Mendidik Anak dengan Baik Tanpa Amarah (Bagian 1) – Jangan suka marah, Ingatlah bahwa kemarahan hanya akan mendatangkan kerugian demi kerugian. Baik kerugian diri sendiri maupun orang lain. Baik kerugian dunia maupun akhirat. Inilah diantara kerugian besar dibalik kemarahan.
Marah adalah bentuk kedzaliman kepada diri sendiri
Dalam kondisi normal, jantung seorang dewasa berdenyut 72 kali dalam setiap menit, olahraga yang cukup berat akan mempercepat denyut jantung sampai beberapa lkali lipat. Dan hal ini bermanfaat. Apalagi dilakukan secara teratur, berbeda dengan kemarahan. Gangguan pikiran dan emosi yang tak terkendali juga dapat mempercepat denyut jantung dengan memaksanya bekerja lebih keras untuk suatu yang sia-sia.
Tekanan pikiran akan merangsang tubuh untuk menaikan kadar hormon adrenalin dalam darah. Efek adrenalin ini sama dengan nikotin, yaitu mencekik pembuluh darah, menaikkan tekanan darah dan mempercepat denyut jantung. Karena itu, emosi perlu dikelola dengan tepat demi kesehatan jantung, sebab jika tidak, maka tubuh akan menderita kerugian besar.
Apa gerangan yang terjadi pada tubuh kita ketika marah-marah, menjerit atau mencoba meluapkan segala emosi?
Otot-otot akan tegang, sistem pencernaan terganggu, bahkan terjadi perubahan bahan kimia pada otak. Perubahan-perubahan tersebut hanya akan menjadi racun dalam tubuh yang akan membawa efek negatif, seperti sakit kepala, sulit tidur, rasa cemas, masalah pencernaan, tekanan darah tinggi, turunnya kekebalan tubuh, depresi bahkan serangan jantung. Wal’iyadzu billah.
Kemarahan akan membuat setan mendekat dan malaikat wali kita akan menjauh
Orang-orang yang beriman, bagi mereka wali-wali dari jenis malaikat, pada hakekatnya, dialah makhluk yang paling bermanfaat dan peduli dengan memberikan nasehat kepada seorang mukmin.
Makhluk yang mendatangkan kebahagiaan ketika dekat dengannya, dia adalah malaikat yang ditugaskan menjaga dirinya.
Ketika seorang mukmin dikuasai amarah, malaikat ini akan menjauh dan syaitan pun akan mendekatinya. Sedangkan syaitan adalah musuhnya dan makhluk yang paling besar tipu dayanya, serta paling berbahaya baginya.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ada seorang yang mencaci Abu Bakar radhiallahu ‘anhu sementara nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk di dekatnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ta’jub dan tersenyum. Takala Laki-laki itu melontarkan cacian yang lebih banyak lagi Abu Bakar mebalas sebagian dari cacian itu. Maka nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun marah dan beranjak pergi. Abu Bakar pun menyusul beliau dan berkata, “Wahal Rasulullah, ketika ia mencaciku engkau tetap duduk disampingku, dan tatkala aku membalas sebagian ucapannya engkau terlihat marah dan beranjak pergi? Maka nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
كان معك ملك يرد عنك، فلما رددت عليه بعض قوله، وقع الشيطان، فلم أكن لأقعد مع الشيطان
Artinya: “Tadinya ada malaikat yang dan membela mu. Ahan tetapi tatkala kamu membalas caciannya setan pun datang. Sedang kan aku tidak ingin duduk bersama setan. (HR. Ahmad (9624))
Kemarahan dapat mendatangkan malapetaka di dunia
Betapa banyak orang yang tertimpa bala dan musibah akibat amarah yang tak terkendali, sebab ketika marah, seseorang akan mengucapkan kata-kata yang penuh sentimen atau do’a-do’a keburukan untuk diri sendiri dan juga anaknya, bahkan tidak mustahil akan diiringi dengan berbagai bentuk kedzaliman yang membawa keburukan dan mala petaka. Semua itu akan membawa penyesalan. Karena itulah dalam sebuah hadits disebut bahwa orang kuat adalah yang bisa mengendalikan diri di saat marah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرْعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
Artinya: “Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi yang dapat menguasai diri di kala ia marah” (HR. Muttafau ‘alaihi).
