Hati Yang Selamat

HATI YANG SELAMAT

Hati yang Selamat

Hati yang selamat merupakan perkara yang penting bagi seorang muslim. Ada beberapa hal yang menunjukkan pentingnya seorang muslim mengetahui masalah hati yang selamat, di antaranya adalah:

  1. Kita mengetahui bahwa dunia ini sementara dan akhirat adalah tempat kembali kita.

Kesuksesan seseorang di akhirat bukan pada materi dunia yang sekarang kita lihat (harta, jabatan, dan apa yang ada di dunia ini), melainkan orang yang bertemu dengan Allah dan datang kepada Allah dengan membawa hati yang selamat. Orang yang membawa hati yang selamat akan Allah berikan karunia yang besar berupa keselamatan dari neraka dan dimasukkan ke dalam Surga-Nya. Dalam sebuah ayat Allah menyebutkan ketika Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah, dan Allah Subhanahu Wata’ala mengatakan:

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌۭ وَلَا بَنُونَ

Artinya: (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna”. (QS. Asy-Syu’ara: 88)

Sebelumnya beliau mengatakan kepada Allah, “Ya Allah janganlah Engkau hinakan aku, ketika hari mereka dibangkitkan.” Hari di mana tidak bermanfaat harta dan anak-anak. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

إِلَّا مَن أَتَى ٱللَّهَ بِقَلب سَلِيم

Artinya: Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’ara:89)

  1. Hati memiliki pengaruh yang besar terhadap amalan lahiriah seseorang.

Jika hatinya baik maka amalan lahiriahnya mengikuti, demikian pula jika hati seseorang berpenyakit, maka akan berpengaruh pula terhadap lahiriahnya. Hati ini seperti raja, jika dia baik maka yang lainnya akan baik. Sebaliknya jika dia jelek maka yang lainnya akan jelek. Perhatikan ucapan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ. متفق عليه

Artinya: Ingatlah sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik maka baik pula seluruh jasad, namun apabila segumpal daging itu rusak maka rusak pula seluruh jasad. Perhatikanlah, bahwa segumpal daging itu adalah hati!” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599)

  1. Allah melihat diri kita dari segi hati dan juga amalan kita. Hati dan amalanlah yang membedakan derajat dan kedudukan kita di sisi Allah.

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mengatakan:

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian. (HR. Muslim no 2564)

Kriteria hati yang selamat adalah sebagai berikut:

  1. Hati Yang Selamat dari Kesyirikan

Qalbun yang salim lawannya adalah qalbun yang berpenyakit. Qalbun salim adalah yang selamat dari kotoran yang merusak hati. Kotoran yang banyak merusak hati dan paling parah adalah perbuatan syirik. Nabi H ketika ditanya tentang apa dosa yang paling besar? Beliau mengatakan, “Engkau menjadikan sekutu bagi Allah sedangkan Dia-lah yang telah menciptakan dirimu”.

Qalbun yang salim bertawakal hanya kepada Allah. Qalbun yang salim meyakini bahwasanya manfaat dan mudharat Allah yang mendatangkan. Seandainya seluruh manusia berkumpul untuk memberikan manfaat kepada kita dan Allah tidak menghendaki maka tidak mungkin mereka akan menyelamatkan kita dan tidak mungkin mereka akan memberikan manfaat kepada kita. Sebaliknya jika seluruh makhluk berkumpul untuk memudharati kita mencelakan kita, mereka tidak akan mungkin mencelakakan kita kecuali dengan apa yang sudah Allah tulis. Ini harus ada pada diri seorang yang memiliki qalbun yang salim. Kalau masih ada tawakal kepada selain Allah maka ini adalah bentuk kesyirikan.

