Berbenah Diri Untuk Penghafal Al-Qur’an

berbenah diri untuk penghafal alquran (1)

Berbenah Diri Untuk Penghafal Al-Qur’an – Sesungguhnya Allah subhanahuwata’ala yang menjamin kemurnian Al-Qur’an telah memudahkan umat ini untuk menghafal dan mempelajari kitab-Nya. Allah ‘azza wajalla memerintahkan para hamba-Nya agar membaca ayat-ayt-Nya, merenungi artinya, dan mengamalkan serta berpegang teguh dengan petunjukNya. Dia subhanahuwata’ala telah menjadikan hati para hamba yang shalih sebagai wadah untuk memelihara firman-Nya. Dada mereka seperti lembaran-lembaran yang menjaga ayat-ayat-Nya.

Allah subhanahuwata’ala berfirman:

بَلْ هُوَ ءَايَٰتٌۢ بَيِّنَٰتٌۭ فِى صُدُورِ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ ۚ … (49)

Sebenarnya, Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang menginkari ayat-ayat kami kecuali orang-orang yang zhalim… (QS Al-Ankabut/29:49)

Dahulu, para sahabat radhiallahu ‘anhum yang mulia dan Salafush-Shalih, mereka berlomba-lomba menghafal Al-Qur’an, generasi demi generasi. Bersungguh-sungguh mendidik anak-anak mereka dalam naungan Al-Qur’an, baik belajar maupun menghafal disertai dengan pemantapan ilmu tajwid, dan juga mentadabburi yang tersirat dalam Al-Qur’an, (yaitu) berupa janji dan ancaman.

Berikut ini adalah nasihat yang disampaikan oleh Dr. Anis Ahmad Kurzun, diangkat dari risalah beliau Warattilil Qur’ana Tartila, dan diterjemahkan oleh Al-Qur’an-Akh Zakaria al-Anshari. Pembahasan ini menyangkut metode-metode, sebagai bekal dalam meraih kemampuan untuk dapat menghafal Al-Qur’an secara baik.

Satu : Ikhlas, Kunci dan Pemahaman

Jadikanlah niat dan tujuan menghafal untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala, dan selalu ingat bahwasanya yang sedang and abaca ialah kalamullah. Berhati-hatilah anda dengan factor yang menjadi pendorong dalam menghafal, apakah untuk meraih kedudukan di tengah-tengah manusia, ataukan ingin memperoleh sebagian dari keuntungan dunia, upah dan hadiah? Allah tidak menerima sedikitpun dari amalan melainkan apabila ikhlas karena-Nya.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ… (5)

Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama… (QS. Al-Qur’an-Bayyinah/9:5)

Dua : Menjauhi Maksiat dan Dosa

Hati yang penuh dengan kemaksiatan dan sibuk dengan dunia, tidak ada baginya tempat cahaya Al-Qur’an. Maksiat merupakan penghalang dalam menghafal, mengulang dan mentadabburi Al-Qur’an. Adapun godaan-godaan setan dapat memalingkan seseorang dari mengingat Allah. Sebagaimana fiman Allah subhanahu wata’ala.

ٱسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ ٱلشَّيْطَٰنُ فَأَنسَىٰهُمْ ذِكْرَ ٱللَّهِ ۚ … (19)

Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah. (QS. Al-Mujadilah/58:19).

Ketahuilah, Imam asy-Syafi’I yang terkenal dengan kecepatannya menghafal, pada suatu hari ia mengadu kepada gurunya, Waqi’, bahwa hafalan Al-Qur’an nya lambat. Maka gurunya memberikan teapi mujarab, agar ia meninggalkan maksiat dan mengosongkan hati dari segala hal yang dapat memalingkannya dari Rab.

Imam asy-Syafi’I berkata:

Saya mengadu kepada Waqi’ buruknya hafalanku, Maka dia dia menasihatiku agar meninggalkan maksiat. Dan ia mengabarkan kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah subhanahu wata’ala  tidak diberikan kepada pelaku maksiat.

Tiga : Memanfaatkan Masa Kanak-Kanak dan Masa Muda

Saat masih kecil, hati lebih fokus karena sedikit kesibukannya. Dikisahkan dari al-Ahnaf bin Qais, bahwasanya ia mendengar seseorang berkata:

“Belajar pada waktu kecil, bagaikan mengukur di atas batu”.

