Ibu Madrasah Pertama Dan Utama – Islam muliakan kaum Wanita dengan berbagai syariatnya. Sejak datangnya Islam, kaum Wanita, khususnya yang beriman, ibarat baru terbebas dari belenggu jahiliah yang menganiaya. Apalagi wanita tersebut sudah menjadi seorang ibu, sebagaimana hadis bahwa surga di bawah telapak kaki ibu, al-jannatu tahta aqdamil ummahati. Begitulah Rasulullah Mengajarkan kepada umat manusia jika wanita begitu dimuliakan dalam Islam.
Pemuliaan Islam terhadap kaum wanita
Islam terhadap kaum wanita. Islam mengukuhkan hak kemanusiaan mereka setelah selama peradaban jahiliyah mereka tidak mendapatkannya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
[يَآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّاخَلَقْنَاكُمْ مِّنْ ذَكَرٍوَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوا إنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيْممٌ خَبِيْرٌ ﴿۱۳﴾]
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal.” (QS. al-Hujurat: 13)
Islam datang memuliakan wanita dengan memberinya hak hidup setelah selama peradaban jahiliah mereka tidak diberi hak hidup. Dimasa jahiliah, kelahiran seorang bayi wanita merupakan kehinaan bagi ayah dan keluarga. Tidak ada jalan untuk keluar dari kehinaan tersebut melainkan dengan membunuhnya sebelum lama hidup. Jika tidak, maka ayahnya atau keluarganya harus rela dihinakan oleh kaumnya sepanjang masanya. Maka dari itu Islam datang untuk memberikan hak hidup bagi kaum para wanita dan mengharamkan anak-anak wanita. Allah mengancam dan mengharamkan perbuatan jelek mereka di dalam firman-Nya:
[وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِالأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُمْ كَظِيمٌ﴿۵۸﴾ يَتَوَارَى مِنَ القَوْمِ مِنْ سُوءٍ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِى التُّرَابِ أَلَاسَاءَ مَا يَحْكُمُون ﴿۵۹﴾]
Artinya: “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan melahirkannya dengan menanggung kehinaan atau kah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu”. (QS. An-Nahl: 58-59)
Islam datang dan memuliakan seorang wanita dengan memberikan hak-hak mereka sebagai seorang istri. Sebagai istri, Islam memberikan hak mereka dengan mengharamkannya kaum laki-laki poligami lebih dari empat istri. Sebagaimana tertelantarnya kebanyakan istri di masa jahiliah sebab suami berpoligami tanpa batas. Islam datang untuk mewajib kan para suami berlaku adil terhadap seluruh istrinya. Islam datang untuk mewajibkan para suami berlaku adil dalam mempergauli seluruh istrinya, baik pergaulan berupa memenuhi hajat makan, minum, serta pakaian, hajat biologis, bahkan pergaulan dalam bercakap-cakap maupun bersikap dan berbuat. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
[ وَعَاشِرُوهُنَّ بِالمَعْرُوفِ]
Artinya: “Dan pergauli mereka (para istri) dengan cara yang baik”. (QS. An-Nisa: 19)
Islam datang untuk memberikan hak mereka sebagai seorang ibu yang mana harus dihormati dan di bakti. Pda zaman jahiliah seorang ibu tidak berhak atas bakti anaknya, karna pada saat itu seorang ibu disamakan dengan harta benda ayahnya yang juga akan diwarisi Ketika suatu saat ayahnya mati. Bahkan Islam datang juga untuk menetapkan hak para ibu dan istri atas harta warisan kerabatnya. Selain itu Islam datang untuk memberikan hak ibu sebagai manusia yang mampu mengemban amanah dan tanggung jawab. Sehingga Islam memberikan kemuliaan bagi mereka sebagai penanggung jawab urusan rumah tangga keluarganya serta urusan mendidik anak-anak suaminya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالأَمِيْرُ رَعٍ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أهْلِ بَيْتِهِ وَالمَرْأاَةُ رَعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَكُللُّكُمْ مَسْؤُوللٌ عَنْ رَعِيَّتهِ
Artinya: “Setiap kalian penanggung jawab urusan dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawabannya. Seorang suami pun bertanggung jawab terhadap keluarga dirumahnya. Seorang istri juga penanggung jawab terhadap kerumah tanggaan dirumah suaminya dan penanggung jawab terhadap anak-anak suaminya. Maka setiap kalian adalah seorang penanggung jawab dan akan dimintai pertanggung jawaban urusannya.” (HR. al-Bukhari: 5200)
Tugas Pokok Wanita Yang Mulia
Sungguh seorang wanita sangat dimuliakan dalam Islam maka dari itu seorang wanita diberikan tugas pokok yang mulia di rumahnya, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pendidik bagi anak-anak suaminya.
Rumah tangga itu bagaikan unsur pembangunan masyarakat. Diibaratkan sebuah batu bata di dalam bangunan rumah yang megah nan indah, tidak akan muncul kemegahan jika ada salah satu sisi rumah yang rusak. Demikian juga sebuah bangsa tidak akan kokoh jika terdapat salah satu rumah tangga yang rusak. Dari sini kita tau bahwa seorang ibu rumah tangga sangat penting dan sangat berarti. Ibu rumah tangga pembangun masyarakat dan bangsa yang besar serta memiliki peradaban yang baik lagi mulia.
Di samping itu Islam memuliakan seorang wanita sebagai ibu bagi anak-anak suaminya untuk mendidik anak-anaknya dengan didikan Islam yang baik.
