KUNCI-KUNCI SUKSES MEMBINA RUMAH TANGGA

kunci sukses rumah tangga

KUNCI-KUNCI SUKSES MEMBINA RUMAH TANGGA Setelah kita mempelajari  artikel sebelumnya yaitu merancang kebahagiaan sebelum pernikahan, maka kita juga harus mempelajari dan memahami tentang kunci-kunci sukses membina rumah tangga. Agar rumah tangga kita terarah dan terbimbing, sehingga rumah tangga kita berjalan di atas tuntunan syari’at. Oleh karena itu bacalah dengan seksama serta dipahami pembahasan berikut:

Kenalilah Karakter Pasanganmu

Diantara perkara yang harus diperhatikan setelah pernikahan yaitu berusahalah mengenali pasanganmu semampumu. Apa saja yang disukainya dan apa saja yang dibencinya. Sebab, dengan mengenali sifat dan karakter suamimu akan tergambar dihadapanmu langkah-langkah yang jelas yang harus engkau ambil dalam bermuamalah dengannya. Jadilah engkau seperti  istri Syuraih al-Qadhi.

Syuraih al-Qadhi menceritakan penglamannya:

Ketika aku menikahi Zainab binti Hudair aku berkata dalam hati: Aku telah menikah dengan seorang wanita yang paling keras dan paling kaku tabi’atnya. Aku teringat tabi’at wanita-wanita bani Tamim dan kerasnya hati mereka. Aku berkeinginan untuk menceraikannya. Kemudian aku berkata dalam hati: “Aku pergauli dulu (yaitu menikah dan berhungan dengannya), jika aku dapati apa yang aku suka, aku tahan ia. Dan jika tidak, aku ceraikan ia”.

Kemudian datanglah wanita-wanita bani tamim mengantarkannya. Dan setelah di tempatkan di dalam rumah, aku berkata: “Wahai fulanah, sesungguhnya menurut sunnah apabila seorang wanita masuk menemui suaminya hendaklah si suami shalat dua rakaat dan istri juga shalat dua rakaat”.

Akupun bangkit mengerjakan shalat kemudian aku menoleh kebelakang ternyata ia ikut shalat di belakangku. Setelah selesai para budak-budak wanita mengiringinya datang dan mengambil pakaianku dan memakaikan padaku  pakaian tidur yang telah di clup dengan za’faran.

Dan rumah sudah kosong, aku mendekatinya dan aku ulurkan tanganku kepadanya. Ia berkata, “Tahan dulu (sabar dulu).” Aku berkata dalam hati, “Suatu malapetaka telah menimpa diriku.” (yakni musibah telah menimpa dirinya).

Lalu ia memuji Allah kemudian memanjatkan salawat atas nabi ﷺ, lalu berkata, “Aku adalah seorang wanita arab. Demi Allah aku tidak pernah melangkah kecuali perkara yang diridhai Allah. Dan engkau adalah laki-laki asing, aku tidak mengenali prilakumu (yakni aku belum mengenal tabiatmu).

Beritahu kepadaku apa saja yang engkau suka hingga aku melakukannya dan apa saja yang engkau benci hingga aku bisa menghindarinya.”

Aku berkata kepadanya, “Aku suka begini dan begini (Syuraih menyebutkan satu persatu perkataan, perbuatan, makanan, dan segala Sesuatu yang disukainya. Dan aku benci begini dan begini (Syuraih menyebutkan semua perkara yang ia benci).”

Ia berkta lagi, “Beritahukan kepadaku siapa saja anggota keluargaku yang engkau suka bila ia mengunjungimu?” Aku (Syuraih) berkata, “Aku adalah seorang qadhi, aku tidak suka mereka (anggota keluargamu) membuatku bosan.”

Maka aku melewati malam yang paling indah, dan aku tidur tiga malam bersamanya. Kemudian aku keluar menuju majlis para hakim, aku tidak melewati satu hari melainkan hari itu lebih baik dari pada hari sebelumnya.

Tibalah kunjungan mertua yaitu genap satu tahun (setelah berumah tangga).  Aku masuk kedalam rumahku, aku dapati seorang wanita melarang dan menyuruh. Aku bertanya, “Hai Zainab, siapakah wanita ini?”

Istriku ku menjawab, “Ia adalah ibuku.” “Marhaban” sahutku. Ia (Ibu mertua) berkata, Bagaimana keadaanmu hai Abu Umayyah?” “Alhamdulillah, baik-baik saja,” jawabku.

“Bagaimana keadaan istrimu?” tanyanya. Aku menjawab, “Istri yang paling baik dan teman yang paling serasi. Ia mendidik dengan baik dan membimbing adab yang paling baik pula.”

Ia berkata, “Sesungguhnya seorang wanita tidak akan dalam kondisi yang paling buruk tabiatnya kecuali pada dua keadaan: Apabila sudah punya kedudukan di sisi suaminya dan apabila sudah memiliki ank, tidaklah kaum laki-laki memperoleh sesuatu yang lebih buruk selain wanita warhaa’ (yaitu wanita yang tidak memiliki kepandaian dalam melakukan tugasnya).”

