Buhul Cinta (Bagian 2) – Bismillah, Alhamdulillah washshalatu wassalam ‘ala Rasulillah, amma ba’du.
berikut merupakan lanjutan dari pembahasan sebelumnya yang bisa dibaca pada tautan berikut: Buhul Cinta (Bagian 1).
Islam Bercerita Tentang Cinta
Cinta itu berat. sampai-sampai, banyak orang yang dapat mengalahkan singa, atau meng-KO sepuluh bahkan seratus orang, tetapi tak sanggup melawan hebatnya gejolak cinta. terkait hal ini, Allah subhanahu wata’ala berfirman:
…رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ .… ﴿٢٨٦﴾
Artinya: “…Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya …” (QS. Al-Baqarah [2]: 286)
“Apa yang tidak sanggup kami memikulnya” maksudnya adalah cinta. inilah penafsiran menurut Ibrahim. Penafsiran yang sama juga dikemukakan oleh Muhammad bin Abdul Wahab. Dia berkata: “Yang tak sanggup dipikul manusia di sini adalah al-‘isyq (mabuk asmara).”[1]
Manusia diciptakan dalam keadaan lemah. terutama terkait persoalan cinta. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
يُرِيدُ اللَّهُ أَن يُخَفِّفَ عَنكُمْ ۚ وَخُلِقَ الْإِنسَانُ ضَعِيفًا ﴿٢٨﴾
Artinya: “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan (bersifat) lemah.” (QS. An-Nisa [4]: 28)
Thawus rahimahullah menafsirkan ayat ini: “Manusia diciptakan dalam keadaan lemah, terutama menyangkut wanita.”
Ada Cinta Di Rumah Nabi
Siapa saja yang memeperhatikan kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam kesehariannya bersama istri-istri beliau, tentu akan mendapati contoh kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan, rumah tangga yang bertabur cinta, mawaddah, dan rahmah. bagaimana tidak? bukankah beliau yang mengatakan: “Rumahku adalah Surgaku.” dan bukankah beliau yang mengatakan:
((خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ, وَأَنَا خَيْرُ كُمْ لِأَهْلِي. ))
Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya. dan aku adalah yang terbaik bagi keluargaku.”[2]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah suami yang selalu sabar atas kekhilafan istri-istrinya, tangan yang senantiasa membelai dengan penuh kasih, dan tisu yang selalu menyeka air mata mereka. beliaulah suami yang sangat mengerti perasaan para istrinya, sekaligus tempat curahan hati mereka.
Rumah tangga Nabi tidaklah seperti yang digambarkan para penulis Barat yang membahas keharmonisan keluarga, namun kebanyakannya adalah cerita kosong, jauh dari kenyataan.
berikut ini adalah beberapa contoh kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang.
1. Rasulullah bercengkerama dengan istrinya
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasa mendengarkan Aisyah bercerita. ya, mendengar cerita apa saja. termasuk cerita-cerita masa Jahiliyyah. Beliau melakukannya sambil bertelekan di pangkuan Aisyah. alangkah indahnya hidup tatkala dua kekasih saling bercerita pada waktu istirahat, seraya saling bercengkerama.
2. Rasulullah menyeka air mata istrinya
“Suatu hari, Shafiyyah ikut bersama Rasulullah dalam sebuah perjalanan, dan kebetulan hari itu adalah jatah harinya (bersama beliau). Ketika itu unta yang ditunggangi Shafiyyah berjalan lamban sehingga dia pun tertinggal di barisan belakang. Rasulullah kemudian menyambutnya, dan saat itu dia menangis. Dia berkata: ‘Engkau memberiku unta yang lamban jalannya.’ Maka, Rasulullah pun menyeka air matanya dengan kedua tangannya seraya memintanya diam.”[3]
3. Rasulullah bersandar di dada istrinya
Manshur bin Shafiyyah meriwayatkan dari ibunya, bahwa Aisyah menceritakan: “Nabi bersandar di pangkuanku, dan saat itu aku sedang haidh, lalu beliau membaca al-Qur’an.”[4]
4. Rasulullah kadang disisiri istrinya
dari Urwah dan Amrah binti Abdurrahman, bahwasanya Aisyah istri Nabi berkata: ‘Terkadang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyembulkan kepalanya kepadaku, sedangkan tubuh beliau tetap berada di masjid, lalu aku pun menyisiri rambut beliau.’[5]
dan dalam sebuah hadits disebutkan: “Suapan yang engkau letakkan di mulut istrimu adalah shadaqah.”[6]
5. Nabi Memberi Hadiah ke teman Istrinya
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia menuturkan: “Aku tidak pernah merasa cemburu kepada istri-istri Nabi selain Khadijah, padahal aku tak pernah bersua dengan Khadijah.” Aisyah melanjutkan: “Apabila Rasulullah menyembelih kambing, beliau berkata: ‘Kirimkan ini kepada teman-teman Khadijah.’”[7]
