KIAT-KIAT MENGATASI KEGELISAHAN

Kiat-Kiat Mengatasi Kegelisahan

KIAT-KIAT MENGATASI KEGELISAHAN- Pada kesempatan ini akan disampaikan hadits Nabi. Semoga dengan kita mencermati hadits ini akan hilang seluruh kegelisahan yang ada atau minimal mengurangi rasa resah dan gelisah yang kita miliki.

Hadits dari Abdullah ibnu Mas’ud  yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnad-nya; beliau mengatakan:

مَا أَصَابَ أَحَدًا قَطُّ هَمٌّ وَلَا حَزَنٌ فَقَالَ: ‏اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ ‏ ‏نَاصِيَتِي ‏ ‏بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي وَجَلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي، إِلَّا أَذْهَبَ اللَّهُ هَمَّهُ وَحُزْنَهُ، وَأَبْدَلَهُ مَكَانَهُ فَرَجًا»، قَالَ: فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؛ أَلَا نَتَعَلَّمُهَا؟ فَقَالَ: بَلَى، يَنْبَغِي لِمَنْ سَمِعَهَا أَنْ يَتَعَلَّمَهَا

Artinya: “Tidaklah menimpa seseorang perasaan resah dan sedih kemudian dia mengatakan doa ini, ‘Ya  Allah,  sesungguhnya  aku  adalah  hamba-Mu,   anak  dari  hamba  laki-laki-Mu,  dan  anak  dari  hamba  wanita-Mu. Ubun-ubunku  di tangan-Mu.  Hukum-Mu  pasti  mengenai  diriku  dan keputusan-Mu  adil  terhadap  diriku. Aku meminta kepada-Mu dengan seluruh nama yang merupakan milik-Mu, yang Engkau namai diri-Mu dengan nama tersebut, yang Engkau ajarkan kepada salah satu makhluk-Mu, yang Engkau turunkan di dalam kitab-Mu, atau Engkau simpan di dalam ilmu gaib di sisi-Mu. Mohon jadikan Al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya di dadaku, penghapus kesedihanku, dan penghilang keresahanku,’ kecuali Allah akan menghilangkan keresahan dan kesedihannya dan akan menggantikan kesediaan dan keresahan tersebut dengan jalan keluar’.  Ibnu Mas’ud mengatakan, “Wahai Rasulullah apakah kita mempelajari doa ini? “Rasulullah mengatakan, “Iya, orang yang mendengar doa ini sepatutnya mempelajari doa ini”. (Hadits shahih riwayat Imam Ahmad di dalam Musnad-nya dan dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani)

Mari kita mentadabburi dan mencermati bersama apa yang disebutkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam  di dalam hadits ini.

مَا أَصَابَ أَحَدًا قَطُّ هَمٌّ وَلَا حَزَنٌ

Artinya: “Tidaklah menimpa salah seorang di antara kalian keresahan dan kesedihan”.

Siapa di antara kita yang tidak pernah ditimpa rasa sedih? Siapa di antara kita yang tidak pernah ditimpa rasa gelisah? Sedih dan gelisah adalah bumbu kehidupan.

اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu”.

Artinya: aku  hanya  menyembah  kepada  diri-Mu, tidak  menyembah  kepada  selain-Mu.  Ini  adalah  tawasul dengan  tauhid. Tauhid adalah amal shalih yang paling besar bahkan amal shalih tidak diterima kecuali dengan tauhid.

وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ

“Dan aku adalah anak dari hamba laki-laki-Mu dan anak dari hamba wanita-Mu”.

Jika diumpamakan kehidupan kita sehari-hari tentunya berbeda antara seorang majikan yang memiliki satu budak (hamba) yang terdiri dari anak saja dengan seorang majikan yang memiliki budak (hamba) yang terdiri dari anak, ibu, dan bapaknya. Dengan demikian, ketika seseorang mengatakan, “Ya Allah,  aku adalah hamba Mu, anak dari hamba laki-laki Mu, dan anak dari hamba wanita Mu,” maka dia telah mengakui kesempurnaan Allah.

نَاصِيَتِي ‏ ‏بِيَدِكَ

“Ubun-ubunku di tangan-Mu”.

Yang di maksud dengan نَاصِية ada yang mengatakan bagian depan dari kepala (ubun-ubun) dan ada yang mengatakan rambutnya. Jadi, maksud ucapan kita “نَاصِيَتِي ‏ ‏بِيَدِكَ bahwasanya Allah yang menguasai diri kita. Dia sempurna dalam rububiyyah-Nya atas diri kita. Kekuasaannya meliputi diri kita.

مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ

“Hukum-Mu berlaku untukku”.

Tidak mungkin aku terlepas dari takdir-Mu. Rezeki, kematian, ajal, kesenangan, kebahagiaan, dan kesusahan sudah ditakdirkan oleh Allah; ditulis 50 ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan juga bumi.

عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ

“Keputusan-Mu adil terhadap diriku.”

Allah Subhanahu Wata’ala tidak mungkin zalim dalam memutuskan segala sesuatu. Keputusan Allah Subhanahu Wata’ala hanya ada dua kemungkinan: karunia dari Allah untuk kita atau keputusan-Nya yang adil. Tidak ada kemungkinan yang ketiga.

أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَك

“Aku meminta kepadamu, ya Allah, dengan seluruh nama milik-Mu”.

