Belum Pernah Sholat Tapi Masuk Surga – Seseorang yang menutupi mukanya dengan topi perang datang kepada Rosululloh sholallahu ‘alayhi wasallam. Ia bertanya kepada Rosululloh sholallahu ‘alayhi wasallam : “Aku berperang, atau aku masuk Islam (terlebih dahulu)?” Rosululloh sholallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Masuk Islamlah, baru kemudian berperanglah!” Maka lelaki ini pun masuk Islam, kemudian bertempur hingga terbunuh. Maka Rosululloh sholallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Ia telah beramal sedikit, namun diberi pahala yang banyak.”
Detik-detik yang dilewati manusia sebenarnya begitu berharga. Terlebih lagi ketika itu adalah detik-detik menjelang hayat seorang hamba hendak berpisah dari raga dunia. Semua kaum beriman ingin kiranya bila detik terakhir yang dilewatinya di dunia ini bisa diukir dengan kalimat tauhid yang menjadi sebaik-baik penghabisan dari nafas seorang hamba.
Dan ini tentunya tidak serta merta bisa terwujud begitu saja, melainkan dengan berusaha memupuknya dengan baik, agar lahan kalimat tauhid ini bisa tumbuh subur dalam jiwanya. Sehingga kelak diharapkan –dengan taufiq dari Alloh subhana wa ta’ala– kiranya ia bisa memanennya ketika nyawa hendak kembali memenuhi panggilan Robb nya.
Namun bagaimana dengan kaum yang belum juga mau beriman? Andai saja mereka tahu betapa kalimat tauhid ini bisa menyelamatkan hamba dari dahsyatnya siksa. Akan tetapi walau bagaimana, hati hamba ada di tangan Alloh subhana wa ta’ala. Dia mampu membolak-balikkan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Dengan kebesaran Alloh subhana wa ta’ala, Dia bisa saja mengilhamkan kefasikan pada hati seseorang. Dan dengan kemurahan-Nya, Dia bisa mengilhamkan takwa pada hatinya. Rosululloh sholallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
إِنَّ الْقُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ
“Sesungguhnya hati itu ada di antara dua jari dari jari-jari Alloh Ar-Rohman. Dia membolak-balikkannya sebagaimana yang Dia kehendaki.” (HR. Ibnu Majah)
Bagi orang yang mau membersihkan jiwanya dari dosa, Alloh subhana wa ta’ala mengilhamkan takwa padanya, sehingga iapun beruntung. Dan bagi yang mengotori jiwanya dengan kekufuran, Alloh subhana wa ta’ala ilhamkan padanya kefasikan dan kekufuran, dan merugilah dia.
Belum Pernah Bersujud Namun Masuk Surga
Dalam hadits riwayat Imam Bukhori, seseorang yang menutupi mukanya dengan topi perang datang kepada Rosululloh sholallahu ‘alayhi wasallam. Ia bertanya kepada Rosululloh sholallahu ‘alayhi wasallam : “Aku berperang, atau aku masuk Islam (terlebih dahulu)?” Rosululloh sholallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Masuk Islamlah, baru kemudian berperanglah!” Maka lelaki ini pun masuk Islam, kemudian bertempur hingga terbunuh. Maka Rosululloh sholallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Ia telah beramal sedikit, namun diberi pahala yang banyak.” (HR. Bukhori)
Ia adalah Amr Bin Tsabit Bin Waqasy yang dikenal dengan Ashram Bin Abdil Asyhal, atau disebut pula Ushairim. Ia adalah seorang lelaki yang dinyatakan Rosul sholallahu ‘alayhi wasallam masuk surga, padahal ia belum pernah sholat bersujud kepada Alloh subhana wa ta’ala. Awalnya ia enggan masuk Islam. Namun ketika perang Uhud, ia berpandangan lain. Ia mengambil pedangnya, hingga ia datang pada kaumnya dan merangsek ke kerumunan pasukan. Ia berperang hingga terluka. Kaumnya mendapatinya di peperangan. Mereka bertanya: “Apa yang membuatmu datang kemari? Apakah karena simpati pada kaummu, ataukah karena menginginkan Islam?” Ia menjawab: “Bahkan aku menginginkan Islam. Aku berperang bersama Rosululloh sholallahu ‘alayhi wasallam hingga aku tertimpa seperti ini.” Kemudian Rosululloh sholallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Sesungguhnya dia termasuk penghuni surga.”