Maka al-Ahnaf berkata, “orang dewasa lebih banyak akalnya, tetapi lebih sibuk hatinya.” 1

Seharusnya siapa pun yang telah berlalu masa mudanya supaya tidak menyia-nyiakan waktu untuk menghafal. Jika ia konsentrasikan hatinya dari kesibukan dan kegundahan, niscaya ia akan mendapatkan kemudahan dalam menghafal Al-Qur’an, yang tidak dia dapatkan pada selain Al-Qur’an.

Allah berfirman :

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍۢ (17)

Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah yang mau mengambil pelajaran? (QS. Al-Qur’an-Qomar/54:17)

Empat : Memanfaatkan Waktu semangat dan ketika luang

Tidak sepantasnya bagi anda, menghafal pada saat jenuh, lelah, atau ketika pikiran anda sedang sibuk dalam urusan tertentu. Karena hal itu dapat mengganggu konsentrasi menghafal. Tetapi pilihlah ketika semangat dan pikiran tenang. Alangkah bagus, jika waktu menghafal (dilakukan) ba’da shalat subuh. Saat itu merupakan sebaik-baik waktu bagi orang yang tidur segera di awal malam.

Lima : memilih tempat yang tenang

Yaitu dengan menjauhi tempat-tempat yang ramai, bising. Sebab, hal itu akan mengganggu dan membuat pikiran bercabang-cabang. Maka ketika anda sedang berada di rumah bersama anak-anak, atau sedang di kantor, di tempat bekerja, di tengah teman-teman, jangan mencoba-coba menghafal sedangkan suara manusia di sekitar anda. Atau di tengah jalan ketika sedang mengemudi, di tempat dagangan ketika transsaksi jual beli. Ingalah fiman Allah subhanahu wata’ala :

مَّا جَعَلَ ٱللَّهُ لِرَجُلٍۢ مِّن قَلْبَيْنِ فِى جَوْفِهِۦ  … (4)

Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya … (QS Al-Ahzab/33:4)

Sebaik-baik tempat yang anda pilih untuk menghafal ialah rumah-rumah Allah (masjid) agar mendapatkan pahala berlipat ganda. Atau di tempat lain yang tenang, tidak membuat pendengaran dan penglihatan anda sibuk dengan yang ada di sekitar anda.

Enam : Kemauan dan Tekad yang Benar

Kemauan yang kuat lagi benar sangat mempengaruhi dalam menguatkan hafalan, memudahkannya, dan dalam berkonsentrasi. Adapun seseorang yang menghafal karena permintaan orang tua atau gurunya tanpa didorong oleh kemauannya sendiri, ia tidak akan mempu bertahan. Suatu saat pasti akan tertimpa penyakit future (penurunan semangat).

Tujuh : Menggunakan Panca Indra

Kemampuan dan kesanggupan seseorang dalam menghafal berbeda-beda. Begitu juga kekuatan hafalan seseorang dengan yang lainnya bertingkat-tingkat. Akan tetapi, memanfaatkan beberapa panca indra dapat memudahkan urusan dan menguatkan hafalan dalam ingatan.

Bersungguh-sungguhlah, gunakanlah indra penglihatan, pendengaran dan ucapan dalam menghafal. Karena masing-masing indra tersebut memiliki system tersendiri yang dapat mengantarkan hafalan ke otak. Apabila metode yang digunakan itu banyak, maka hafalan menjadi semakin kuat dan kokoh.

Adapun caranya, yaitu anda mulai terlebih dahulu membacanya dengan suara keras, apa yang hendak dihafalkan, sedangkan anda melihat ke halaman yang sedang and abaca. Dengan terus melihat dan mengulanginya sampai halaman tersebut terekam dalam memori anda. Sertakan pendengaran anda dalam mendengarkan bacaan, lalu merasa senang. Apalagi jika anda membaca dengan suara senandung yang disukai oleh jiwa.

Seseorang yang menghafal Al-Qur’an dengan melihat mushaf, sedangkan ia diam, atau dengan cara mendengarkan kaset murottal tanpa melihat mushaf, atau merasa cukup ketika menghafal hanya membaca dengan suara lirih, maka semua metode ini tidak mengantarnya mencapai tujuan dengna mudah.

  1. Orang yang lebih banyak menghafal dengan cara mendengar daripada menghafal dengan  melihat mushaf. Ingatannya ini disebut Sam’iyyah (pendengaran).
  2. Orang yang lebih banyak menghafal dengan cara melihat. Apabila ia membaca satu penggal ayat Al-Qur’an (akan) lebih bisa menghafal daripada (hanya dengan) mendengarkannya. Ingatannya ini disebut Bashariyyah (penglihatan).