Ini adalah tawasul dengan asmaul husna, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala,

وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ

“Hanya milik Allah asma’ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma’ul husna itu.” (QS. Al-A’raf: 180)

بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَك

“Dengan seluruh nama.”

Berarti bukan bertawasul kepada Allah dengan satu nama Ar-Rahman saja atau Ar-Rahim saja, Al-Hayyu saja atau Al-Qayyum saja, tetapi dengan seluruh nama Allah Subhanahu Wata’ala.

أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ

“Atau nama yang Engkau ajarkan kepada salah seorang hamba-hamba-Mu.”

Ada nama Allah yang diajarkan kepada salah satu makhluk-Nya; yang dimaksud adalah makhluk yang khusus, yaitu para malaikat serta para nabi dan rasul. Di dalam hadits asy-syafa’atul uzhma disebutkan bahwa Allah mengajarkan (kepada Rasulullah) pujian-pujian yang tidak diajarkan kepada selain beliau sebelumnya. Jadi maksudnya أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ di sini bukan sembarang makhluk, tetapi yang dimaksud adalah malaikat atau nabi dan rasul.

أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ

“Atau nama yang Engkau turunkan di dalam kitab-Mu.”

Yang dimaksud dalam doa ini adalah Al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya, yang di dalamnya disebutkan nama-nama Allah. Ada nama Allah yang diajarkan-Nya kepada seorang rasul. Ada pula yang diturunkan oleh Allah di dalam kitab-Nya.

أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ  الْغَيْبِ عِنْدَكَ

“Dan juga dengan nama yang Engkau simpan di dalam ilmu gaib.”

Ada jenis asma’ul husna yang ketiga, selain yang ada di dalam Al-Qur’an dan Sunnah, yaitu asma’ul husna yang tidak diajarkan kepada makhluk Allah D tetapi ini diketahui oleh Allah. Asma’ul husna tersebut disimpan oleh Allah di dalam ilmu gaib-Nya; ini adalah dalil bahwasanya nama Allah tidak terbatas dengan bilangan tertentu – tidak terbatas dengan 99 nama atau lebih dari itu atau kurang dari itu.

أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي

“Mohon jadikanlah Al-Qur’an sebagai musim semi di hatiku.”

Yang dimaksud رَبِيعَ adalah musim semi. Musim semi adalah musim yang disenangi oleh manusia pada umumnya karena ketika musim semi pemandangan indah, dan udara juga sangat sejuk (tidak panas dan tidak dingin). Ini bisa dirasakan terutama di negara yang dengan empat musim seperti di Arab Saudi. Pada musim semi, orang-orang bergembira dan keluar rumah dalam keadaan senang. Dalam doa ini, beliau H meminta kepada Allah agar Allah menjadikan Al-Qur’an sebagai penyejuk hatinya.

وَنُورَ صَدْرِي

“Dan sebagai cahaya di dadaku.”

Di sini ada isyarat supaya kita berusaha untuk mentadabburi isi Al-Qur’an dan memahami maknanya. Tidak mungkin seseorang bisa memahami maknanya kecuali apabila dia mengenal bahasa Arab, atau dia membaca artinya/terjemahannya apabila dia tidak bisa menerjemahkannya sendiri.

وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي

“Dan jadikanlah Al-Qur’an sebagai penghapus kesedihanku dan penghilang keresahanku.”

Di dalam Al-Qur’an ada syifa’ (obat bagi penyakit-penyakit tersebut). Obat bagi kesedihan dan juga obat bagi keresahan jiwa. Oleh sebab itu, saya nasihatkan kepada diri saya sendiri dan juga ikhwah sekalian agar kita isi hari-hari kita dengan banyak membaca Al-Qur’an. Tentunya bukan sekadar membaca, tetapi juga mentadabburi isinya. Dengan izin Allah, apabila seseorang sungguh-sungguh mentadabburi, meskipun hanya satu atau dua ayat, ini bisa menghilangkan kesedihan dan juga keresahan di dadanya.

إِلَّا أَذْهَبَ اللَّهُ هَمَّهُ وَحُزْنَهُ

“Kecuali Allah akan menghilangkan kesedihan dan keresahannya.”

Rasulullah  Shallallahu Alaihi Wasallam tidak mungkin berbicara dari hawa nafsunya. Risalah yang beliau sampaikan adalah wahyu dari Allah. Allah Subhanahu Wata’ala mengabarkan kepada Rasul-Nya, bahwa barang siapa yang membaca doa ini dengan kesungguhan serta memahami maknanya, insyaAllah keresahan akan enyah dari hatinya dan dia akan tenang dalam menghadapi kehidupan ini.

وَأَبْدَلَهُ مَكَانَهُ فَرَجًا

“Dan Allah akan menggantikan kesedihan dan keresahan yang dia miliki dengan kebahagiaan.”

Dengan keutamaan yang sedemikian banyaknya, hendaklah kita amalkan doa ini. WAllahul Muwaffiq.

Referensi:

Ditulis oleh: Avrie Pramoyo dari Majalah HSI edisi  020ـ Shafar 1442 H.

Diringkas oleh: Aryadi Erwansah (Staf Ponpes Darul Qur’an Wal Hadits OKU Timur).

Baca juga artikel:

Penyembelihan Qurban DQH

Fitnah Dajjal

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.