ASY-SYÂFI (Yang Maha Menyembuhkan)
Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, para sahabatnya, dan orang-orang yang taat kepada Beliau. Wa ba’du
Asy-Syâfi adalah salah satu Nama-Nya yang kita Memujinya dengan nama-nama tersebut. Kita memuji-Nya yang karena dengan nama ini, Dia memiliki sifat asy-syifâ (kesembuhan), dan bahwa Dia sendiri yang menyembuhkan dan menyehatkan para hamba-Nya.
Kesembuhan itu terkait dengan penyakit.
Dalam hidup manusia, penyakit berulang kali terjadi dengan berbagai ragamnya dan banyak macamnya. Karena hidup ini adalah ladang dari berbagai penyakit, rasa sakit, rintihan dengan tarikan-tarikan nafas panjang. Oleh karena itu Allah menamakan diri-Nya dengan Asy-Syâfi, agar berbagai rasa sakit anda itu bersujud di dalam mihrab kasih sayang-Nya, agar berbagai penyakit itu menundukkan kepalanya di gerbang pintu kekuasaan-Nya.
Penyakit adalah aib besar yang dengannya kesombongan manusia diuji! Seseorang mendadak kurus pucat kehilangan cahayanya! Penyakit membalikkan kesegaran jasad yang diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
Allah menakdirkan agar jasad ini kebugarannya padam sementara, agar manusia mengakui kelemahannya, dan bahwa dia tiada memiliki daya dan kekuatan. Dan Allah juga menakdirkan penyakit ada pada seorang manusia agar dia teringat kepada sesuatu yang mirip dengan penyakit ini, yaitu kematian!! Jika penyakit adalah akhir dari vitalitas, maka kematian adalah akhir dari kehidupan.
Karena Dia adalah Asy-Syafi (Yang Maha Menyembuhkan), Dia menyembuhkan hamba-Nya dengan suatu sebab dan bahkan Dia menyembuhkan hamba-Nya dengan tanpa sebab!
Terkadang Allah menjadikan kesembuhan-Nya pada air.
Dalam haditsnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ماء زمزم لما شرب له.
Artinya: “Air Zamzam itu tergantung niat meminumnya” (HR. Ibnu Majah)
Disebutkan pula dalam hadits:
إنها طعام طعم و شفاء سقم.
Artinya: “Air Zamzam adalah makanan yang mengenyangkan dan obat bagi penyakit.” (HR. At-Thabrani dalam al-Mu’jam Ash-Shaghir)
Betapa sering orang menderita sakit parah, lalu dia membiasakan untuk meminum air Zamzam yang penuh berkah ini maka sembuhlah dia dengan izin Allah.
Siapa saja yang meneliti hadits-hadits tentang kesembuhan, dia akan menemukan pengobatan cara Nabi yang sangat banyak, sebagian dia antaranya dikumpulkan oleh Ibnul Qayyim dalam bukunya: Ath-Thibb An-Nabawi.
Di antara obat tersebut misalnya adalah Qusthul Bahri dan Qusthul Hindi, susu sapi, samin, Sana dan Sanut, Habbatus Sauda’, Talbinah, dan Shalat malam. Semua poin tersebut dikuatkan dengan hadits-hadits yang shahih.
Adapun yang harus dilakukan terkait usaha menempuh kesembuhan menurut Syaikh Khalil Lafi di dalam kitabnya yang berjudul 40 Inti Materi Taihid, yaitu:
- Menempuh usaha kesembuhan yang sesuai syar’i atau terbukti secara empiris dapat menyembuhkan.
- Tidak menyandarkan hati pada metode pengobatan, tetapi sandarkanlah kepada Yang Maha Menyembuhkan, disertai dengan menempuh usaha.
- Mengetahui betapapun hebatnya metode pengobatan, semuanya bergantung kepada qadha dan qadar Allah.
Ada sebuah kisah kisah menarik yang bisa kita jadikan pelajaran.
Ketika itu ada seseorang mendatangi kami dilayanan urusan agama di rumah sakit Malik Abdul Aziz, tabuk. Mendung hitam menyelimuti wajahnya. Kami tidak lagi melihat senyumnya yang merekah. Kami bertanya kepadanya, serta merta dia menjawab bahwa anaknya terbaring diatas lantai. Terjadi kecelakaan padanya yang menyebabkan hilang penglihatannya!!
Hati kami begitu sedih, lantas terbayang bagaimana kesedihan hari bapak ini?
Orang tersebut berkata dengan penuh harap, “Saya berharap salah seorang dari kalian mau meruqyah dan mendoakan anak saya. Semoga Allah menyembuhkannya.”
Seorang temanku langsung pergi bersama orang itu. Setelah sekitar 1 jam, temanku kembali. Dia memberitahuku bahwa dia sudah meruqyah anaknya, kemudian merangkul sang bapak, menasihatinya agar bersabar dan mengingatkannya dengan sebuah hadits:
داووا مرضاكم بالصدقة.