Syuraih berkata, “Ibu mertuaku datang setiap tahun sekali kemudian dia pergi sesudah bertanya tentang apa yang engkau sukai dari kunjungan keluarga istrimu kerumahmu?” Aku menjawab pertanyaannya, “sekehendak mereka!” sesuka mereka saja.

Aku hidup bersamanya dua puluh tahun, aku tidak pernah sekalipun mencelanya dan aku tidak pernah marah terhadapnya.

Demikianlah gambaran kesuksesan seorang istri yang mampu bergaul sebaik-baiknya dengan suami. Ia berusaha mengenali karakter suami sejak awal pernikahan. Sehingga dapat membantunya dalam menentukan sikap yang tepat dan tidak menyusahkan.

Jangan Lupakan Makna Kepemimpinan Dalam rumah tangga

Seperti kata pepatah, bahtera yang memiliki dua nahkoda pasti akan tenggelam. Demikian juga dengan bahtera rumah tangga. Agar bahtera dan segenap orang yang menumpangnya selamat sampai tujuan maka tidak boleh ada dua orang nahkoda.

Dan ingatlah bahwa nahkoda bagi bahtera rumah tangga adalah suami. Dialah pemimpin dalam rumah tangga.  Allah Ta’ala berfirman,

الرجال قوامون على النساء بما فضل الله بعضهم على بعض و بما أنفقوا من أموالهم

Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, karna Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebahagian yang lain (wanita), dan karna (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.”  [1]

Makna kepemimpinan yang di maksud di sini adalah kepemimpinan dalam tanggung jawab.  Lelaki adalah pemimpin pertama dalam rumah tangga, ia ibarat nakhoda atau panglima dalam rumah tangga. Oleh karna itu hendaknya suami istri memahami  peran dan kedudukannya masing-masing. Istri harus memahami perannya, suami harus memahami perannya. Suami bertanggung jawab mensukseskan mahlighai rumah tangganya yang diibaratkan seperti sebuah perusahaan, yang mana kedua belah pihak menanamkan modal berharga yaitu hidup mati mereka berdua.

Keduanya sama-sama bercita-cita dapat meraup laba yang tertinggi. Sungguh laba yang mulia, itu lah laba maknawi. Yaitu lahirnya generasi anak-anak yang shalih, yang diasuh oleh ayah dan ibu yang berbahagia dan taat kepada Allah. Keluarga muslim yang mampu membangun masyarakat, kemudian dari situ mereka dapat meraih kesuksesan yang besar yaitu surga. Hendaknya mereka berdua melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Menunaikan amanah yang telah Allah titipkan kepadanya. Dan hal itu tidak akan terealisasi kecuali dengan melaksanakan apa yang telah kami sebutkan tadi.

Dalam membina kehidupan rumah tangga ini pemimpin harus bertindak sebagai pemimpin dan bawahan harus berlaku seperti bawahan. Rasullah Ta’ala telah bersabda,

اذا كنتم ثلاثة فأمروا أحدكم

Artinya: “Jika kamu berjumlah tiga orang maka tunjuklah salah seorang menjadi pemimpin”[2]

Akan tetapi, bukan berarti peran istri tidak memiliki peran sama sekali. Bahkan istri memilki peran yang lebih besar dan yang lebih agung. Yaitu mendukung suami setiap keputusan yang telah dibuatnya serta membantunya dan menuntun tangannya pada kondisi yang aman. Istrilah yang harus berdiri di samping suami dalam menghadapi kondisi-kondisi yang sulit. Isrtilah yang harus mendidik anak-anaknya dan memperhatikan keadaan mereka, bahkan istri memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Istrilah yang harus menjadi sumber kedamaian dan ketenangan bagi suaminya. Istri harus selalu bermusyawarah dan membantu suami, sehingga kebaikan dapat di nikamti oleh seluruh anggota keluarga.

Waspadalah!

Jangan hiraukan bisikan dan propaganda orang-orang di luar islam. Sebab musuh-musuh islam mengetahui bahwa kehancuran rumah tangga muslim merupakan sebab kehancuran umat islam. Apabila nilai-nilai islami dalam rumah tangga sudah hilang maka keluarga akan hancur dan para pemuda akan menyimpang akibat keretakan dalam rumah tangga. Tidak heran jika mereka sangat gencar menyerukan slogan-slogan yang bertujuan menghancurkan makna kepemimpinan dalam rumah tangga. Seperti slogan emansipasi wanita, isu gender, dan lain sebagainya. Mereka berusaha keras mengeluarkan para istri dari rumah. Sehingga tugas utamanya dalam rumah tangga terbengkalai dan yang lebih memprihatikan lagi adalah hilangnya sakinah, mawaddah dan kedamaian dalam rumah tangga.

Saudariku…

Kita adalah wanita muslimah. Dan sebagai wanita muslimah kita harus yakin bahwa tidak ada solusi bagi setiap permasalahan kecuali islam. Islam adalah satu-satunya jalan menuju kesuksesan dan kunci meraih kebahagiaan dunia akhirat. Siapa saja yang memilih jalan selain islam niscaya ia akan menuai kegagalan dan menelan kekecewaan.