  1. Hati yang selamat dari kemunafikan

Munafik artinya adalah menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekufuran, hati yang selamat adalah hati yang selamat dari berbagai jenis kemunafikan dan berbagai jenis kekufuran yang disembunyikan di dalam hati. Contoh kekufuran yang disembunyikan di dalam hati adalah meyakini bahwa Muhammad Ibnu Abdillah bukan nabi. Di depan orang Islam dia mengatakan, “Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah”, namun ucapannya di dalam hatinya tidak meyakini bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah. Hal ini berarti di dalam qalbun-nya ada kekufuran meskipun ia menampakkan keislaman di hadapan manusia.

Kalau seseorang selamat dari seluruh jenis kekufuran yang dilakukan oleh hati, berarti dia memiliki di antara sifat qalbun salim yaitu selamat dari kemunafikan. Dahulu orang-orang munafik di zaman Nabi mengatakan, “Muhammad adalah Rasulullah”.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

إِذَا جَآءَكَ ٱلْمُنَـٰفِقُونَ قَالُوا۟ نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُۥ وَٱللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ ٱلْمُنَـٰفِقِينَ لَكَـٰذِبُونَ

Artinya: Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (QS. Al-Munafiqun: 1)

  1. Hati yang selamat dari berbagai aqidah yang bid’ah

Kebid’ahan yang dimaksud bukan hanya bid’ah amaliyah saja, bid’ah amaliyah adalah amalan-amalan lahir yang tidak pernah dikerjakan oleh Nabi dan tidak pernah dicontohkan oleh para sahabat kemudian dilakukan seseorang maka ini disebut bid’ah amaliyah. Ada pula bid’ah i’tiqadiyah yaitu sesuatu yang berkaitan dengan aqidah yang tidak pernah diyakini oleh Rasulullah dan para sahabat. Maka hati yang salim adalah hati yang selamat dari bid’ah-bid’ah i’tiqadiyah. Contohnya aqidah khawarij, yang meyakini bahwa pelaku dosa besar keluar dari Islam.

Aqidah Rasulullah dan para sahabat bahwa pelaku dosa besar berkurang keimanannya tetapi tidak sampai keluar dari Islam, mereka menyebutkan di antara dalilnya adalah ketika Allah menyebutkan tentang qisash orang yang membunuh dengan sengaja maka dia di-qisash dia dibunuh. Allah Subhanahu Wata’ala mengatakan di dalam Al-Qur’an,

فَمَنْ عُفِىَ لَهُۥ مِنْ أَخِيهِ شَىْءٌۭ فَٱتِّبَاعٌۢ بِٱلْمَعْرُوفِ وَأَدَآءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَـٰنٍۢ

Artinya: “Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik.” (QS. Al-Baqarah: 178)

  1. Hati yang selamat dari kotoran secara umum

Selamat dari kemaksiatan yang dilakukan oleh hati contohnya hasad. Hasad adalah benci apabila saudaranya mendapatkan kenikmatan dan dia ingin seandainya kenikmatan tersebut hilang dari saudaranya. Ini termasuk kemaksiatan yang terkadang seseorang tidak menyadari dan ternyata dia sedang berbuat maksiat kepada Allah dengan hatinya. Kemaksiatan lain yang dilakukan oleh hati adalah su’udzhan, berburuk sangka kepada saudaranya. Nabi Subhanahu Wata’ala mengatakan:

إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ

Artinya: “Jauhilah sifat berprasangka karena sifat berprasangka itu adalah sedusta-dusta pembicaraan”. (HR. Bukhari no. 5143 dan Muslim no. 2563)

Di antara kemaksiatan yang dilakukan oleh hati adalah membayang-bayangkan sesuatu yang diharamkan dan ini termasuk kemaksiatan yang dilakukan oleh hati atau lebih tepatnya adalah niat (berniat untuk melakukan kemaksiatan. Niat maksudnya adalah azam memiliki tekad kuat atau maksud yang kuat.

