FIKIH ASMAU`UL HUSNA
بسم الله الرحمن الرحيم
Alhamdulillah segala puji bagi Allah ta`ala, semoga senantiasa memberikan rahmat dan taufiqnya kepada kita diatas agama islam dan diatas sunnah NabiNya Shalallahu`alaihi wasallam hingga datang kematian, shalawat dan salam semoga selalu tetap tercurahkan untuk hamba terbaik yang pernah Allah ciptakan dimuka bumi ini Nabi Muhammad Shalallahu`alaihi wasallam. Pada artikel kali ini insyaallah akan membahas tentang Fiqih Asma`ul husna yang meliputi kedudukannya, keutamaannya, dan lain-lain.
- KEDUDUKAN ILMU TENTANG ASMA`UL HUSNA
Sesungguhnya memahami nama-nama Allah yang baik merupakan ilmu yang mulia, bahkan ini termasuk Al-fiqh Al-akbar ( fiqih yang paling agung) dan mempelajari ilmu tentang mengenal Allah, nama dan sifat Allah merupakan pondasi pertama yang harus dimiliki oleh penuntut ilmu. Sedangkan yang kedua adalah tunduk dan patuh kepada Allah dan RasulNya. Maka sudah selayaknya bagi seorang hamba mempelajari pondasi ilmu sehingga menjadi kokoh dan kuat dalam memahami agama. Didalam al-qur`an sangat banyak ayat-ayat yang menjelaskan dan menyebutkan tentang nama dan sifat-sifat Allah bahkan hampir-hampir semua ayat dalam Al-Qur`an tidak pernah lepas dari menyebutkan nam Allah dan sifatNya. Ini semua menunjukkan dengan jelas tentang pentingnya ilmu yang berkaitan dengan nama dan sifat Allah serta kebutuhan yang mendesak untuk mengenalnya. Diantara dalil-dalil tentang perintah untuk mempelajari nama dan sifat Allah, Allah berfirman :
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya “serta ketahuilah bahwasanya Allah maha mengetahui segala sesuatu (AL-Baqarah:231)
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Artinya “ dan ketahuilah bahwa Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan.” ( Al-Baqarah :233)
فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya “ketahuilah bahwasannya Allah maha perkasa , maha bikjaksana.” (Al-Baqrah : 209)
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيم
Artinya ‘ dan ketahuilah sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha mengetahui ( QS. Al-Baqarah : 244)
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
Artinya “dan ketahuilah bahwa Allah maha kaya lagi maha Terpuji.” (Al-Baqarah :267)
اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ وَأَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya “ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah amat berat siksan-Nya dan sungguh Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. Al-Maidah :98)
وَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَوْلاكُمْ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ
Artinya “maka ketahuilah bahwasannya Allah pelindungmu dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong” (QS. Al-Anfal:40)
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ
Artinya “ Dan ketahuilah behwa Allah mengetahui apa yang ada didalm hatimu, maka takutlah kepada-Nya dan ketahuilah bahwa Allah maha pengampun lagi maha penyantun ( QS. Al-Baqarah :235).
ayat-ayat semisalnya kurang lebih 30 ayat. Adapun apa yang disebutkan oleh Allah ta`ala tentangg nama dan sifat-Nya dalam Al-Qur`an, maka sangat banyak dan tidak bisa dibandingkan dengan yang lain, karena nama dan sifat Syaikhul islamm Ibnu Taimyyah rahimahillah berkata “didalam Al-Qur`an penyebutan tentang nama, sifat dan perbuatan Allah Ta`ala lebih banyak dari pada penyebutan makan, minum, serta pernikahan disurga. Ayat-ayat yang berkaitan dengan nama dan sifat Allah lebih mulia daripada ayat yang berkaitan dengan hari kiamat. Semuli mulianya ayat Al-Quran adalah ayat kursi yang didalamnya berkaitan dengan nama dan sifat Allah. Sebagaimana hal ini disebutkan didalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh muslim dari Nabi Shalallahu`alaihi wasallam. Bahwasannya beliau bersabda kepada Ubay bin ka`ab Radiyallahu`anhu “apakah engkau mengetahui ayat apa yang paling mulia didalam Al-Qur`an? Ubay menjawab
اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
“Allah tidak ada illah melainkan Dia hidup kekal lagi terus menerus. Mengurus (makhluknya ) kemudian Rasulullah memegang dadanya seraya berkata “selamat atas ilmu yang engkau miliki wahai abu mundizir.”
