Derajat Berbakti Kepada Orang Tua

DERAJAT BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

Derajat Berbakti Kepada Orang Tua

Segala puji hanya bagi Allah, Rabb alam semesta. Kesudahan yang baik bagi orang-orang yang bertakwa. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah, Nabi yang termulia. Begitu pula kepada keluarga beliau, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat tiba. Amma ba’du.

Birrul walidain atau berbakti pada kedua orang tua merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Dalam al-Qur-an, setelah Allah memerintahkan kepada manusia untuk bertauhid kepada-Nya, Allah memerintahkan manusia untuk berbakti kepada kedua orang tuanya.

Di dalam surah Al-Isrâ’ ayat 23 dan 24, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

۞ وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

Artinya: “Dan Rabbmu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah kepada selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al-Isrâ’ [17]: 23). Lalu ayar selanjutnya: 

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ

Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang, dan katakanlah Wahai Rabbku,sayangilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku pada waktu kecil.” (QS. Al-Isra’: 24)

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan pada saat menafsirkan ayat tersebut:Allah ‘azza wajalla berfirman seraya memerintahkan kepada hamba-Nya agar beribadah hanya kepada-Nya saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Kata “al-Qadha” di dalam ayat ini bermakna perintah. Mengenai ayat (وَقَضَى) “Dan Rabbmu telah memerintahkan”, Mujahid berkata: “Maksudnya mewasiatkan.” Karena itulah Allah ‘azza wajalla menggandengkan beribadah kepada-Nya dengan berbakti kepada kedua orang tua. Dan mengenai firman-Nya ini: (وَبِالْوَلِدَيْنِ إِحْسَنًا) “Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak”, Maksudnya, dan Allah ‘azza wajalla memerintahkan hamba-Nya supaya mereka berbuat baik kepada kedua orang tua, hal tersebut sebagaimana firman-Nya di dalam ayat yang lain: (أَنِ ٱشْكُرْ لى وَلِوَلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيْرُ ) Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.” (QS. Luqman [31]: 14). Kemudian mengenai firman-Nya: (إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ ٱلْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أو كِلَاهُمَافَلَاتَقُلْ لَّهُمَاأُفٍّ ) “Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya telah sampai berusia lanjut dalam pemeliharaan engkau, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’.” Maksudnya adalah, janganlah engkau memperdengarkan kepada kedua orang tuanya perkataan yang buruk, bahkan sampai perkataan ‘ah’ sekalipun yang merupakan tingkatan paling rendah dari perkataan yang buruk. Firman-Nya (وَلَا تَنْهَرْهُمَا) “Dan janganlah engkau membentak keduanya.” Maksudnya, janganlah engkau arahkan perbuatan burukmu kepada keduanya. Mengenai ayat: (وَلَا تَنْهَرْهُمَا) “Dan janganlah engkau membentak keduanya”, Atha bin Abi Rabah radhiallahu ‘anhu berkata: “Maksudnya, janganlah engkau mengibaskan tanganmu kepada keduanya.”

Setelah Allah ‘azza wajalla melarang hamba-Nya dari perkataan yang buruk, selanjutnya Dia memerintahkan hamba-Nya agar berkata dan berbuat baik. Allah سُبْحَانَهُوَتَعَالَى berfirman: (وَقُل لَّهُمَا قَوْلاكَرِيْمًا ) Dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” Maksudnya, ucapkanlah dengan lemah lembut, baik, indah, dengan penuh adab, penghormatan, dan pemuliaan. (وَٱخْفِضْ لَهُمَاجَنَاحَ ٱلْذُّلِّ مِنَ ٱلْرَّحْمَةِ ) Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang.” Maksudnya, tawadhu’lah dengan perbuatanmu kepada keduanya.” (وَقُل رَّبِّ ٱرْحَمْهُمَا ) “Dan ucapkanlah: ‘Wahai Rabbku! Sayangilah keduanya.’ Yaitu, pada saat keduanya telah berusia lanjut dan setelah keduanya meninggal dunia. (كَمَارَبَّيَانِى صَغِيْرًا) “Sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”

Perintah untuk berbakti kepada orang tua terdapat dalam ayat yang lain. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

۞ وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِه شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ

Artinya: “dan sembahlah Allah, dan janganlah kamu mempersekutukannya dengan sesuatu apapun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawab, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. An-Nisa’: 36)

Para ulama terdahulu telah membahas tema kitab ini, yaitu birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua) dalam kitab-kitab mereka. Bahkan di kitab-kitab hadits, dicantumkan hadits-hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menjelaskan mengenai wajibnya berbakti kepada kedua orang tua, dan haramnya durhaka kepada mereka; seperti dalam Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, dan kitab-kitab hadits lainnya di dalam bahasan “Berbakti kepada kedua orang tua dan ancaman terhadap anak yang durhaka kepada kedua orang tua.” Sebagian hadits-hadits tersebut penulis cantumkan di dalam buku ini.

Pengertian Berbuat Baik (Ihsan) Dan Durhaka (‘Uquq) Kepada Orang Tua

Menurut lughah (bahasa), al-ihsan berasal dari kata ahsana (أَحْسَنَ) –yuhsinu (يُحْسِنُ) –ihsanan (إَحْسَانًا), yang berarti berbuat baik.

Adapun maksud ihsan dalam tema bahasan ini adalah berbakti kepada kedua orang tua, yaitu menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya semampu diri kita, dan jika memungkinkan kita mencegah gangguan terhadap keduanya. Menurut Imam Ibnu Athiyyah rahimahullah, kita wajib menaati kedua orang tua kita dalam hal-hal yang mubah, harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya, dan menjauhi apa-apa yang dilarang.

‘Uquq (عُقُوْقْ) secara bahasa artinya adalah memotong (seperti halnya ‘aqiqah yang berarti memotong kambing). Sedangkan makna ‘uququl wâlidain (عُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ) adalah gangguan yang ditimbulkan seorang anak terhadap kedua orang tuanya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contoh gangguan dari seorang anak kepada kedua orang tuanya yang berupa perkataan yaitu dengan mengatakan ‘ah’ atau ‘cis’, berkata dengan kalimat yang keras dan kasar ataupun menyakitkan hati kedua orang tua, menggertak, menghardik, mencaci maki, melaknat dan yang lainnya.

Sedangkan yang berupa perbuatan adalah berlaku kasar; seperti menghentakkan kaki ke lantai, atau memukul pintu dengan tangan, atau menendang tembok, pintu, dan yang lainnya dengan kaki, apabila orang tua yang menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk memenuhi keinginannya.

Dan termasuk durhaka kepada kedua orang tua yaitu membencinya, tidak mempedulikannya, bahkan tidak berkunjung atau menengoknya, dan tidak bersilaturahim atau tidak memberi nafkah kepada kedua orang tuanya yang miskin.

Wallahu a’lam.

Referensi:

Oleh ustadz : Yazid bin Abdul Qadir Jawaz, Kedudukan birrul walidain atau berbakti kepada kedua orang tua dalam syariat Islam dan pengertian berbuat baik (ihsan) dan durhaka (‘uquq) kepada orang tua, Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Jumadil Awwal 1441 H / Januari 2020 M

Diringkas oleh : Sherly Marsella, (Pengabdian Ponpes Darul Quran Wal-Hadits OKU Timur)

Baca juga artikel:

Mengajarkan Anak Berpuasa

Kekayaan Yang Hakiki

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.