Hikmah problematika rumah tangga, Rumah tangga ibarat bahtera. Berlayar selama kehidupan di dunia fana ini. Suatu saat akan berlabuh juga jika tiba saatnya. Bagaimana agar kita bisa mengambil hikmah agar bahtera tindak kandas ditengah perjalanan?, Sukur-sukur ada hikmah yang bisa membawa kita bersama-sama hingga ke surga. Berpadunya sepasang pria dan wanita dalam sebuah ikatan pernikahan merupakan salah satu tanda di antara tanda kekuasaan kekuasaan Allah Ta’ala. Dalam ikatan suci ini, setiap suami dan istri memiliki peran penting dalam membangun bahtera rumah tangga dan mengambil hikmah. Perbedaan yang ada pada sepasang suami istri merupakan sebuah keniscayaan dan kewajaran maka dari itu kita harus mengambil hikmah dari hal tersebut. Sebab, keduanya memanglah berbeda.
Tak jarang perbedaan tersebut menyulut percikan konflik dan perselisihan yang tak dapat di hindarkan. Yang terpenting adalah bagaimana agar berbagai harapan tersebut tidak sekadar menjadi impian dan angan-angan. Peran suami, sebagai nahkoda bahtera rumah tangga, sangat penting menjaga kekompakan semua awak yang terlibat di dalamnya. Tidak sepantasnya seorang suami memposisikan diri sebagai kaisar, meskipun mempunyai hak yang besar. Begitu menikah, perwalian seorang wanita beralih kepada suaminya. Tapi yang tidak boleh dilupa seorang suami adalah bahwa orang tua sebagai wali mutlak saja tidak berhak memaksa putrinya dalam masalah pernikahan. Lantas pantaskah seorang suami memaksakan diri secara membabi buta kepada istrinya?
Bagaimanakah memperlakukan istri?
Pada hakekatnya, Islam mengarahkan para suami untuk memperlakukan istri dengan sebaik mungkin. Bahkan sekalipun pada saat para suami mendapatkan hal-hal yang mereka tidak sukai dari para istri.
Allah ta’ala berfirman :
وَ عَا شِرُ و ھُنَّ بِا لْمَعْرَ و فِ فَإِن كَرِ ھْتُمُو ھُنَّ فَعَسَي أَن تَكْرَ ھُواشَئا وَ يَجْعَلَ ا للّٰهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
Dan pergaulilah mereka (istri-istri) dengan baik. Bilamana kalian membenci mereka, boleh jadi kalian membenci sesuatu Dan Allah menjadikan padanya banyak kebaikan. (QS. an-Nisâ: 4/19)
Syaikh as-Sa’di rohimahullah menyatakan, ini mencakup pergaulan dalam hal tutur kata Dan perbuatan. Seorang suami wajib mempergauli istrinya dengan baik, menjalin hubungan Yang indah, tidak menyakitinya, mengupayakan pemberian Yang baik serta pergaulan Yang menentramkan baginya. Termasuk diantaranya adalah pemenuhan nafkah dan pakaian. Kekerasan, pemaksaan, dan kesewenang-wenangan bukanlah langkah yang patut di kedepankan. Rosulullah ﷺ sendiri menggambarkan wanita seperti tulang rusuk, bengkok tapi keras. Kalau dipaksa lurus jelas patahnya, tapi kalau di biarkan saja tetap dalam kebengkokannya. Karena itu seorang suami sebagai lelaki sejati dituntut untuk mengasah rasa seninya dalam menghadapi istri. Renungan berikut bisa menjadi salah satu bahan untuk muhasabah dan mengambil hikmah. Bagaimana kita, kaum pria, menjalankan bahtera rumah tangga bersama istri selama ini.
Wahai Sang Suami…
- Apakah menjadi beban untuk tersenyum di hadapan istrimu dikala engkau masuk bertemu istri tercinta? Sungguh ada pahala dari allah ta’ala untuk sepotong senyummu.
- Apakah begitu sulit menampakkan wajah berseri saat menatap anak dan istrimu?
- Apakah akan membuatmu celaka jika engkau, wahai hamba allah, untuk sekadar merangkul istrimu, mengecup pipinya dan mencumbu saat engkau menghampirinya?
- Apakah memberatkanmu untuk mengangkat sesuap nasi kemudian memasukan ke dalam mulut sang istri? Apakah engkau lupa hal itu berbalas pahala dari-Nya?
- Apakah menyusahkanmu, jika engkau masuk rumah disertai ucapan salam : Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh? Bukankah engkau dijanjikan akan meraih 30 kebaikan karenanya?
- Apa yang membebanimu, jika engkau menuturkan untaian kata-kata yang baik, yang disenangi kekasihmu? Cobalah dulu walaupun terbalut terpaksa dan kebohongan yang di bolehkan?