Semulia-mulianya surat dalam Al-Qur’an adalah Ummul Qur’an (induk Al-Qur’an, yakni Al-Fatihah), sebagaimana yang disebutkan dalam Hadits Abu Sa’id bin Al-Mu’alla dalam Shahih Al-Bukhori, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda kepada beliau,
إنه لم ينزل في التوراة ولا في الإنجيل ولا في الزبور ولا في الفرقان مثلها وهي السبع المثاني والقران العظيم الذي أوتيته
“Sesungguhnya tidak diturunkan dalam Taurat atau Injil atau Zabur dan di Al-Qur’an yang semisal dengannya, dia adlah As-Sab’u Al-Matsaani (tujuh ayat dibaca berulang-ulang) dan Al-Qur’an yang mulia yag diturunkan kepadaku.”
Didalamnya terdapat penyebutan nama Allah dan sifat-Nya yang lebih banyak dibanding hari Kiamat. Telah disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwasanya surat Al-Ikhlas sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an. Selain itu disebutkan pula bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memberikan kabar gembira kepada yang membaca seraya mengatakan, “Saya mencintainya karena itu adalah sifat Allah, maka Allah akan mencintainya.” Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menjelaskan bahwa Allah cinta kepada orang yang cinta terhadap sifat-sifat-Nya dan pintu itu amatlah luas. Ini semuanya membuktikan ketinggian ilmu yang mulia ini dan keagungannya serta benyaknya pelajaran yang bisa dipetik dan bahwasanya dia adalah salah satu fondasi keimanan serta salah satu rukun agama yang diatsnya dibangun kedudukan agama yang tinggi. Bagaimana mungkin perkara syariat akan lurus dan keadaan manusia akan baik tanpa mereka mengenal nama-nama Allah yang baik dan sifat-sifat-Nya yang mulia lagi sempurna yang menunjukkan akan kesempurnaan dan kemuliaan serta keagungan-Nya, bahwasanya Dia adalah sesembahan yang haq dan tidak ada sesembahan yang haq selain-Nya. Akan tetapi kebanyakan manusia terlalaikan akan dunia dari pada menyembah-Nya, padahal Allah Ta’ala telah memperingatkan mereka dengan firman-Nya,
يَأَيٌّهاَ اَلذِيْن أمَنُوْا لاَتُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاأولادكم عن ذكر الله ومن يفعل ذلك فأولئك هم الخسرون
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yan rugi.” (QS. Al-Munafiqun: 9),
Allah Ta’ala -lah tempat kita memohon pertolongan dan Dia-lah yang dapat memberi petunjuk kepada setiap kebaikan.
- KEUTAMAAN ILMU TENTANG ASMA`US HUSNA DAN SIFATNYA
Tidak diragukan lagi bahwa ilmu tentang nama dan sifat Nya merupakan semulia-mulianya ilmu syar`i dan semurni-murninya tujuan yang agung karena berkaitan dengaan semulia-mulianya dzat yaitu Allah ta`ala. Imam Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata “sesungguhnya da`wah para rosul berkisar pad tiga hal, yaitu memperkenalkan Allah kepada manusia lewat nama dan sifatNya serta perbutan-Nya. Kedua menjelaskan jalan yang bisa menyapaikan kepada Nya, yaitui dzikir, bersyukur dan beribadah kepadaNya yang mencakup cinta dan ketundukan kepada Nya. Ketiga menjelaskan balasan bagi mereka disyurga dan kenikmatan didalamnya dan yang paling mulia dan utama adalah ridha-Nyaserta melihat kepada wajah Nyayang Maha Mulia serta ucapan salam dan berdialog dengan-Nya.