Anak adalah amanah dari Allah yang diberikan kepada orang tua, sudah selayaknya mendapatkan pendidikan yang baik, dan ini merupakan salah satu tanggung jawab sebagai orang tua. Mendidik anak bukanlah perkara yang mudah, tentu saja semuanya harus sesuai aturan yang mengacu pada Al-Qur’an dan hadis. Seorang ibu juga harus menjaga anak-anak dari pengaruh lingkungan dan pergaulan yang rusak dengan mencari lingkungan yang baik dan yang sholih dan sholihah.
Syariat Islam menetapkan kedudukan utama wanita yaitu menjadi ummu warobbatul bait (ibu dan pengatur rumah tangga), selain itu ibu memiliki tanggung jawab terhadap anaknya sejak dini, di mulai sejak masa kehamilan, kelahiran, pengasuhan, dan penyusuan dimana aktivitas ini merupakan hal yang utama dan mulia
Bahkan kebanyakan para ulama’ besar terkemuka adalah hasil dari didikan para ibu shalihah di masa kecil mereka.
Para pahlawan mujahidin dari generasi awal umat ini sampai generasi akhirnya memiliki kekuatan iman, tauhid, tidak takut lawan, pemberani, tidak takut untuk membela kebenaran dan membela Islam adalah hasil Mujahadah para ibu mereka di dalam mendidik mereka dirumah-rumah mereka.
Sejumlah pemimpin umat ini yang terkemuka sejak awal generasi umat ini yaitu para Amirul Mukminin lalu para Khalifah sesudahnya adalah didikan dari para ibu mereka.
Dibalik laki-laki yang sukses dan sholeh ada seorang wanita yang telah mengarahkan kesungguhannya ialah ibunya.
Begitu berperan pentingnya seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya dan mengurus rumah tangga, kita sebagai anak juga harus berbakti kepada kedua orang tua kita, dan meminta ridha-Nya.
Seorang penyair Arab berkata: Ibu itu adalah madrasah pertama yang jika kau menyiapkannya (dengan baik)
Berarti kau telah menyiapkan (munculnya) bangsa yang baik peradabannya
Ibu adalah orang terdekat pertama bagi anak. Seorang anak sudah memiliki keterkaitan secara fisik dan psikis dengan ibunya sejak dalam kandungan serta dalam aktivitas kesehariannya di rumah. Dimana ibulah sebagai sosok pertama yang akan menanamkan norma-norma kebaikan sekaligus menjadi teladan dalam bersikap.
Ibu merupakan seorang figur yang akan menjadi contoh bagi anak-anaknya. Kedekatan fisik dan emosionalnya terjalin secara alamiah sejak mengandung merupakan faktor utama yang akan menentukan kepribadian dan karakter anaknya. Oleh sebab itu hendaknya orang tua memberikan kasih sayang kepada anaknya dan menjadi positif bagi anak-anaknya dengan menunjukkan akhlak yang mulia dan menjadi perisai bagi anaknya dari pengaruh lingkungan yang buruk .
Bila anak kehilangan figur seorang ibu bisa ,menyebabkan anak mengalami devripasi maternal (perampasan kasih sayang ibu). Hal ini bisa menyebabkan terjadi gangguan kedisiplinan atau kegagalan pertumbuhan kejiwaan. Akibatnya, sang anak akan bisa menjadi murung, tidak ceria, dan kehilangan motivasi hidup.
Disinilah tugas kita sebagai seorang ibu sekaligus sebagai guru bagi anak-anaknya. Mendidik anak dibutuhkan kesabaran, kelembutan, dan Istiqomah. Setiap orang tua harus menghargai usaha sang anak dalam proses pembelajarannya. Orang tua selayaknya mengarahkan dan mendidik anak-anaknya tanpa harus merampas hak bermainnya, tanpa harus memaksa anak untuk ikut kehendak orang tua, dalam hal ini orang tua tugasnya adalah mengarahkan mereka agar tetap dalam koridor syariat Islam.
Untuk mengatur dan mengolahnya tentu saja di perlukan keahlian untuk itu seorang wanita dalam hal ini adalah ibu harus memiliki segudang ilmu dan pengetahuan yang luas guna mengolah dan menghadapi persoalan-persoalan tersebut. Tentunya dengan membutuhkan komitmen yang tinggi dan Kerja sama dengan sang ayah sebagai kepala rumah tangga.
Maka sadarilah, bahwa tugas peran wanita, yaitu seorang ibu, dirumahnya begitu penting jika ia mau menunaikan tugasnya mendidik anak-anak suaminya dengan didikan Islam yang baik dan benar. Didikan shaleh yang didasari iman dan takwa serta akhlak yang Mulia di atasnya ada kemauan dan semangat kuat, didukung berbagai Upaya nyata, diwarnai dengan keteladanan para as-Salaf as-Sholih yang terdahulu. Dengan izin Allah, wanita sebagai ibu ini benar-benar telah berbuat sesuatu yang paling mulia di antaranya aktivitas kaum wanita yang umumnya hanya termotivasi oleh upah dan materi belaka.
Tak sedikit orang tua yang mengeluh karna kondisi saat ini. Terkadang orang tua ingin anaknya belajar secara maksimal di rumah, namun situasi yang terjadi malah sebaliknya, anak-anak terkadang jenuh dan cepat bosan. Kondisi seperti ini yang harus bisa kita Atasi sebagai seorang ibu, karna pada dasarnya anak-anak sesungguhnya hanya bisa belajar dalam keadaan bahagia. Kondisinya tertekan atau stres justru kekebalan tubuhnya menurun.
Referensi:
Nama penulis : Ust. Abu Ammar al-Ghoyami
Di rangkum oleh : Khairunnisa (pengabdian DQH)
Sumber : al-Mawaddah “Investasi hari tua menabung untuk akhirat” tahun ke 10
BACA JUGA :
Leave a Reply