- Apakah akan membuatmu lelah wahai hamba allah, jika engkau berdoa, “Wahai Allah perbaikilah istriku dan berkatilah daku pada dirinya.”
Ungkapan yang baik adalah sedekah.
Wajah yang berseri dihadapan istri adalah sedekah.
Senyuman manispun termasuk sedekah.
Mengucapkan salam mengandung beberapa kebaikan.
Berjabat tabgan menggugurkan dosa.
Berhubungan badan mendapatkan pahala.
Istri adalah ratu rumah tangga. Setelah sang suami ia bertanggung jawab terhadap rumah tangganya. Saat itulah politik dalam negeri penuh dalam genggamannya. Sebuah posisi yang penting dan strategis.
Sebagai orang nomor dua dalam rumah tangga tentu harus tetap memberikan ketaatan pada orang nomor satu, sang suami. Sang istri pun menjadi labuhan tempat melepas lelah setelah seharian beraktivitas darinyalah, seorang suami mendapat gagasan dan ide. Karenanyalah, seorang suami menjadi gembira hilang luka dan lara.
Wahai para istri …..
Akankah membahayakan dirimu, sekiranya anda menemui sang suami dengan wajah berseri, dihiasi senyuman manis saat menyambutnya pulang?
Akankah memberatkanmu, apabila anda coba menghapus debu dari wajah, kepala, dan bajunya disertai kecupan di pipinya?
Akankah terasa sulit dan capek, jika menunggu sejenak saat dia memasuki rumah sementara anda tetap berdiri sampai dia duduk?
Mudah bukan jika anda menyambut dengan untaian kata bermakna?
“Alhamdulillah kanda selamat selalu, kami sangat rindu kedatanganmu, selamat datang duhai kekasih hatiku!
Persembahkan dandananmu untuk suami, di dalamnya ada pahala dari Allah Dzat yang indah dan cinta keindahan, kenakanlah parfum terbaikmu, perelok dengan balutan busana terindah untuk menyambutnya.
Kenapa harus selalu tampak sedih dan gelisah, bukankah dengan doa Allah akan melindungimu dari rasa gelisah,sedih malas dan lemah ?
Ajaklah suami anda bersama untuk berbakti kepada ibu bapaknya ! sadari kini bahwa ibu nya adalah ibu mu juga demikian pula ayahnya.
Bangunkan suami untuk melaksanakan shalat malam,doronglah untuk puasa sunat, ingatkan tentang keutamaan sedekah,dan janganlah anda menghalanginya untuk menjalin hubungan siraturrahim dengan karib kerabatnya.
Perbanyaklah minta ampunanNya, untuk dirimu, suami,kedua orang tua, dan seluruh kaum muslimin. Berdoalah kepada allah, agar dianugerahkan keturunan yang baik,niat yang baik serta kebaikan dunia dan akhirat.sungguh Rabbmu maha mendengar doa dan mencitai orang yang tak putus-putus meminta. Allah berfirman, “dan Rabbmu berkata, ‘serulah aku niscaya aku penuhi doa mu.” (al-ghafir:60)
Banyak hikmah di balik problematika rumah tangga, antara lain
- Adakalanya hal itu merupakan peringatan dari allah atas maksiat yang kita lakukan.
Allah ta’ala berfirman,
و ما أ صا بكم من مصيبة فبما كسبت أ يد يكم و يعفو عن كثير
Artinya : “musibah apapun yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)”. QS. Asy-syura (42):30.
Musibah tersebut bisa jadi menimpa kita atau orang- orang terdekat kita. Sebagaimana dikatan oleh seorang ulama salaf, “sungguh aku bisa merasakan akibat perbuatan maksiat, dari perilaku istri dan hewan tungganganku”.
Tabiat dasar manusia adalah : lalai. Ketika seorang di karuniai kelapangan hidup oleh allah, rezeki yang cukup, badan yang sehat, suami yang baik dan anak-anak yang menyenangkan; maka ia pun lupa. Ia melalaikan hak-hak allah, merasa aman berbuat maksiat, lalai dari berdzikir, membaca al-qur’an dan ibadah-ibadah lainnya. Segala kemudahan hidup tadi menyebabkan ia seakan tidak butuh kepada allah.
Maka ketika itu Allah ta’ala menurunkan musibah dan cobaan. Muncullah berbagai macam problematika. Suami yang biasanya lembut berubah jadi kasar, anak yang biasanya menurut tiba-tiba menjadi sulit diatur, yang selalu sehat mendadak sakit, rezeki tau-tau seret dan lain sebagainya.
