratur, merupakan cara yang paling efektif dalam mencegah stres. Berolahraga akan memobilisasi otot-otot kita, mempercepat aliran darah dan membuka paru-paru untuk mengambil lebih bayak oksigen. Dampaknya, Anda akan merasakan kesehatan yang lebih baik dan dapat berpikir dengan jernih, sehingga mampu menghadapi datangnya stres dengan bijak.
- Beristirahatlah dengan cukup. Jika tubuh Anda sedang lelah, tidak mudah bagi Anda dalam mengendalikan stres. Beristirahat akan memulihkan stamina Anda, sehingga Anda siap menghadapi berbagai aktivitas dengan baik.
- Lakukan hobi Anda, seperti memasak, jalan-jalan atau apa pun yang Anda senangi. Anda bisa juga melakukan kegiatan traveling sembari tadabbur alam. Melakukan kegiatan yang Anda senangi dapat menghilangkan kepenatan pikiran yang menyebabkan stres.
- Berhubungan intim dengan suami merupakan saranan penyembuhan yang baik untuk menghilangkan stres. Banyak dokter menyatakan bahwa berhubungan intim adalah cara yang luar biasa dalam meredam kemarahan dan stres. Bagi Anda mengalami usia kehamilan tua masih tetap dapat melakukan hubungan intim dengan pasangan Anda.
- Ambillah air wudhu, lalu shalatlah. Shalat akan menenangkan dan menenteramkan diri Anda. Anda dapat mengerjakannya di siang maupun malam hari. Dan setelah shalat, Anda dapat curhat, meluapkan keluh kesah yang ada pada diri Anda kepada Allah. Berdoalah, niscaya doa Anda akan dikabulkan oleh-Nya.
Demikian beberapa alternatif aktivitas yang dapat Anda kerjakan untuk mengurangi atau menghilangkan stres pada diri Anda. Lakukanlah hal tersebut, setidaknya demi anak Anda!
Bersambung ke bagian berikutnya, insyaallah..
Referensi:
diringkas dari buku: Mendidik Balita Mengenal Agama
Penulis: Asadulloh Al-Faruq
Penerbit: Kiswah Media
Diringkas Oleh: Abu Muhammad Fauzan (Staf Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)
[1] Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi
[2] Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi
[3] Diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Nasa’i dalam Al-Mujtaba, dan lainnya.
[4] Lihat F.R. Van de Carr dan M. Lehrer, Cara Baru Mendidik Anak dalam Kandungan, Kaifa, Bandung , 2008.
BACA JUGA :
Leave a Reply