Artinya: “Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” (Dikeluarkan oelh At-Thabrani dalam al’Mu’jam al-Kabir)
Temanku melanjutkan bahwa orang tersebut kemudian mengeluarkan uang dari sakunya sejumlah 500 riyal, lantas berkata kepada temanku, “Sedekahkan uang ini dengan niat kesembuhan anakku.” Setelah berlalu dua hari, sang bapak menemui kami lagi dan meminta temanku menemaninya. Temanku kembali ke ruangan kami setelah setengah jam kemudian dengan wajah berseri, seraya berkata, “Ada kabar baik untukmu, anak tersebut sudah bisa melihat cahaya di ruangannya!” Temanku menambahkan bahwa sang bapak memberinya uang 1000 riyal untuk disedekahkan. Pada akhir pekan, hari Sabtu, sang bapak mendatangi temanku lagi dan mengajaknya ke ruangan anaknya. Saya hampir tidak percaya ketika temaku memberitahuku bahwa anak tersebut sudah bisa melihat lagi sebagaimana hari-hari sebelumnya!! Penglihatannya telah pulih kembali, dan dia sudah bisa melihat kehidupan lagi.
Begitulah, siapa yang menyembuhkan anak itu? Siapa yang menetapkan kedua matanya berfungsi lagi? Dan siapa yang mengembalikan cahaya bisa terlihat lagi oleh dua bola matanya?
إنّما أمره إذا أراد شيئا أن يقول له كن فيكون
Artinya: “Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia mengehendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka terjadilah ia.” (QS. Yasin: 82)
Mahasuci Allah, Dia berkata kepada penglihatan anak itu, “Kembalilah!” maka kembalilah penglihatannya.
Karena terkadang obat itu lebih dekat daripada yang kita kira.
Lihatlah Nabi Ayyub alaihis salam. Dia diperintahkan memukul kakinya ke tanah:
اركض برجلك هذا مغتسل بارد و شراب
Artinya: “Hantamkanlah kakimu. Inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” (QS. Shad: 42)
Lihatlah, obatnya berada sangat dekat dengan Nabi Ayyub dan tidak pernah berkurang. Hanya saja Allah berkehendak agar sebab-sebab kesembuhannya menjadi sempurna. Maka ketika Allah menghendaki, Nabi Ayyub mengerti di mana obatnya. Obat tersebut sangat manjur dengan izin Allah Subhanahu wata’ala.
Renungkanlah!
Pasti diri-diri kita pernah merasakan berbagai macam penyakit selama hidup kita, bukan? Siapa yang menyembuhkanmu? Bukankah Allah? Mengapa dirimu berprasangka bahwa penyakit itu sendiri menunjukkan Dia tidak kuasa? Prasangka dan perasaan seperti ini berhak mendapat hukuman dari-Nya. Bisa jadi penyakitmu itu sebagai hukuman karena keyakinanmu yang sakit ini. Jauhkan dulu penyakit prasangka seperti ini dari hatimu, kemudian bersandarlah kepada Asy-Syâfi dan berserah dirilah kepada Asy-Syâfi niscaya Dia akan menyembuhkanmu.
Semua pasien yang berada di rumah sakit, mereka itu sedang menunggu izin agar diberi kesembuhan dari Asy-Syâfi (Yang Maha Menyembuhkan), Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tidak ada rintihan sakit kecuali Dia pasti mendengarnya. Semua rasa sakit pasti Dia tahu tempatnya. Semua erangan sakit pasti Dia melihat kilatan apinya di hati.
Kemudian jika sudah selesai apa yang Dia kehendaki, dan terkuras habislah sungai-sungai dosa melalui ucapan-ucapan rintihanmu dan Allah memerintahkan kesehatan agar kembali ke tubuhmu. Maka seketika kamu berjalan dibumi Allah dalam keadaan sudah tercuci dari berbagai dosa!
Ibnul Qayyim mengatakan dalam Madarij As-Salikin,
أكمل الناس عبوديّة المتعبّد بجميع الأسماء والصفات التي يطلع عليها البشر
Terjemahannya: Manusia yang paling sempuran peribadahannya adalah ahli ibadah yang melaksanakan tuntunan yang terkandung dalam semua nama dan sifat Allah yang diketahui oleh manusia.
Tandailah poin pentingnya di sini:
Kamu tidak akan butuh selain-Nya jika Dia menghendaki kesembuhanmu, sedangkan selain-Nya tidak akan memberi manfaat kepadamu jika Dia tidak menghendaki kesembuhanmu!
Referensi :
Ali bin Jabir Al-Faifi/2021/LI ANAKALLAH! Belajar bersandar hanya kepada Allah/Solo/Pustaka Arafah
Diringkas oleh : Adibah Mira Trisna (Santriwati khidmah Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)
Artikel bulan: Mei
Baca juga artikel:
Leave a Reply