Ini merupakan peringatan dari allah ‘azza wa jalla. Sehingga hamba mau kembali dan merasa butuh kepada-Nya. Oleh karena itu, rasulullah menyampaikan sebuah petuah yang amat berharga dalam sabdanya,
ا حفظ ا لله يحفظك، احفظ الله تجده أمامك، تعرف إ ليه في الر خا ء، يعر فك في ا لشد ة
Artinya:
“ jagalah Allah; niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah; niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Ingatlah allah disaat engkau lapang, niscaya dia akan mengingatmu di saat engkau susah“. HR. Ahmad dari Ibn Abbas radhiyallahu’anhuma dan dinilai sahih oleh adh-Dhiya’ dan al-Albany.
Oleh karena itu, apabila terjadi masalah dalam rumah tangga, hendaklah kita memeriksa kembali hubungan kit dengan allah ta’ala. Dekatkan diri kepada-Nya dengan meningkatkan ibadah dan bertaubat dari perbuatan maksiat.
Para istri yang mulia…
Banyak hikmah di balik problematika rumah tangga. Selanjutnya ialah :
- Kedewasaan semakin terasah.
Dengan menghadapi berbagai macam problematika rumah tangga dan melakukan usaha untuk menyelesaikannya, seorang insan akan semakin terasah kedewasaannya. Ia bisa belajar untuk bersabar, menahan amarah, saling memaafkan dan menahan diri. Sehingga ia menjadi lebih matang dan lebih siap untuk mengarungi kehidupan di masa yang akan datang.
Seringkali permasalahan timbul karena adanya perbedaan prinsip keimanan. Perubahan naik turunnya iman kadang terjadi secara tidak bersamaan dan seimbang antara suami dan istri. Perbedaan ini bisa memunculkan konflik. Lebih-lebih pada orang yang baru mengalami penyadaran, biasanya sangat peka terhadap kesalahn orang lain dan cenderung mudah bersikap reaktif.
Ia kerap lupa bahwa perubahan sering kali membutuhkan proses,sebagaimana dulu ia pun berproses dalam memperbaiki diri. Kesadaran ini akan membawa nya untuk lebih bersabar dalam menasehati.Sabar tidak berarti diam tanpa melakukan apa-apa.namun sabar lebih condong pada kemampuan mengendalikan untuk tidak mengambil tindakan sebelum tepat saatnya. Sabar lebih cenderung pada usaha untuk menjaga kejernihan pikir dan kebersihan hati sehingga tidak mengambil tindakan secara tergesa-gesa.sabar juga memuat ketahanan untuk menunggu saat yang baik, karena bersama kesulitan ada kemudahan serta menjaga harapan kepada allah karena sesungguhnya pertolongan allah itu dekat.
- Peluang untuk mengenali pasangan lebih dalam
Terjadi nya permasalahan ataupun pertikaian antara suami istri merupakan peluang untuk mengenali karakter pasangan. Apa saja yang disukai dan dibenci nya, bagaimana pola pikirnya, apa saja yang ia sukai dan apa pula yang tidak disukai nya. Dengan demikian akan semakin bertambah kesepahaman antara kedua nya dan mereka lebih siap untuk menjalani kehidupan bersama insya allah.
Ini mesti oleh siapapun yang mengarungi bahtera rumah tangga, terlebih mereka yang baru saja memasuki gerbang pernikahan. Sebab suami istri yang secara psikis belum matang, mudah terpengaruh oleh perbedaan-perbedaan remeh-temeh yang tidak prinsipil. Mereka cepat sekali mereaksi karena selera makanan dan cara menghidangkan nya, atau perbedaan mengenai warna kesukaan. Sehingga bisa mengalami konflik terbuka maupun tertutup hanya gara-gara persoalan semacam ini.
Biasanya orang yang terjangkiti penyakit diatas, dikarenakan orientasinya amat dangkal dan bersifat jangka pendek saja. Ia tidak berfikir tentang hal-hal yang mendasar dalam hidup ini untuk kehidupan yang sebenarnya kelak setelah mati.
Dari Tulisan : al-Ustadz Muhammad Elvi Syam, Lc.
al-Ustadz Riyal Yuliar, Lc.
al-Ustadz Abdullah Zaen, Lc., MA
Diambil Dari Majalah : FATAWA Vol.III/No.04 | Maret 2007 / Shafar 1428
As-Sunnah Edisi 02/THN XV / RAJAB 1432H/JUNI 2011M
Artikel Kajian Ustad Abdullah Zaen, Lc., MA
Diringkas Oleh : Riki Irawan Ibnu Wazir
baca juga artikel berikut:
TANDA-TANDA ORANG YANG BERTAQWA DI DALAM AL-QUR’AN DAN SUNNAH (1)
Leave a Reply