Apabila anda termasuk diantara mereka, maka sebelum menghafal, perbanyaklah membaca ayat dengan melihat mushaf dalam waktu yang lebih lama. Kemudian tutuplah mushaf dan tulis ayat-ayat ang baru saja anda hafal dengan tangan. Setelah itu cocokkan yang anda tulis dengan mushaf, agar anda mengetahui mana yang salah, dan tempat-tempat hafalan yang lemah, sehingga anda dapat mengulangi untuk memantapkannya.

Delapan : Membatasi Satu Cetakan Mushaf

Bagi para penghafal, utamakan memilih cetakan mushaf, yang diawali pada tiap-tiap halamannya permulaan ayat dan diakhiri dengan akhir ayat. Ini memiliki pengaruh pengaruh sangat besar dalam menanamkan bentuk halaman dalam memori (ingatan), dan mengembalikan konsentrasi terhadap halaman tersebut ketika mengulang. Jika cetakan mushaf berbeda-beda, akan menimbulkan ingatan halaman dalam otak berbeda-beda dan akan membuyarkan hafalannya, serta tidak bisa konsentrasi.

Sembilan : Pengucapan Yang Betul

Setelah anda memilih waktu, tempat yang sesuai dan membatasi hanya satu cetakan mushaf yang hendak anda hafal, maka wajib bagi anda membetulkan pengucapan dan mengoreksi kalimat-kalimat Al-Qur’an kepada seorang guru yang mutqin (ahli) sebelum mulai menghafal. Atau dengan cara mendengarkannya melalui kaset murattal seorang qari’. Hal ini supaya anda terjaga dari kekeliruan. Karena apabila kalimat yang telah anda hafal itu salah, akan sulit bagi anda membetulkannya setelah terekam dalam memori.

Imam Ibnu Munadi berkata, “Ketahuilah, menghafal itu memiliki beberapa sebab. Diantaranya seseorang membaca kepada orang yang lbih banyak hafalannya, karena orang yang dibacakan kepadanya lebih mengetahui kesalahan daripada orang yang membaca.” 2

Sepuluh : Hafalan yang saling bersambung

Jangan lupa wahai saudaraku! Jadikanlah hafalan anda saling bekaitan. Setiap kali anda menghafal satu ayat kemudian merasa telah lancar, maka ulangilah membaca ayat tersebut dengan ayat berikutnya sampai satu halaman dengan menggunakan metode ini.

Disamping itu, apabila anda telah menghafal satu halaman, maka harus membacanya kembali sebelum meneruskan ke halaman berikutnya. Begitu pula apabila hafalan anda sudah sempurna satu surat, hendaklah menggunakan metode tadi, agar rangkaian ayat-ayat itu dapat teringat  dalam memori anda. Sungguh, jika menggunakan metode ini membuat hafalan anda tidak terikat. Dan ketika menyetor hafalan, anda akan membutuhkan seorang guru yang selalu mengingatkan permulaan tiap-tiap ayat. Begitu juga akan membuat anda mengalami kesulitan ketika muraja’ah hafalan.

Sebelas : Memahami Makna Ayat

Diantara yang dapat membantu anda menggabungkan ayat dan mudah dalam menghafal, yaitu terus menerus meruju’ kepada kitab-kitab tafsir yang ringkas, sehingga anda memahami makna ayat meskipun global. Atau paling tidak, anda menggunakan kitab Kalimaatul Qur’aani Tafsiirun wabayaanun karya Syaikh Hasanain Muhammad Makhluf. Dengan mengetahui makna-makna kalimat, dapat membantu anda memahami makna ayat secara global.

Dua belas : Hafalan Yang Mantap

Sebagian pemuda membaca penggalan ayat, dua sampai tiga kali saja. Lalu menyangka bahwa ia telah hafal. Lantas pindah ke penggalan ayat berikutnya karena ingin tergesa-gesa disebabkan waktunya sempit, atau karena persaingan di antara temannya, atau disebabkan desakan seorang guru kepadanya. Perbuatan ini, sama sekali tidak benar dan tidak bermanfaat. Sedikit tetapi terus menerus itu lebih baik, darapada banyak tetapi tidak berkesinambungan. Hafalan yang tergesa-gesa mengakibatkan cepat lupa.

Tiga Belas : Terus Menerus Membaca

Tetaplah membaca Al-Qur’an setiap kali anda mendapatkan kesempatan. Karena banyak membaca, dapat memudahkan menghafal dan membuat hafalan menjadi bagus. Banak membaca termasuk metode paling utama dalam muraja’ah. Cobalah anda perhatikan, sebagian surat dan ayat yang sering and abaca dan dengar, maka ketika menghafalnya, anda tidak perlu bersusah payah. Sehingga apabila seseorang telah sampai hafalannya pada ayat-ayat tersebut, maka dengan mudah ia akan menghafalnya.

