Inilah adalah sebagian dari sisi kehidupan Rasulullah sebagai seorang suami yang mendapat taufik dalam mengatur urusan rumah tangganya. Berkumpul di dalamnya banyak orang yang cerdas dan mulia, berbeda-beda karakternya, saling berjauhan asal-usulnya dan lingkungannya, yang bertingkat-tingkat umurnya dan juga parasnya. Meskipun demikian kehidupan didalam rumah tangga rasulullah terjalin dengan rukun dan bahagia beliau hidup bersama isteri-isterinya, anak-anaknya dan cucu beliau.
Keharmonisan dan keberkahan dalam rumah tangga ini dapat terjadi karena dipimpin oleh manusia (rasulullah) yang paling baik akhlaknya dan sebagai uswah hasanah bagi suami dalam bergaul dengan para isterinya dengan cara yang ma’ruf, membagi dengan adil, memberi nafkah, lemah lembut, menghargai dan dengan sabar dalam menghadapi berbagai persoalan serta memberikan nasehat yang terbaik untuk keluarganya.
Rumah tangga Rasulullah yang harmonis dan penuh keberkahan inilah yang patut menjadi panutan bagi keluarga muslim saat ini. Pada pembahasan kali ini kami akan membahas tentang rasulullah sebagai seorang suami yang periang, berwibawa, dan setia.
Topik pembahasan yang pertama yaitu :
Rasulullah Sebagai Suami Yang Periang
Rasulullah dikenal sebagai pemimpin yang bersikap serius, disiplin dan tegas bahkan termasuk kepada isteri-isterinya, namun sikap ini bukanlah harga mati karena sesungguhnya rasulullah itu adalah orang yang paling lembut terhadap keluarganya dan seorang yang periang pada saat-saat gembira hal ini adalah sifat manusiawi yang beliau miliki untuk bercanda dengan keluarga dan membuat mereka tertawa.
Rasulullah terkadang bersikap terhadap isteri-isteri beliau terkadang dengan wajah yang riang bersenda gurau sehingga masing-masing dari mereka bisa merasakan kenikmatan dengan berkumpul untuk menjalani hidupnya dan agar kehidupan bersuami isteri tidak tegang yang lama- kelamaan akan menjemukan dan akhirnya menimbulkan kesusahan.
‘aisyah berkata; ’saya keluar bersama rasulullah dalam suatu perjalanan. Ketika itu saya masih sangat muda sehinggah belum punya beban tubuh yang berat .beliau bersabda kepada para sahabat, “duluanlah kalian!” maka mereka pun mendahului kami. Kemudian beliau bersabda kepadaku “ marilah kita berlomba lari dan aku akan mengalahkanmu .” Maka kamipun berlomba lari dan aku dapat mengalahkan beliau. Selang beberapa waktu dan tubuhku menjadi gemuk dan aku lupa peristiwa itu, saya melakukan perjalanan bersama beliau. Maka beliau bersabda kepada para sahabat , “duluanlah kalian“. Maka beliau mendahului kami. Beliaupun bersabda kepadaku “mari kita berlomba lari dan aku akan mengalahkanmu “.
Waktu itu saya sudah lupa peristiwa di masa lampau sementara saya telah berbadan gemuk . saya berkata: bagaimana aku bisa mengalahkanmu ya rasulullah ,badan saya seperti ini ? “beliau bersabda “ayolah!” maka kami berlomba dan beliau memenangkan nya sehingga beliau tertawa dan bersabda : “ini adalah pembalasan terhadap kekalahanku dimasa lalu.
Pada suatu ketika rasulullah berkata kepada aisyah , “sesungguhnya aku tau kapan engkau ridha kepadaku dan kapan kau benci kepadaku .” Saya berkata bagaimana anda mengetahui ya rasulullah? “beliau menjawab:
أما غذا كنت عنى رضيتة فإنك تقولين لا ؤرب محمد واذا كنت عنى غضبي قلت لا ورب إبرهيم
“adapun bila engkau ridha terhadapku, niscya engkau akan mengatakan “ tidak, demi rabb muhammad, dan apabila engkau marah kepadaku engkau berkata : “tidak, demi rabb ibrahim” .
Maka aisyah berkata : “benar ya rasulullah, demi allah memang aku tidak menjauhi kecuali namamu (tatkala marah).”