6. Nabi jalan-jalan malam bersama istrinya
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha: Bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak bepergian, beliau mengundi di antara istrinya (untuk menentukan siapa yang akan mendampingi beliau). Suatu hari, jatuhlah undian itu pada Aisyah dan Hafshah. ketika malam menjelang, beliau berjalan-jalan bersama Aisyah sambil bercerita-cerita.”[8]
7. Nabi mengetahui sifat istrinya
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia menuturkan: “Suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku: ‘Aku sungguh tahu kapan engkau ridha dan kapan engkau marah kepadaku.’ Aku bertanya: ‘Dari mana engkau bisa mengetahuinya?’ Beliau menjawab” ‘Jika engkau ridha kepadaku, engkau berkata: ‘Tidak, Demi Rabb Muhammad.’ sedangkan jika engkau marah kepadaku, engkau berkata: ‘Tidak, Demi Rabb Ibrahim.” Mendengar penjelasan beliau, aku berkata: ‘Benar, demi Allah, ya Rasulullah. Tiada yang aku hindarkan (ketika aku marah) kecuali namamu.’”[9]
8. Rasulullah membantu pekerjaan rumah
Dari Aswad, dia menuturkan: “Aku pernah bertanya kepada Aisyah: ‘Apa yang diperbuat Nabi ketika berada di tengah keluarganya?’ Aisyah menjawab: ‘Beliau melakukan pekerjaan istrinya. Jika waktu shalat, beliau bangkit untuk shalat.’”[10]
9. Rasulullah memanggil istrinya dengan panggilan sayang
Rasulullah memanggil Aisyah dengan Aisy kependekan dari namanya, atau Humaira’ (kemerahan), karena rona merah di pipinya.
10.Rasulullah tidak pernah berlaku kasar terhadap istrinya
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah memukul istrinya, sekali pun.”[11]
Buhul-Buhul Cinta
Menggairahkan kembali cinta suami-istri merupakan pilihan yang tepat untuk melestarikan kebahagiaan rumah tangga. kasus yang sering terjadi pada pasangan suami-istri ketika terjadi ketidakbergairahan dalam urusan cinta: mereka memilih untuk mendiamkannya dan enggan membicarakan dengan pasangannya, atau bahkan cepat-cepat mengambil solusis dengan meminta perceraian dan minta diperdengarkan kata-kata cerai.
sebagai muslim yang cerdas dan ingin berbahagia dengan pasangannya, tentu dia tidak ingin membiarkan rumah tangganya berantakan. Dia akan berusaha mencari solusi dan berupaya untuk mengumpulkan kembali cintanya yang terserak.
- Hadiah
Jangan sepelekan arti sebuah hadiah untuk pasangan Anda. tak penting berapa harganya, karena yang terpenting adalah ungkapan perhatian Anda kepadanya. Sebab, dengan memberikannya hadiah, menunjukkan Anda sangat peduli dan perhatian terhadapnya. cobalah belikan pasangan Anda oleh-oleh sepulangnya dari perjalanan. atau bingkiskan kado mungil yang bisa saja berisi cincin perak atau berupa baju. apalagi jika kado itu diberikan saat momen-momen berkesan dalam kehidupannya. - Pujian yang ikhlas
ketika Anda mendapati istri sedang memasak, apa susahnya jika Anda menyanjungnya dengan sebaris pujian yang dapat mengobati keletihannya. sebab dia juga telah bekerja keras seharian, dan Anda cukup membayarnya dengan sedikit pujian yang tidak sampai menghabiskan energi atau menguras kocek.
Ya, itulah yang seharusnya Anda lakukan, sekalipun hasil masakannya tak selezat masakan resto. jangan pernah mencela makanan yang dihidangkannya, karena tindakan tersebut dapat menyinggung perasaan bahkan melukai hatinya. kalaupun Anda sedang tak berselera, atau bahkan masakannya terlalu pahit di lidah Anda, tetaplah beri dia sanjungan. karena Rasulullah sendiri tidak pernah mencela makanan. Jika berselera terhadap suatu makanan, beliau menyantapnya. tapi jika tidak, beliau diam dan meninggalkannya, tanpa mencelanya.
di lain pihak, para istri juga harus menghormati dan menyanjung suaminya. namun kenyataan kadang berbicara lain. tidak sedikit istri yang kurang hormat terhadap suaminya, apalagi mau memberikan sanjungan kepadanya. sebenarnya apa yang membuat Anda para istri jarang menyanjung dan memuji suami Anda? tak lain adalah karena kurang pekanya mereka terhadap perasaan pasangannya.
ketika suami Anda kembali ke rumah dengan membawa sedikit penghasilan, berusahalah untuk menghibur dan menyanjungnya atas kucuran keringat yang telah dikeluarkan. Pujilah suami Anda dengan mengatakan bahwa dia seorang pahlawan, sosok bertanggungjawab, pribadi tegar, atau kalimat senada lainnya. dan memang demikianlah kondisi suami Anda, setidaknya dia adalah pahlawan bagi keluarganya.