Rebut Hati Suamimu dengan Bersegera Menaatinya

Kata-kata hikmah menyebutkan, “Sebaik-baiknya istri adalah yang taat, mencintai, bijak, subur lagi penyayang, pendek lisan (tidak cerewet) dan mudah diatur.”

Saudariku…

Ketaatanmu kepada suamimu dalam perkara yang ma’ruf dan kecintaanmu kepadanya akan mengangkat kedudukanmu di sisi Allah Ta’ala. Ingat selalu sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam,

اذا صلت المرأة خمسها و صامت شهرها و حصنت فرجها و أطاعت زوجها دخلت الجنة من أي أبواب الجنة شائت

Artinya: ’Apabila seorang wanita telah mengerjakan shalat lima waktu, puasa bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, menaati suaminya, silahkan ia masuk ke dalam surga dari pintu manapun yang ia suka.”[3]

Ketaatanmu kepada suami akan mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan bagimu. Sebab, suamimu pastilah sangat gembira melihat engkau segera menaaatinya, tidak bermalas-malasan dalam menunaikan apa yang ia kehendaki, sehingga iapun terdorong untuk menaati dan menuruti  keinginanmu yang syar’i. Bahkan  terkadang sampai pada tahap kalian berdua senantiasa memahami apa yang diingini oleh pasangannya tanpa perlu mengutarakannya. Oleh karna itu seorang ibu pernah memberikan nasehat kepada putrinya  di saat pernikahan putrinya itu, “Jadilah engkau seperti budak wanita bagi suamimu, niscaya ia akan menjadi budak bagi dirimu.”

Termasuk menaati suami adalah engkau benar-benar mengharapkan ridhanya dan berusaha untuk meraihnya. Dan ketahui juga apabila engkau bersungguh-sungguh melakukannya berarti engkau telah menempuh jalan menuju surga. Mungkin sekali setan akan menghembuskan kedalam hatimu bisikan, “Aku juga punya kehormatan dan harga diri!” apalagi ketika ada masalah diantara kalian berdua. Lalu kata-kata yang menipu ini mendorongmu untuk mencari pembenaran atas kesalahan-kesalahanmu.

Coba renungkan dalam-dalam…!

Kehormatan dan harga diri apakah yang harus dipertahankan antara suami istri? Sesungguhnya kehormatan mereka adalah satu. Pemohonan maafmu kepada suamimu tidak akan mengurangi harga dirimu. Bahkan akan menambah kehormatan dan harga dirimu di sisi suamimu. Bahkan permintaan maafmu -walaupun sebenarnya engkau tidak bersalah- akan membuatnya malu terhadap dirinya sendiri. Dan akan membuatnya insyaf, sadar dan mengoreksi diri.

Setelah kita mengetahui dan memahami tentang apa saja yang harus kita kerjakan dalam membina rumah tangga, serta kita sudah meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala. Maka hendaknya kita juga harus mengetahui tentang:

Hubungan Cinta Kasih Sepasang Suami Istri

Saudariku para istri yang mulia….

Cinta kasih sepasang suami istri adalah sesuatu yang sangat bernilai. Sebab ia ibarat ruh dalam kehidupan berumah tangga. Yaitu perasaan cinta dan kasih sayang  yang dipendam oleh kedua belah pihak terhadap pasangannya. Cinta ibarat cahaya yang menerangi mereka berdua. Cinta adalah magnet yang bisa merekatkan sepasang suami istri sehingga keduanya merasa seolah jiwa dan raga mereka satu. Cinta adalah perasaan jiwa yang penuh kerelaan terhadap pasangannya, ridha kepada pasangannya, dan keterpesonaan kepada sifat, perbuatan, serta prilakunya.

Oleh karena itu…

Pandai-pandailah engkau menyemai benih-benih cinta dihati suamimu. Sehingga seiring bertambahnya usia pernikahan, semakin bertambah pula rasa cintanya kepadamu.

Rawat dan siramilah pohon-pohon cinta dan kasih sayang itu hingga ia terus bersemi,   berkembang, dan tidak layu atau tidak mengering.

demikianlah pembahasan kunci kunci sukses dalam membina rumah tangga, semoga kita semua dapat mengamalkan kunci kunci sukses tersebut.

 

REFRENSI:

Diringkas dari kitab : Surat Terbuka untuk Para Istri

Karya : Ummu Ihsan dan Abu Ihsan

Penerbit : Darul Ilmi

Di tulis oleh : Anggun paramita (Farhah)

Status : Pengajar Ponpes Darul Qur’an wal Hadits Oku Timur

 

[1] QS. An-Nisa’: 34

[2] Hadits ini di riwayatkan oleh At-Tabrani dari hadits Abdullah ibn mas’ud Radhiyallahu ‘anhu

[3] Hadits riwayat Ahmad, dihasankan oleh Al-Albani dalam shahih at-Targhib wat Tarhib (1932)

 

BACA JUGA:

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.