Seorang ulama berkata: “ketahuilah bahwa akhlak yang baik terhadap isteri itu bukan sekedar mencegah agar tidak menyakitinya, akan tetapi termasuk juga bersabar terhadap gangguan yang berasal darinya dan berlapang dada ketika dia marah. Hal ini sebagai perwujudan dalam meneladani sifat beliau terhadap isteri-isteri beliau. Dan hendaknya juga para laki-laki menumbuhkan pada dirinya untuk meneladani sifat rasulullah yang suka bercanda dan bergurau pada waktu-waktu tertentu didalam rumah nya, terlebih kepada isterinya agar dapat menyenangkan hatinya dan dapat meringankan beban hidup serta menguatkan ikatan cinta antara suami isteri.
Rasulullah Sebagai Suami yang Berwibawa
Sesungguhnya bagusnya akhlak rasulullah dan sifat penyayang dan lemah lembutnya beliau terhadap keluarganya tidak menghalangi beliau bersikap tegas dan disiplin terhadap mereka dalam kondisi yang sesuai, sebab tarbiyah tidak akan berhasil terwujud kecuali dengan menerapkan lapang dada pada satu sisi dan marah pada sisi lainnya. Allah ta’ala berfirman yang ditunjukkan kepada muhammad.
يايها ىلنبي قل لأزوجك ان كنت تردن آلحيوة ىىلدنيا وزينتها فتعا لين امتعكن وأسرحكن سراحا جميلا . وانكنتن تردن آلله ورسوله وآلدار آللأخرة فإن ألله أعد للمحسنت منكن أجرا عظيما
“Hai nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya , maka marilah supaya aku berikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik . Dan sekalian menghendaki (keridhaan ) Allah dan Rasulnya serta (kesenangan) dinegeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa saja yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar.” QS.Al-ahzab :28-29
Ayat ini turun manakala tuntutan ummahatul mukminin terhadap rasulullah sudah melapaui batas yakni menuntut terlalu banyaknya nafkah dan perhiasan. Maka tidak ada sikap beliau ketika itu melainkan marah dengan kemarahan yang mana beliau harus memisahkan diri dari mereka selama satu bulan penuh sebagai pelajaran bagi mereka dan beliau bertekat untuk tidak mendekati istri istri beliau selama satu bulan tersebut maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas untuk mengultimatum mereka antara memilih hidup dangan Rosullalah dengan cara hidup beliau dan bersabar bersama nya atau memilih kembali kepada keluarganya masing masing.
Memulai dengan mengultimatum aisyah sabdanya : “ wahai aisyah aku ingin mengemukakan pilihan kepada mu yang aku ingin kamu tidak menangguhkan jawaban mu hingga berkonsultasi dengan orang tua mu. ’’berkata aisyah, “apa itu ya rasulullah? “ beliau kemudian membaca ayat tersebut diatas. Maka aisyah berkata: apakah untuk memilih anda saya harus bertanya dulu kepada orang tua saya ya rasulullah? Jelas saya memilih Allah, rasulnya dan kampung akhirat. Saya mohon agar anda tidak memberitahu jawaban hamba ini kepada isteri-isteri anda yang lain.’ Beliau bersabda :
لاتسألنى إمرأة منهن إلا اخبرتها إن آلله لم يبعثنى معنتا ولامتعنتا ولكن بعثنى معلما ميسرا
“Tiada seorangpun dari mereka yang bertanya melainkan aku akan memberitahukannya, sesungguhnya Allah tidak mengutusku untuk menyusahkan dan mempersulit, akan tetapi Allah mengutusku agar mengajar manusia dan memberi kemudahan.”
Kemudian para isteri beliau memilih apa yang lebih baik bagi mereka , yang mana mereka memilih Allah, Rasul dan kampung akhirat.
Riwayat ini benar-benar telah disepakati bahwa nabi telah mengultimatum para isterinya antara cerai dan tetap menjadi isteri beliau dari segi yang beliau kehendaki di antara mereka. Hal itu agar mereka menjadi teladan yang baik seluruh wanita dalam urusan agama.
Seharusnya ketegasan yang seperti inilah yang harus dimiliki oleh para lelaki pada zaman sekarang ini, karena membiarkan wanita dapat menyebabkan timbulnya dampak yang tidak terpuji yang akan berakibat buruk baik untuk dirinya sendiri maupun untuk anak dan suaminya.
