Menangani Kebiasaan Buruk Anak (Part 1)

kebiasaan buruk anak

Menangani Kebiasaan Buruk Anak (Part 1) – Segala puji hanya milik Allah yang telah menciptakan manusia berpasang-pasangan dan yang menumbuhkan rasa kasih sayang di antara suami-istri, salam dan shalawat semoga selalu dilimpahkan kepada manusia yang paling baik akhlaknya, paling santun budi pekertinya dan paling sayang kepada karib kerabat serta umatnya yaitu Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam, keluarga, sahabat dan para pengikut sunnahnya dengan baik hingga akhir.

Seorang ibu  sebagai peletak dasar pendidikan harus mengetahui berbagai macam karakter anak dan cara mengatasinya. Anak kadang mempunyai kebiasaan buruk yang harus segara diluruskan, karena kebiasaan buruk kalau dibiarkan akan menjadi tabiat atau karakter yang sulit diubah, maka orang tua atau pendidik harus waspada dan jeli mencermati tingkah laku dan kebiasaan anak, sehingga sikap yang janggal atau tidak wajar bisa segera ditangani dan diluruskan. Adapun kebiasaan buruk yang biasa dilakukan anak dan harus segera diperbaiki antara lain:

  1. Suka berbohong

Kebiasaan berbohong sering dilakukan anak. Hal ini bisa jadi karena kesalahan orang tua mendidik anak saat masih kecil, misalnya orang tua memanggilnya untuk memberi sesuatu, tetapi ternyata tidak.

Dari Abdullah bin Amir rahimahullah berkata: “Pernah suatu ketika ibuku memanggilku saat Rasulullah sedang duduk di rumahku, ibuku berkata, ‘Wahai (anakku), kemarilah, aku akan memberimu sesuatu’. Beliau bersabda, ‘Apa yang akan kamu berikan kepadanya? Ibu ku berkata, ‘Aku akan memberinya kurma.’ Beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

اما انك لو لم تعطية شيئا كتبت عليك كذبة

Artinya: “Bila kamu tidak memberikan sesuatu kepadanya, maka kamu telah melakukan satu kedustaan”. (shahih, HR. Abu Dawud (499))

Bisa juga anak berbohong karena tidak tahu kalau berbohong itu tidak baik dan berdosa. Walaupun anak  yang melakukan tindakan berbohong belum terkena hukum syariat, namun orang tuanya tetap waspada dan membimbing anaknya dengan lemah lembut dan bijaksana agar kebiasaan berbohong tidak menjadi kebiasaan tabiatnya hingga besar nanti.

Sifat bohong pada anak jangan dibiarkan berlarut-larut, karena akan menumbuhkan sifat kemunafikan, sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wata’ala:

اِذَا جَاۤءَكَ الْمُنٰفِقُوْنَ قَالُوْا نَشْهَدُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُ اللّٰهِ ۘوَاللّٰهُ يَعْلَمُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُه  ۗوَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَكٰذِبُوْنَۚ

Artinya: “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata, “Kami mengakui, bahwa engkau adalah Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta”. (QS. Munafiqun: 1)

 

Ketika orang tua mendapati anaknya berbohong sebaiknya segera menjelaskan kepada anak tentang kejelekan dan akibat yang ditimbulkan dari perbuatan bohong serta mengajarkan anak  untuk selalu berbuat jujur dan menjelaskan keutamaan jujur, bahwa Allah mencintai orang-orang yang jujur.

Bisa juga anak berbohong, karena sekedar main-main dan kelakar saja, tampil hebat, atau mendapatkan sanjungan.

2. Kurang kontrol diri

Tindakan yang kurang terkontrol sering dilakukan anak, karena usia anak-anak ingin  melakukan apa yang dinginkan dan tidak suka disuruh atau dilaranf. Bula seorang ibu menyuruh anaknya  melakukan suatu kegiatan, hendaknya si ibulah yang melakukannya dengan meminjam tangan si anak dan mereka hanya menjadi robot ibu. Nanti kalau beranjak dewasa, baru akan dilakukan sendiri bila disuruh, begitu pula halnya dengan larangan.

Bila seorang anak melakukan suatu kegiatan dan ternyata salah menurut ibunya dan ibu melarangnya, maka respon dari anak ada dua kemungkinan:

  1. Dia tidak mau dilarang dan tetap melakukannya, dan bila dia dipaksa berhenti dia akan meronta.
  2. Anak akan berhenti karena takut atau sudah terpola kalau wajah ibunya seperti itu, maka dia harus berhenti.

Kedua kemungkinan tersebut tidak baik bagi anak, karena dia tidak mengerti, mengapa tidak boleh main seperti itu. Memang tidak mudah membangun anak menjadi orang dewasa yang cerdas, berakidah lurus, berakhlak mulia serta mempunyai inisiatif dan mampu menyelesaikan masalah. Dan semuanya tidak akan terbangun pada diri anak bla dalam perjalanan anak sepanjang hidupnya semenjak usia dua tahun hingga akil baligh selalu saja dimarahi, diperintah dan dilarang, tanpa penjelasan yang baik dari orang dewasa disekitarnya.