Empat Belas : menghafal sendiri sedikit manfaatnya

Karena kebiasaan manusia itu menunda-nunda amalan. Setiap kali terlintas dalam pikirannya bahwa ia harus segera menghafal, dating kepadanya kesibukan-kesibukan dan jiwa yang mendorongnya untuk menunda amalan. Akibatny amembuat tekadnya cepat melemah. Adapun menghafal bersama seorang teman atau lebih, mereka akan membuat langkah-langkah tertentu. Masing-masing saling menguatkan antara yag satu dengan lainnya, sehingga menumbuhkan saling berlomba diantara mereka, serta memberi teguran kepada yang meremehkan. Inilah metode yang dapat mengantarkan kepada tujuan, insyaAllah.

Menghafal sendiri bisa membuka peluang pada diri seseorang terjerumus ke dalam kesalahan saat ia mengucapkan sebagian kalimat. Tanpa ia sadari, kesalahan itu terkadang terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama. Tatkala ia memperdengarkan hafalannya kepada orang lain atau kepada seorang ustadz di halaqah, maka kesalahannya akan nampak.

Oleh karena itu wahai saudaraku! Pilihlah menghafal bersama mereka apa yang mudah bagi anda untuk menghafalnya dari kitabullah, mengulang hafalan anda bersama mereka. Ini merupakan sebaik-baik perkumpulan orang-orang yang saling mencintai karena Allah subhanahu wata’ala.

Lima Belas : Teliti Terhadap Ayat-Ayat Mutasyabihat

Sangat penting untuk memperhatikan ayat-ayat mutasyabihat (serupa) di sebagian lafazh-lafazhnya, dan membandingkan ayat-ayat mutasyabih itu di tempat-tempat (lainnya). Ketika anda menghafalnya, alangkah baik jika ayat-ayat mutasyabih itu disalin di buku yang khusus. Supaya letak ayat-ayat mutasyabih itu dapat anda ingat ketika mengulangi membacanya.

Dapat dilihat pada sebagian penghafal yang tidak memperhatikan letak ayat-ayat mutasyabih yang satu dengan yang lainnya. Sehingga mereka terjatuh dalam kesalahan ketika menyetor hafalan, disebabkan tidak memperhatikan letak ayat-ayat mutasyabih itu. Dalam hal ini, suatu ayat tertentu membuat mereka menjadi ragu dikarenakan menyerupai dengan ayat pada surat lain. Ketika membacaya ayat-ayat tersebut, ternyata berpindah ke surat berikutnya tanpa mereka sadari. Bisa jadi ketika menyetor hafalan kadangkala berpindah ke ayat mutasyabih yang ketiga atau keempat apabila ayat-ayat mutasyabih itu ada di beberapa tempat. Oleh karena itu, metode yang paling baik agar hafalan menjadi mantap, yaitu memusatkan perhatian terhadap ayat-ayat yang sama antara satu dengan yang lainnya. Curahkan kesungguhan dan fokuskan diri anda dalam mencermatinya.

Imam Ibnu Munadi dalam menjelaskan pentingnya mengetahui letak (tempat-tempat) ayat-ayat Al-Qur’an yang mutasyabih, (beliau) berkata: “Mengetahui tempat-tempat ayat-ayat mutasyabih, sesungguhnya dapat membantu menambah kekuatan hafalan seseorang, dan melatih orang yang masih menghafal. Sebagian ahli qiraat telah membukukan hal ini, lalu menyebutnya dnegan Al-Qur’an-mutasyabih, penolak dari buruknya hafalan.” 3

Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah, wahai saudaraku dengan wasiat dan bimbingan ini. Segeralah menghafal kitabullah, merenungi ayat-ayatnya, dan berpegang teguh dengan petunjuknya, sebab kitabullah merupakan cahaya yang nyata dan jalan yang lurus.

Footnote:

1. Adabud-du-nya wad-din, karya Al-Mawardi, hlm. 57.

2. Mutasyabihul-Qur’aanil-Azhim, hlm. 59

3. Mutasyabihul-Qur’aanil-Azhim, hlm. 59

Ditulis oleh Dr. Anis Ahmad Kurzun

Diringkas oleh Fauzan Alexander (Staf dan Pengajar Ponpes Darul Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)

BACA JUGA :

Diringkas dari majalah As-Sunnah Edisi Ramadhan 06-07/TAHUN XI/1428H/2007M

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.