Rasulullah adalah Suami yang Setia
Kesetian secara umum adalah sifat yang sangat terpuji di dalam islam. Tingginya kedudukan sifat tersebut sebagaiman yang disifatkan Allah tabaraka wa ta’ala atas Dzat-Nya Yang Maha Suci dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang banyak diantaranya yaitu:
إنما يتذكر أولوآ آلألبب. آلذين يوفون بعهد آلله ولاينقضون ىلميثق
“Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian.” (QS. Ar-Ra’d :19-20)
Begitu pula Allah Subhanahu wata’ala telah memerintahkan kepada para hambanya agar mengambil fadhilah dari kesetian ini sebagai tameng, benteng dan perhiasan bagi jiwa mereka dan akhlak mereka. Maka allah berfirman:
واوفوا بعهد آلله إذا عهدتم
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji.” (QS. An-Nahl :91)
Dan rasulullah telah memberikan contoh yang tinggi dan mulia bagi kita dalam hal kesetiaan. Yang mana beliau tetap menjaga kesetiaan terhadap isteri beliau yakni khadijah. Beliau menjaga kesetiaannya tatkala isterinya masih hidup maupun tatkala beliau telah wafat. Kesibukkan beliau tidaklah melalaikannya dalam mengingat isterinya. Beliau banyak membicarakan tentang khadijah dan memuji kemuliaannya dan menyambung hubungan orang yang memiliki hubungan dengannya tatkala isterinya masih hidup.
Diriwayatka dari aisyah ummul mukminin bahwa ada seorang wanita tua yang datang kepada nabi, kemudian beliau bertanya “siapakah anda?” wanita itu menjawab ,” jatstsamah Al-Muzniyah.” Beliau bersabda dengan semangat ,” engkau baik-baik saja?, bagaimana kabar anda?, bagaiman keadaan anda?, bagaimana nasib anda setelah berpisah dari kami?” maka wanita itu menjawab, ” baik, demi bapak dan ibuku”. Maka tatkala wanita itu keluar , berkata aisyah ,”ya rasulullah anda menyambut wanita yang sudah tua tersebuit dengan sedemikian rupa ? “beliau bersabda :
إنها كا نت تأتين زمن خديجة وإن حسن العهد من الايمان
“sesungguhnya dia pernah mendatangi kami sewaktu khadijah masih hidup, dan setia janji adalah bagian dari iman.”
Aisyah berkata : tidaklah saya cemburu terhadap seorang wanitapun sebagaimana kecemburuan saya terhadap khadijah, karena banyaknya beliau menyebut-nyebut nama khadijah maka aku katakan, “apa yang bisa anda perbuat terhadap wanita yang sudah tua dan banyak bicara padahal Allah telah menggantikan anda dengan yang lebih baik.“ maka beliau bersabda :
والله ما أبدلنى خيرا منها امنت خين كفر الناس وصدقتنى إذ كذبنى الناس وواستنى بما لها إذحرمني الناس ورزقنى منها الله الولددونغيرها من الناسآء
“Demi Allah tidaklah Allah mengantikannya dengan yang lebih baik dari khadijah, dia beriman disaat yang lain masih kafir, dia membenarkanku disaat-saat orang mendustakanku, dia menyerahkan hartanya kepadaku disaat orang –orang menahannya dariku, dan Allah telah memberi kan rezeki anak darinya yang mana wanita lain tidak.”
Semenjak saat itu aisyah tidak berani lagi menyebut-nyebut tentang diri khadijah. Siapa lagi yang dapat membujuk rasulullah sedangkan beliau setia dengan khadijah dengan kesetiaan yang indah yang mana hal ini sepantasnya dijadikan teladan bagi suami isteri, baik laki-laki maupun perempuan.
Kesetiaan yang begitu dalam dan terpuji ini sungguh jauh berbanding terbalik dengan kesetiaan yang lemah pada hari ini dimana kedurhakaan, kelalaian, terhadap pemberian dan penghianatan terhadap janji telah menjamur di dunia yang semakin tua ini.
Semoga Allah selalu menjaga kita dari segala bentuk kemaksiatan baik kita sadari ataupun yang tidak kita sadari ketika kita melakukannya dan sungguh manusia itu adalah tempatnya kesalahan dan dosa.
Sumber : “Mereka adalah para “SHAHABIYAT” Kisah-kisah wanita menakjubkan yang belum pernah tertandingi hingga hari ini “ Mahmud Mahdial-Istanbuli, Musthafa Abu An-Nashr Asy-Syalabi Dan Dr.Abdurrahman Ra’fat Basya_september 2013 M/Rabi’ul Awwal 1443 H
artikel lainnya:
Nama dan Sifat Allah, Kaidah Penting didalamnya
Ibuku tidak adil dalam bersikap kepadaku. Apa yang harus saya lakukan?
Leave a Reply