Dari berbagai riwayat yang ada berkenaan dengan kisah ini, Al-Hafizh Ibnu Hajar mengkompromikan berbagai riwayat yang ada, sehingga alur dari kisah ini adalah, bahwa awal mulanya orang ini datang kepada Rosululloh sholallahu ‘alayhi wasallam mengenai perkara dirinya. Ia meminta pendapat Nabi sholallahu ‘alayhi wasallam, seperti yang tercantum dalam hadits, yaitu apakah ia berperang kemudian masuk islam, atau bagaimana baiknya. Dan Nabi sholallahu ‘alayhi wasallam memerintahkan agar ia masuk Islam terlebih dahulu, baru kemudian berperang.
Tauhid Asas Dari Segala Amal
Perintah Nabi sholallahu ‘alayhi wasallam ini tentunya memberi arahan kepada umatnya, bahwa segala amal haruslah dilandasi dengan iman terlebih dahulu. Ashram Bin Abdil Asyhal, atau dikenal juga dengan Ushairim, ia adalah salah seorang dari kaumnya yang paling terakhir masuk Islam. Dan ketika ia tersadarkan dengan mendapat hidayah, ia segera menyusul kaumnya untuk ikut berjihad, tapi bukan sebagai bentuk fanatik terhadap kaumnya yang tengah ikut berperang. Akan tetapi atas dasar Islam. Karena itulah ia datang kepada Nabi sholallahu ‘alayhi wasallam, menanyakan apa yang harusnya ia lakukan terlebih dahulu. Dan Nabi sholallahu ‘alayhi wasallam memerintahkannya agar masuk Islam dulu, baru berperang. Karena tak akan berguna semua amal sholih yang dilakukan, tanpa dilandasi Islam terlebih dahulu.
Maka orang yang sebelumnya musyrik ini, mengikrarkan Islamnya, baru setelah itu ia berperang di jalan Alloh subhana wa ta’ala, dan gugur sebelum ia bisa melakukan sholat, dan sebelum ia melakukan segala amal lainnya. Ia pun dinyatakan Rosul sholallahu ‘alayhi wasallam masuk surga. Karena masa hidupnya setelah Islam tidaklah panjang, maka iapun tidak bisa melakukan amal-amalan Islam lainnya, termasuk sholat. Sehingga bisa dikatakan di sini, bahwa dengan keislamannya, dengan tauhidnya, ia menemui akhir hidup dunia, dan tauhid yang telah merasuk dalam jiwanya ini telah mensucikan semua yang telah lalu dari umurnya. Semua dosa dan bahkan kesyirikan yang pernah ia lakukan, sirna seketika, dengan menyeruaknya cahaya tauhid dalam dirinya. Rosul sholallahu ‘alayhi wasallam sendiri bersabda:
الْإِسْلَامُ يَجُبُّ مَا قَبْلَهُ
“Islam menghapuskan apa-apa yang sebelumnya (dosa-dosa saat ia masih kafir)”. (HR. Ahmad)
Dan dari hadits kisah di atas pula, bisa diambil kesimpulan bahwa tauhid adalah pokok dasar dari agama ini. semua amal tak akan diterima kecuali dengan tauhid yang tertanam terlebih dahulu dalam diri. Sehingga meski Ushairim belum pernah sholat, namun ia masuk surga. Karena ia yakin dengan tauhidnya, mengamalkannya dan berpegang teguh padanya, dan belum sempat menunaikan sholat karena ia keburu meninggal.
Dan mengapa kiranya sahabat yang baru masuk Islam ini tidak menunaikan sholat terlebih dahulu? Bisa diberi ulasan bahwa waktu ibadah jihad saat itu telah masuk. Sedangkan waktu ibadah sholat belum masuk waktu saat itu. Maka iapun diperintahkan untuk menyibukkan waktu tersebut dengan ibadah yang sesuai dengan saat itu, yaitu jihad. Dan karena tauhid merupakan ibadah setiap waktu, yang tidak boleh tidak harus ada pada diri seorang hamba, maka Nabi tidak memperkenankan Ushairim untuk mengakhirkan ibadah utama ini, yaitu tauhid. Oleh karena itulah, Nabi sholallahu ‘alayhi wasallam mensyaratkan lelaki ini agar merealisasikan tauhid terlebih dahulu, yaitu dengan menanggalkan kekufuran dan memasuki Islam, baru kemudian ia diizinkan Nabi sholallahu ‘alayhi wasallam untuk berperang. Dan hal yang menunjukkan dalamnya pemahaman Imam Bukhori yang menyebutkan hadits ini dalam Shohihnya, ia membuat bab untuk hadits ini dengan judul: bab amal sholih sebelum berperang; Abu Darda’ berkata: Kalian ini hanyasanya berperang dengan amal-amal kalian.