Demikian pula dalam mendidik anak, apabila selaku orang tua dalam mengendalikan amarah dan cerdas dalam mengelola emosi niscaya berbagai bentuk keburukan dapat kita hindari, coba ingat apa yang terjadi ketika marah-marah? Anak akan bermuka masam, hubungan menjadi kaku, perasaan kita terluka bercampur khawatir dan pastinya suasana akan berubah menjadi tidak mengenakkan.
Kemarahan dapat mendatangkan mala petaka di akhirat
Bukan hanya petaka di dunia, ternyata kemarahan juga dapat mendatangkan petaka di akhirat, sebab ketika seseorang dikuasa amarah, kerap kali ia terjatuh dalam perbuatan dosa.
Baik dosa lisan ataupun perbuatan. Betapa ngerinya kisah yang dipaparkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam hadits beliau bersabda, Artinya: “Dahulu kala di kalangan Bani Israil ada dua orang lelaki. Yang satu rajin beribadah sementara yang satu lagi berbuat aniaya atas diri sendiri ( suka berbuat dosa). Kedua lelaki ini bersaudara. Yang rajin beribadah senantiasa melihat saudaranya berbuat dosa. Maka ia pun berkata, “Hai saudara ku berhentilah! “Saudaranya itu berkata, “biarkanlah aku bersama Rabbku, apakah engkau diutus untuk mengawasi diriku? “Sampai suatu hari ia melihat saudaranya berbuat dosa yang ia anggap besar, lalu iapun berkata kepadanya, “celaka engkau, berhentilah! “Saudaranya itu berkata, “biarkanlah aku bersama Rabbku, apakah engkau diutus untuk mengawasi diriku? “Maka iapun berkata, “demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu. “Atau “demi Allah, Allah tidak akan memasukkanmu kedalam surga selama-lamanya.”
Ia mengucapkan dalam satu dari dua kalimat tersebut.
Maka Allah mengirim malaikat kepada keduanya untuk mencabut nyawa mereka maka keduanyapun bertemu lagi di akhirat, Allah berkata kepada lelaki yang berbuat dosa, “pergi dan masuklah kedalam surga dengan rahmat ku. “Dan Allah berkata kepada yang satu lagi, “apakah engkau sudah tahu tentang keputusan-Ku?Apakah engkau punya kuasa atas apa yang ada ditangan-Ku? Seretlah ia keneraka.”
Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, ” Demi Allah yang jiwaku berada ditangan-Nya, sungguh ia telah mengucapkan satu kalimat yang menghacurkan dunia dan akhiratnya. (HR. Ahmad dan Abu Daud (4455))
Demikianlah yang terjadi ketika amarah menguasai hati diperparah lagi dengan kejahilan dan jauhnya seseorang dari ilmu, maka semestinya kita berhati-hati dan menahan diri. Sebab malapetaka manakah yang lebih besar dari musibah akhirat seperti ini…
- Jadikan kemarahanmu ibarat garam bagi masakan.
Sebenarnya, orang tua mana pun tidak ada yang punya keinginan untuk marah. Apalagi marah kepada anak-anak yang mereka sayangi. Tapi kita sadar, manusia adalah makhluk yang lemah. Dan yang paling lemah dari manusia adalah hatinya. Allah Subhanahu wata’ala telah menegaskan:
يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّخَفِّفَ عَنْكُمْۚ وَخُلِقَ الْاِنْسَانُ ضَعِيْفًا
Artinya: “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia diciptakan (dalam keadaan) lemah. (QS. An-Nisa’: 28)
Karena itu wajar jika tidak ada satupun diantara kita yang tidak pernah marah kepada anak, walau akhirnya kita sadar dan menyesal. Itu pun tabiat manusia yang selalu melakukan kesalahan. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Maka ketika marah, siapa pertama yang harus kita ambil adalah menyadari kondisi kita saat itu. Sadari bahwa kita sedang marah. Sadari syaitan sedang mengintai kita. Ibarat orang yang sedang sakit hal pertama yang sangat penting adalah ia menyadari kondisi dirinya yang sedang sakit. Selanjutnya ia harus memiliki keinginan kuat untuk bisa sembuh sehingga mendorongnya melakukan usaha maksimal.