Beliau juga berkata tentang dakwah Rosul terakhir yang berkaitan dengan hal ini “beliau memperkenalkan rab mereka dan sesembahan mereka sesuai kadar kemampuan mereka dalm menangkap penjelasan. Kadangkala beliau menjelaskan, memgulangi meringkas, dan terkadang beliau memperluas penjelasan. Tentang nama, sifat dan perbuatan Nya, sehingga jelas pengenalan terhadap Nya dalam hati hamba Nyayang beriman dan tersingkaplah keabut keraguan dari pengenalan terhadapNya sebagaiman jelasnya rembulan dikala purnama. Beliau tidak meninggalkan sedikitpu penjelasan untuk umatnya sebelum bahkan sesudah beliau. Bahkan beliau telah mencukupi mereka.
أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَى لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Qur’an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman (QS. Al-Ankabut :51)
Rosulullah bersabda “
قد تركبكم على البيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها يعدي الا هالك
“Sungguh aku telah meninggalkan kalian diatas islam yang putih bersih, malamnya seperti siangnya, tidak akan menyimpang sepeninggalanku kecuali akan binasa” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
ما بعث الله من نبي الا كان حقا عليه ان يدل على خير ما يعلمه لهم وينهاهم عن شرما يعلمه لهم
“tidaklah Allah mengutus seorang nabi, melainkan wajib baginya untuk menjelaskan kepada umatnya kebaikan yang dia ketahui untuk mereka dan melarang mereka dari kejelekan bagi mereka “ (HR. Muslim)
Dan Abu dzar rhadiyallahu`anhu berkata,” rasulullah meninggalkan kami dan tidak seekor burung membalikkan sayapnya diudara, kecuali beliau jelaskan ilmunya. Rasulullah Shalallahu`alaihi wasallam bersabda,
ما بقي شيء يقرب من الجنة ويباعد من النار الا وقد بين لكم
“tidak ada yang tersisa sedikitpun (perkara) yang mendekatkan kesurga dan menjauhkan dari neraka melainkan telah dijelaskan kepada kalian. “ ( HR. At-thabrani)
Selain itu mustahil bagi Nabi Shalallahu`alaihi wasallam yang telah mengajarkan kepada umatnya tata cara buang hajat, makan dan minum, masuk fdan keluar rumah, dengan terperinci lalu beliau meninggalkan meraka tanpa mengajarkan apa yang harus mereka katakan dengan lisan meraka dan apa yang mereka yakini didalam hati mereka tentang rab dan sesembahan mereka.
Apa bila seorang hamba mengenal Rabnya, cinta dan selalu beribadah kepada Nya, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya, maka akan terealisasikan pada dirinya dengan mengenal ilmu ini dan peribadahannya, yang keduanya merupakan tujun penciptaan makhluk, maka akan teraih kesempurnaan manusia dan ketinggian derajatnya. Bahkan “ tidak ada kebutuhan ruh manusia yang melebihi dari kebutuhannya kepada pengenalan terhadap Rabbnya dan pencipta Nya.
Al hafidz Ibnu Katsir rahuimahullah berkata dalam tafsirnya tentang firman Allah
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
“sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambanya, hanyalah ulama” (QS. Al-Faathir:28) “sesungguhnya yang paling takut dengan sebenarnya kepada allah adalah ulama yang mengenal diri Nya. Karena jika ia mengnal Allah yang maha Agung lagi maha mengetahui, yang disifati dengan sifat-sifat yang sempurna dan dinamai dengan nama-nama yang mulia, maka jika pengenalan terhadap diri Nya lebih sempurna dan ilmu ilmu tentang Nya lebih banya, maka rasa takut kepada-Nya lebih besar dan lebih banyak.