Dan kebalikan dari hal di atas adalah, bila seseorang melakukan semua amal, namun tanpa didasari tauhid, amalnya akan sia-sia belaka, karena ia tidak meyakini dan mengamalkan tauhidnya. Alloh subhana wa ta’ala berfirman:
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاء مَّنثُورًا
“Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS. Al-Furqôn: 23)
Ini adalah berkenaan dengan kaum musyrik, yang menyangka bahwa perbuatan mereka di dunia – seperti menyambung tali persaudaraan, memberi makan fakir miskin, dan lainnya- akan mendapat balasan dan dapat menyelamatkan. Ibnu Katsir berkata: “ Ini adalah di hari kiamat, ketika Alloh subhana wa ta’ala menghisab hamba-Nya atas perbuatan baik dan buruk yang mereka lakukan. Alloh subhana wa ta’ala mengkabarkan bahwa kaum musyrikin tak akan mendapatkan apapun dari amal yang mereka sangka dapat menjadi penyelamat. Karena itu telah kehilangan syarat syar’i (dari diterimanya amal). Bisa karena kehilangan syarat ikhlas, atau karena kehilangan syarat mutaba’ah terhadap syariat Alloh subhana wa ta’ala. Setiap amal yang tidak atas dasar ikhlas, dan tidak karena sesuai dengan syariat yang Dia ridhai, maka itu adalah batil.” (Tafsir Ibni Katsir)
Amal Sedikit Namun Mendulang Pahala Banyak
Al-Muhallab berkata: “Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa Alloh subhana wa ta’ala memberikan pahala yang berlimpah atas amal yang sedikit sebagai bentuk kemurahan anugerah-Nya atas para hamba-Nya. Sehingga orang ini pun berhak mendapatkan kenikmatan yang abadi di surga karena keislamannya, meskipun amalnya hanya sedikit. Karena ia percaya bahwa kalau ia masih hidup, tentulah ia akan tetap beriman sepanjang hidupnya, sehingga niatnya itupun bermanfaat baginya. Meskipun amal yang ia lakukan hanya sedikit. Demikian pula seoang kafir, bila ia meninggal pada saat kekafirannya, maka ia pasti kekal di neraka. Karena di samping kekafirannya, ditambah lagi dengan keyakinannya bahwa ia tetap kafir sepanjang hayatnya. Karena sahnya amal itu tergantung pada niatnya.” (Syarh Shohîh Al-Bukhôrî 5/24)
Penutup
Dari uraian berkenaan dengan hadits di atas, kiranya banyak pelajaran dan hikmah yang bisa kita petik dari kisah di atas. Paling tidak bisa kita simpulkan hal-hal berikut ini:
*Diperintahkannya bersegera untuk menyambut kebenaran. Terutama bila kebenaran ini terkait dengan keadaan seseorang yang masih di atas kekufuran menuju pada Islam. Haruslah seseorang bersegera mengikrarkan Islamnya, agar ia segera menggenggam taufik dari-Nya. Sehingga kalau waktu itu kematian menjemput, ia telah berbahagia karena telah mengikrarkan tauhid dalam dirinya.
*Tauhid adalah landasan utama segala amal. Bila tauhid dan iman tak ada, maka segala amal pun akan sia-sia belaka.
*Masuk Islam akan menghapuskan kekufuran dan dosa yang dulu pernah dilakukan.
*Amal yang sedikit bisa saja menghantarkan pahala yang berlimpah dengan niat hatinya yang bersih dan mantap, dikarenakan anugerah dan keutamaan dari-Nya. Dan ini menunjukkan betapa Alloh sangat Maha Pemurah kepada hamba-Nya.
*Niat dan mantapnya hati yang Alloh lihat, bukan bentuk dan fisik amal seseorang.
*Alloh memberikan taufiq dan kesudahan hidup yang indah bagi orang yang berketetapan hati menerima hidayah-Nya.
*Umat manusia harus sadar untuk segera mengentaskan dirinya dari kekufuran dan kemaksiatan, menuju pada iman dan ketaatan.
Dan masih banyak kiranya pelajaran yang bisa kita petik dari hadits di atas. Semoga saja kita bisa mengambil hikmah dan bisa mewujudkan kebaikan ini pada diri kita. Sehingga kita bisa memperoleh rahmat dan karunia-Nya. Amin.
Sumber: Majalah Lentera Qolbu Tahun ke 2 Edisi 11
Leave a Reply