Ketika marah, sejatinya hati kita sedang sakit… Sadari itu!
Kita harus segera mengobatinya. Tapi mengobati hati yang sakit kadang lebih sulit dari pada mengobati rasa sakit pada badan. Satu-satunya cara ketika itu adalah ‘serlahkan hatimu kepada Allah’.
Sebab, hati manusia ada diantara jari-jemari Allah Subhanahu Wata’ala. Dia membolak-balikan hati itu sesuai dengan kehendak-Nya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إن قلوب بني آدم كلها بين إصبعين من أصابع الرحمن كقلب واحد يصرفه حيث يشاء.
Artinya: “Sesungguhnya semua hati anak Adam berada di antara dia jari dari jari-jari Ar-Rahman sebagai mana satu hati saja, Allah membolak balikkan sekehendak-Nya”. (HR. Ahmad)
Kemudian rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabada:
اللهم مصرف القلوب صرّف قلوبنا على طعاتك
Artinya: “ya Allah, engkau adalah pembolak balik hati, arahkanlah hati kami untuk selalu menaatimu. (HR. Muslim dalam shahihnya)
Maka hadapkan hatimu kepada Allah, lantas memintalah perlindungan kepada-Nya dengan penuh kejujuran, ketulusan dan kesungguhan. Yakni meminta perlindungan dari gangguan setan yang terkutuk dengan membaca ta’awwudz. Inilah yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Ketika menyaksikan seorang yang sedang marah. Beliau bersabda yang artinya: “Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimat jika ia ucapkan, niscaya akan hilang kemarahan nya, andai kata ia mengucapakan: ‘audzubillahi minasyaithanirrajim( aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk. (HR. Bukhari dan Muslim)
Saat menyadari kita sedang marah, maka berusahalah untuk menahan lisan sebisa mungkin, jangan perturutkan lisan mengumbar kata. Sebab dalam kondisi marah, kebanyakan ucapan kita akan di setir oleh setan.
Tidak mengherankan disaat marah bisa jadi seseorang akan mengucapakan kata-kata yang kasar yang berbau sentimen, bahkan doa-doa keburukan. Ucapan-ucapan yang bahkan membawa penyesalan mendalam.
Karena itulah Rasulullah shallallahu alaihi Wasallam mengajarkan agar ketika seseorang marah hendaknya ia diam. Dalam sebuah hadits beliau shallallahu alaihi Wasallam bersabda:
علموا ويسروا ولا تعسروا وإذا غضب أحدكم فليسكت
Artinya: “Ajarkanlah, permudahlah dan janganlah engkau mempersulit, apabila salah seorang di antara kalian marah, maka hendaknya dia diam.” (HR. Ahmad 239)
Beliau juga mengajarkan agar seseorang yang amrah merubah posisi untuk meredam kemarahan nya, jika berdiri hendaklah ia duduk, jika duduk hendaklah ia berbaring.
Selanjutnya hadapkan hatimu pada Allah… Katakan “ya Allah hambamu ini sedang marah, sedih, sakit hati dan kecewa. Bantu hambamu ini ya Allah!”