Selanjutnya berikut ini adalah cara agar mendapatkan qalbun salim yakni hati yang selamat dari kotoran- kotoran:

  1. Thalabul Ilm

Ini adalah cara yang paling penting agar seseorang mendapatkan hati yang selamat. Seseorang akan mendapatkannya jika dia tidak mau belajar, karena ada kemungkinan seseorang melakukan kesalahan karena dia tidak tahu. Jika dia tidak tahu tentang tauhid maka dia akan terjerumus kepada kesyirikan. Jika dia tidak tahu jalan kemungkinan dia akan tersesat. Thalabul ilm adalah wasilah utama untuk mendapatkan qalbun salim. Adapun ilmu yang harus didahulukan untuk dipelajari adalah tentang aqidah (tauhid). Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌۭ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌۭ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًۭى وَرَحْمَةٌۭ لِّلْمُؤْمِنِينَ

Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus: 57)

Penyakit-penyakit yang ada di dalam hati obatnya adalah Al-Qur’an. Kenapa dinamakan obat? Karena di situ ada هُدًى yaitu petunjuk. Penyakit-penyakit yang tadi disebutkan seperti kesyirikan, kekufuran, kebid’ahan, aqidah yang sesat, dan lain-lainnya akan hancur apabila kita mempelajari Al -Qur’an. Allah Subhanahu Wata’ala mengatakan,

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌۭ وَرَحْمَةٌۭ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّـٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًۭا

Artinya: Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian. (QS. Al-Isra: 82)

  1. Berdoa kepada Allah

Selipkan dalam doa kita untuk meminta hati yang selamat.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ قَلْبًا سَلِيمًا

Ya Allah aku meminta kepadamu hati yang selamat.

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam mengajarkan kepada kita sebuah doa,

اللهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا

Artinya:

“Ya Allah, karuniakan ketakwaan pada jiwaku. Sucikanlah ia, sesungguhnya Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya, Engkau-lah Yang Menjaga serta Melindunginya”. (HR. Muslim no. 2722)

  1. Banyak mengucap salam

Apa hubungannya antara mengucapkan salam dengan selamatnya hati? Hal ini karena orang yang mengucapkan salam niscaya jauh dari hasad, karena menunjukkan bahwasanya tidak ada sesuatu di dalam hatinya. Salam artinya doa, mendoakan kebaikan untuk saudaranya. Maka diharapkan orang yang mendoakan saudaranya dengan kebaikan hilang dari dirinya sifat hasad. Salam artinya keselamatan ketika kita mengucapkan.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Semoga keselamatan atasmu

Ini maknanya selamat secara umum. Selamat dari fitnah syahwat dan syubhat, selamat dari musibah-musibah dunia dan akhirat. Sebuah kebaikan ketika kita banyak mengucapkan salam kepada orang lain dan orang lain ada di antara mereka yang mustajab doanya, dia menjawab salam disertai kesadaran penting menjawab salam dan paham maknanya, dia pun menjawab dengan tulus dari dalam hatinya disertai niat mendoakan saudaranya dengan keselamatan. Semoga Allah mengabulkan kita masuk di dalam keselamatan tadi adalah selamatnya hati seseorang dari kotoran (syirik, nifak dan lainnya). Dalam sebuah hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا. أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ

Artinya: Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan pada sesuatu, jika kalian laksanakan maka kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian. (HR. Muslim no. 54)

  1. Memperbanyak istighfar

Disebutkan di dalam hadits apabila seseorang melakukan dosa akan ada titik hitam dalam hatinya. Ketika kemudian dia beristighfar, maka Allah akan menghilangkan titik hitam tersebut. Kalau dia beristighfar hanya untuk dosa itu saja maka itu saja yang dihilangkan oleh Allah. Tapi kalau dia mengatakan:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لي ذَنْبِي كُلَّهُ: دِقَّهُ وَجِلَّهُ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ، وَعَلاَنِيَتَهُ وَسِرَّهُ