Memang anak  membuat susah dan repot orang tua dan itu menjadi konsekuensi menjadi orang tua, dan benar sabda Nabi Muhammad: “Sesungguhnya anak dapat membuat (orangtuanya) pengecut, bakhil, bodoh, dan gundah gulanah”. (Shahih, HR. Imam Ibnu Majah, no. 3666)

Kelembutan Rasulullah dalam memperlakukan anak kecil terlihat ketika beliau menghibur putra abu Thalhah yang beliau sebut Abu Umair, yang memiliki seekor burung kecil untuk mainan. Pada suatu hari beliau melihatnya bersedih, maka Rasulullah bertanya: “Wahai Abu Umair, kenapa bersedih?” para sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah, burung kecil yang menjadi sahabat teman mainnya mati.’ Maka beliau pun berkata kepadanya sambil bercanda, ‘Wahai Abu Umair, apa yang sedang dilakukan Nughair sekarang?’.

3. Suka Melawan

Kebiasaan  anak yang suka melawan adalah karena kesalahan pendidikan yang ditanamkan sejak usia dini, karena anak sering dilarang, tidak diperhatikan, dan tidak dihargai karyanya. Sehingga untuk melampiaskan kekecewaan hatinya, dia melawan, memberontak, dan bersikap kasar.

Bagaimana menghadapi anak yang suka melawan? Yang harus diperhatikan adalah berikan kasih sayang, dan jelaskan mengapa kita dilarang melakukan sesuatu dan berikan kegiatan yang bermanfaat kepada anak sesuai dengan tahap perkembangannya, dan orang tua harus banyak berkonsultasi dengan orang alim yang memahami kejiwaan anak, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوْحِيْٓ اِلَيْهِمْ فَسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَۙ

Artinya: Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”  (QS. An-Nahl: 43)

Berhati-hatilah ketika berkonsultasi dengan pakar psikologi, yang sekarang ini  banyak beredar metode-metode penanganan masalah anak, hipnotherapy yang menggunakan kekuatan ghaib dan bertentangan dengan syariat Islam. Kebiasaan melawan juga bisa terindikasi indigo, yaitu anak yang bisa melihat makhluk halus atau dalam syariat kesurupan jin, sehingga kadang apa yang dilakukan di bawah alam sadarnya.

Akan tetapi, suka melawan merupakan suatu fase yang dialami dalam masa pertumbuhan kejiwaan anak yang membuatnya pada stabilitas dan menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang independen dari orang-orang dewasa. Dengan berlakunya waktu, dia akan menyadari bahwa keras kepala  dan melawan bukanlah cara yang benar, sedangkan kebiasaan bermasyarakat dalam memberi dan menerima adalah jalan yang benar, khususnya jika kedua orang tuanya mempergaulinya dengan fleksibel, lemah lembut dan pengertian.

Faktornya:

  1. Meniru perbuatan kedua orang tua.
  2. Membiasakan anak taat dan fanatik kepada sesuatu.
  3. Tidak adanya ikatan yang kuat dalam pengertian anak dan kedua orang tuanya.
  4. Memanjakannya secara berlebihan dan memberi segala yang diinginkan.

Solusinya:

  1. Kedua orang tua hendaknya menjelaskan kepadanya faedah apa yang diperintahkan dan membuatnya puas dengan keterangan tersebut.
  2. Bersikap fleksibel, memberi dan menerima dengan tenang, menyayanginya, dan lemah lembut kepadanya.
  3. Membuat anak gembira kemudian menjelaskan dan menerangkan bahwa keduanya menyukainya.
  4. Seimbang dalam mendidik anak, tidak terlalu keras namun juga tidak terlalu memanjakannya.
  5. Selalu berusaha menarik perhatian anak setiap kali akan menyuruhnya.
  6. Menggunakan bahasa yang bisa dimengerti oleh anak sehingga bisa dipahami.
  7. Menghindari memberikan banyak perintah dalam satu waktu sekaligus.
  8. Menghindari memberikan perintah pada saat tertentu kemudian melarangnya beberapa saat kemudian.
  9. Memberikan hadiah dan ganjaran atas ketaatannya.
  10. Menghindari hukuman fisik atau ancaman sebagai sarana untuk meluruskan kesalahannya.
  11. Memperhatikan setiap pelaksanaan pemerintah.
  12. Kurang Mengenali bahaya

Anak yang terbiasa dididik secara sistematik, maka daya nalarnya kurang. Karena kemampuan berpikir anak masih terbatas sehingga dalam mengambil tindakan kadang kurang tepat. Orang tua harus menstimulus kerja otak dengan kegiatan-kegiatan yang sistematis dan penuh hikmah sehingga anak akan tumbuh menjadi pribadi yang matang, tidak emosional, daya nalarnya berkambang, kemampuan analisa tumbuh normal dan bakatnya tersalurkan, serta anak semakin dewasa sehingga mampu mengenali tindakan yang membahayakan, baik untuk dirinya maupun orang lain. Nabi Muhammad mencontohkannya kepada kita semua untuk berlaku lemah lembut dan tidak pernah  melakukan  kekerasan  dan emosi kepada keluarga.

Merupakan kesalahan besar orang tua adalah jika anak melakukan kesalahan  atau melakukan tindakan yang membahayakan dirinya, maka orang tua langsung membentak dan meneriakinya bahkan menghardiknya, sehingga anak ketakutan bahkan anak bisa kaget dan spontan loncat dari atas tangga, pagar atap atau tempat yang sedang dinaiki karena takut, hal ini bisa berakibat fatal karena bisa jatuh. Maka orang tua harus berhati-hati dan cermat dalam menangani masalah anak dan menghadapi sikap anak yang menyimpang.

Bersambung…

Diringkas dari buku  : Abidin Zainal, dan Ummu Ahmad Rifqi. 2019. Menjadi Bidadari Cantik Ala Islami. Pustaka Imam bonjol.

Ditulis oleh : Dea Arista (pengajar Pondok pesantren Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)

BACA JUGA :

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.