Adukan semua kesedihanmu hanya kepada Allah. Allah Subhanahu Wata’ala sudah memberikan sebuah pelajaran besar kepada kita dari kehidupan hamba-hamba yang shalih dari kalangan para nabi dan rasul. Masalah yang kita hadapai dalam mendidik anak, tentu tidak seberat masalah yang dihadapi Ya’qub ‘alaihissalam putra nabi Ishaq ‘alaihissalam cucu Khalilur Rahman Ibrahim ‘alaihissalam. Bagaimana putra-putra nabi Ya’qub iri kepada saudaranya hingga membuat makar besar, mereka melakukan kedzaliman besar kepada saudaranya, yakni nabi Yusuf Alaihissalam. Hingga nabi Ya’qub harus kehilangan putra tercintanya hinga beratahun-tahun lamanya.
Lantas kepergian yusuf disusul kepergian Bunyamin dan juga putra tertuanya. Beliau sangat bersedih hingga kehilangan penglihatannya. Namun beliau tetap bersikap santun dan mengadukan semua kepedihan hati hanya kepada Allah. Beliau mengucapkan:
اِنَّمَآ اَشْكُوْا بَثِّيْ وَحُزْنِيْٓ اِلَى اللّٰهِ وَاَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Artinya: “Dia (Ya‘qub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Yusuf: 86)
Maka setelah kesempitan itu, datanglah pertolongan Allah Subhanahu Wata’ala, dan Allah mengumpulkan kembali nabi Ya’qub dengan seluruh putra-putra beliau dalam kebaikan. Mereka saling memaafkan dan tidak tersisa sedikit pun perasaan dendam.
Demikian lah islam memberikan bimbingan terbaik saat seorang hamba mukmin dilanda rasa amarah didalam dada. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَالَّذِيْنَ يَجْتَنِبُوْنَ كَبٰۤىِٕرَ الْاِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَاِذَا مَا غَضِبُوْا هُمْ يَغْفِرُوْنَۚ
Artinya: “Kenikmatan itu juga lebih baik dan lebih kekal bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan perbuatan keji, dan apabila mereka marah segera memberi maaf. (QS. Asy-syuura: 37)
Dalam ayat diatas memberikan bimbingan yang sangat agung.
Pertama, hendaknya kita berusaha menahan amarah itu dan tidak meluapkannya. Ingatlah balasan yang Allah janjikan adalah surga. Dalam sebuah hadit nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ﻣﻦ ﻛﻈﻢ ﻏﻴﻈﺎ ﻭﻫﻮ ﻗﺎﺩﺭ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ ﻳﻨﻔﺬﻩ ﺩﻋﺎﻩ اﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻠﻰ ﺭﺅﻭﺱ اﻟﺨﻼﺋﻖ ﻳﻮﻡ اﻟﻘﻴﺎﻣﺔ ﺣﺘﻰ ﻳﺨﻴﺮﻩ الله من الحور العين يزوجه منها ﻣﺎ ﺷﺎء.
Artinya: “Diriwayatkan dari Mu’adz bin Anas Al Juhani As Shahabi Radhiyallahu Anhu bahwasanya Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda: orang yang mampu menahan kemarahannya padahal ia mampu melakukannya maka Allah memanggil dirinya dihadapan semua makhluk untuk memilih bidadari yang ia kehendaki”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Turmudzi, Ibnu Majah)
Kedua, berusahalah unfuk berdamai dengan perasaan kita. Berusahalah agar kemarahan itu hilang secepat mungkin. Hingga wajah kembali berseri, Kata-kata terkendali dan hubungan kembali hangat seperti sedia kala.
Ketiga, lapangkan dada dan berikan maaf, tidak ada dendam dan sakit hati. Sebaliknya penuhi hagi dengan ketulusan cinta dan kasih sayang, demi mengharapkan keridhoan Allah ya g maha pengasih lagi maha penyayang.
REFERENSI:
MENDIDIK ANAK TANPA AMARAH, Penulis Ummu ihsan Choiriyah & Abu Ihsan al Atsary
Dan diringkas ulang oleh NURMIMI HARIA PUTRI (pegawai ponpes daarul qur’an wal hadits)
BACA JUGA :

Leave a Reply