- Jangan bersikap bakhil
salah satu sifat yang paling dibenci wanita dari pasangannya adalah terlalu perhitungan alias bakhil. tak heran bila akhirnya sifat ini menimbulkan percekcokan antar suami-istri. padahal seandainya suami menyadari sebuah hakikat penting, tentu tidak akan bersikap bakhil. Hakikat yang dimaksud yaitu, bahwa setiap suap makanan yang suami masukkan ke mulut istrinya adalah sedekah. dan harta tidak akan berkurang karena sedekah.
- Cobalah memahami sifat pasangan Anda
dengan memahami sifat-sifat dan tabiat pasangan, Anda akan lebih mudah menyikapinya, sehingga keharmonisan rumah tangga tetap terbina. jika terjadi kebekuan dalam rumah tangga, maka Anda akan lebih mudah mencairkannya karena masing-masing sudah memahami watak dan karakter pasangannya.
- Pahami adab safar atau bepergian
Safar memiliki peran yang sangat penting dalam meneguhkan ikatan cinta suami-istri, atau justru memporak-porandakannya. maka dari itu hendaklah masing-masing pasangan memahami beberapa hal terkait bersafar ini, sesuai dengan kehendak syariat, di antaranya:
- Safar yang pendek seperti dua atau tiga hari akan membuhulkan cinta dan kasih sayang, terutama pada pertemuan pertama setelah safar. sebaliknya, safar yang terlalu lama akan berdampak buruk pada hubungan cinta suami-istri, bahkan dapat membahayakan ‘iffah (kehormatan).
- tidak dianjurkan pulang secara mendadak tanpa konfirmasi terlebih dahulu. karena, wanita yang mencintai suaminya tidak mau terlihat dalam keadaan berantakan. oleh karena itu, jika Anda hendak pulang, beritakanlah hal itu kepada istri Anda sebelumnya, agar dia bersiap-siap menyambut Anda.
- Cobalah menyenangkan hatinya dengan cara mengajaknya bertamasya, atau berbelanja, atau untuk sekedar makan di luar rumah, khususnya setelah Anda kembali dari safar.
- Pandailah bertindak pada hari pertemuan Anda dengan pasangan, setelah pulang dari safar. jangan egois dengan hanya memikirkan kenikmatan sendiri, tanpa berusaha memuaskan hasratnya yang telah lama terpendam.
- Belajarlah Ridha dengan pasangan Anda
Allah subhanahu wata’ala telah menentukan pasangan setiap orang, sebagaimana Dia juga telah menentukan rizkinya. maka itu, bersikap ridhalah dalam menerima pasangan Anda, yagn notabene merupakan pemberian Allah. berusahalah beradaptasi dengannya. Jangan pernah Anda berharap mendapatkan pasangan ideal, tetapi idealkan dan adaptasikan diri Anda dengannya, berusahalah mewarnainya dengan nilai-nilai takwa dan kebaikan.
sekiranya Anda membenci salah satu sifat pasangan Anda, maka hadirkanlah sifat-sifat baiknya yang lain. Dengan begitu, hidup Anda akan bahagia dan rumah tangga Anda tidak akan mengalami perceraian.
Dari Abu Hurairah, dia berkata: “ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Jangan seorang mu’min (suami) membenci mu’minah (istrinya). sekiranya dia benci satu sifat darinya, tentu dia suka dengan sifat lainnya.’”[12]
bersambung ke bagian berikutnya, insya Allah.
REFERENSI:
Diringkas dari buku: Buhul Cinta
Penulis: Armen Halim Naro, Lc (rahimahullah)
Peringkas: Abu Muhammad Fauzan (Staf Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur
[1] Tafsir al-Baghawi (I/358)
[2] HR. At-Tirmidzi dan ad-Darimi. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitabnya, Silsilah al-Hadits ash-Shahihah (no.3252)
[3] HR. An-Nasa’i (no.9162)
[4] HR. Al-Bukhari (no.288) dan Muslim (no.454)
[5] HR. Al-Bukhari (no.1889) dan Muslim (no.449)
[6] HR. Al-Bukhari (no.4935).
[7] HR. Muslim (no.4464)
[8] HR. Al-Bukhari (no.4810) dan Muslim (no.4477)
[9] HR. Al-Bukhari (no.4827) dan Muslim (no.4469).
[10] HR. Al-Bukhari (no. 5579).
[11] HR. An-Nasa’i (no.9164). Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Huququn Nisa’ fil Islam, Muhammad Rasyid Ridha (hlm. 107).
[12] HR. Muslim (no.2672)
BACA JUGA:
Leave a Reply