Artinya: Ya Allah, ampunilah seluruh dosaku yang kecil dan besar, yang telah lewat dan yang akan datang, yang telah kulakukan terang-terangan dan yang tersembunyi. (HR. Muslim no. 483)

 

Maka akan diampuni seluruh dosa yang dia sebutkan di dalam ucapannya tadi. Lafadz istighfar yang paling baik menurut para ulama di akhir hayat beliau adalah اللهم اغفر لي وتب علي digabungkan di sini antara istighfar dengan taubah. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala:

إِذَا جَآءَ نَصْرُ ٱللَّهِ وَٱلْفَتْحُ ۞ وَرَأَيتَ ٱلنَّاسَ يَدخُلُونَ فِي دِينِ ٱللَّهِ أَفوَاجا ۞ فَسَبِّح بِحَمدِ رَبِّكَ وَٱستَغفِرۡهُۚ إِنَّهُۥ كَانَ تَوَّابَا

Artinya:

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat. (QS. An-Nasr: 1-3)

  1. Banyak mengingat kematian

Di antara penyakit hati adalah cinta dunia, bukan hanya kemaksiatan atau bid’ah. Seseorang menjadikan dunia ini di dalam hatinya sehingga menjadikan akhiratnya, ini salah satu penyakit hati yang harus segera dibersihkan dalam diri seseorang. Kenapa seseorang terlihat tamak dengan dunia, tidak habis-habisnya dia dengan dunia. Salah satu sebabnya karena dia lupa dia akan meninggal dunia, seakan-akan dia selamanya di dunia ini sehingga dia rakus dan tamak keadaannya.

Ketika seseorang mengingat kematian dia akan menjadi orang yang qana’ah, merasa cukup dan tidak tamak dengan dunia ini karena dia yakin dia akan kembali dan meninggalkan semua perkara ini dan setelah ini akan ada hisab dan harus mempunyai bekal untuk menuju ke sana. Di antara caranya seseorang sering berziarah kubur, “Hendaklah kalian ziarah kubur, karena ziarah kubur mengingatkan akan kematian” kata Nabi. Tanda Hati Yang Selamat :

  1. Hati tersebut mencintai kebaikan, senang melihat semaraknya dakwah sehingga banyak manusia mendapatkan hidayah.
  2. Membenci kemaksiatan dan kekufuran, meskipun dia sendiri terkadang masih melaksanakan kemaksiatan. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman.

وَلَـٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ ٱلْإِيمَـٰنَ وَزَيَّنَهُۥ فِى قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ ٱلْكُفْرَ وَٱلْفُسُوقَ وَٱلْعِصْيَانَ

Artinya: Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. (QS. Al-Hujurat: 7)

Kalau kita masih mendapatkan dalam hati kita perasaan seperti itu maka ini termasuk tanda kebaikan hati kita masih hidup dan selamat meskipun kita sendiri masih kekurangan.

  1. Sering bertobat kepada Allah, khususnya ketika dia melakukan dosa atau maksiat.
  2. Ketika mendapatkan musibah dia ridha dengan takdir Allah dan apa yang Allah takdirkan pasti ada hikmahnya.
  3. Mengetahui bahwa dunia akan berakhir dan dia tergerak hatinya untuk berbekal.
  4. Mengingatkan akhirat.
  5. Merasa tenang ketika dia berdzikir kepada Allah.
  6. Suka membaca Al-Qur’an.
  7. Tidak hasad dan su’udzhan suka memaafkan orang lain.

Itu adalah pembahasan yang berkaitan dengan qalbun salim. Semoga bisa kita pahami bersama dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Referensi:

Ditulis oleh: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A. dari Majalah HSI Edisi 37 Rajab 1443 H.

Diringkas oleh: Aryadi Erwansah (Staf Ponpes Darul Qur’an Wal Hadits OKU Timur).

Baca juga artikel:

Adab Terhadap Syaikh

Menunaikan Amanat dengan Adil

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.