Mengenal Allah dapat memperkuat rasa takut, merasa diawasi, mengagungkan harapan kepadaNya, menambah iman hamba dan membuahkan berbagai ibadah. Selain itu, dengannya hati akan lebih cepat berjalan menuju kepada rabbnya dan langkahnya lebih cepat untuk maraih ridha Nyamelebihi kecepatan angin yang berhembus, dia tidak akan menoleh kekanan dan kekiri. Hidayah hanya ada ditangan Allah, tidak afada daya dan kekuatan kecuali pertolongan dari Allah.
Barang siapa bersemangat untuk menjadikan tujuannya hanya satu saja yaitu Allah dan langkah satu-satunya dan keridhaan Nya, maka ia akan meraih puncakj harapannya dan mencapai semua bentuk kebahagiaan. Akan tetapi kebanyakan manusia hidupnya jauh dari harapan ini, sebagaiman yang telah disebutkan sebagian ulama salaf ‘sungguh merugi orang yang hidup didunia, kemudian keluar dari nya, tetapitidak mersa kelezatan didalamnya. “ kemudian dia ditanya apa kelezatan didalamnya,? dia berkata “mengenal Allah, mencintainya, selalu dekat dan rindu kepadaNya.
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa keutamaan ilmu tentang nama dan sifatNya terlihat tampak jelas dan keagungan manfaatnya dari banyak segi
Pertama : sesungguhnya ilmu ini semulia-mulianya ilmu, seutama-utamanya, dan setinggi-tingginya kedudukan. Keutamaan suatu ilmu terlihat dari sisi kandungan tersebut. Tidak ada ilmu yang lebih mulia dan lebih utama daripada ilmu tentang nama dan sifat-Nya yang tercantum dalam Al-qur`an dan As-sunnah. Oleh karena itu, menyibukkan diri dengan ilmu ini dan memahaminya merupakan kesibukan terhadap yang mulia. Kedua mengenal Allah mencintai nama-nama Nya dan sifat-sifat Nya, menghantarkan hamba untuk mencintai Nya, mengagungkan dan memuliakan Nya. Selalu takut dan berhrap kepada Nya, serta mengikhlaskan amal perbuatan untuk Nya.
Ketiga sesungguhnya Allah ta`ala mencintai nama-nama Nya dan sifat-sifat Nya, dan mencintai pengaruhnya dalam diri makhluknya. Ini merupakan bagian dari kesempurnaan Nya.
Keempat sesunggunya Allah menciptakan makhluk Nya dari ketiadaan dan menundukkan bagi mereka apa yang ada dilangit dan dibumiagar mereka mengenal dan menyembahnya, sebagaimana Allah ta`ala berfirman :
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. ( QS. At-Thalaq;12)
Kelima :salah satu rukun iman dan yang paling mulia, utama serta yang merupakan fondasinya adalah iman kepada Allah. Iman bukan sekedar di lisan” aku beriman kepada Allah, tanpa didasari oleh pengenalan terhadapnya, bahkan hakikat iman kepada Allah adalah seorang mengenal rabb yang ia ibadahi, dan ia berusa sekuat tenaga untuk mengetahui nama dan sifatnya hingga dia sampai kepada derajat keyakinan. Sesuai dengan kadar pengenalan hamba kepada rabbnya, maka itulah kadar imannya. Semakin bertambah ilmu tentang nama dan sifat Nya semakin bertambah pula pengenalan terhadap Rabbnya dan semakin bertambah keimanannya. Dan apabila semakin berkurang maka semakin berkurang pula keimanannya.
Mudah-mudahan kita termasuk orang yang senantiasa disibukkan dalam mempelajari ilmu tentang nama dan sifatNya sehingga kita tergolong hamba yang senantiasa cinta, takut, berharap serta enantiasa merasa diawasi oleh Allah ta`ala. Dan semakin menambah keimanan kita kepada-Nya. Wallahu alam bishawab.
Referensi:
Di ringkas dari buku yang berjudul FIQIH ASMAUL HUSNA karya : Prof. DR. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-`abbad Al-Badr, penerbit darus sunnah
Baca Juga Artikel:
Anda Tidak sendiri Dalam Mendidik Anak
Ada Apa Dengan Cinta Seorang Ibu
Leave a Reply