Adab tidur, Amalan rutin setiap hari, di mana pastilah setiap muslim malakoni rutinitas ini. Akan sangat disayangkan bila aktivitas rutin setiap terlewatkan tanpa mendulang pahala dan kebaikan. Kiranya dalam petunjuk Nabi terkandung kebaikan dan hikmah yang dalam, apalagi ini adalah aktivitas tetap yang tak pernah terlewat.
Di antara adab dan etika saat seorang muslim tidur adalah sebagai berikut:
- melakukan muhasabah terhadap diri sendiri sebelum tidur
Dianjurkan bagi seorang muslim untuk mengintrospeksi terhadap diri sendiri sebelum tidur. Ia melakukan muhasabah tentang apa yang telah ia lakukan sepanjang harinya. Bila ia dapatkan bahwa yang ia lakukan adalah kebaikan, maka iapun bersyukur memuji kepada Alloh. Namun bila tidak demikian, ia pun beristighfar dan bersegera untuk bertaubat kepada Alloh. Dengan disertai kehendak yang kuat agar harinya yang akan datang bisa lebih baik daripada harinya yang telah berlalu dengan izin Alloh.
- tidur di awal malam
Ini berdasarkan hadits Aisyah bahwa Rosululloh tidur pada waktu awal malam, dan bangun pada penghujung malam lalu sholat. Aisyah mengatakan:
كَانَ يَنَامُ أَوَّلَ اللَّيْلِ وَيُحْيِ آخِرَهُ
Adalah beliau n biasa tidur pada awal malam dan menghidupkan akhir malamnya. (HR. Muslim)
- disunnahkannya berwudhu sebelum tidur
Dan berbaring di atas perut bagian kanan. Ini berdasarkan hadits Bara’ Bin Azib bahwa ia berkata: Rosululloh bersabda:
إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَّأْ وُضُوءَكَ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ اضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الْأَيْمَنِ…
BIla engkau mendatangi tempat pemmbaringanmu, maka berwudhu’lah seperti wudhu’mu untuk sholat; kemudian berbaringlah di atas bagian perut kananmu… (HR. Bukhori)
Dan tidak mengapa kiranya bila posisinya beralih dengan tidur di atas perut bagian kiri setelah itu. Dan berwudhu saat hendak tidur bukanlah wajib, hanyalah mustahabb. Dan riwayat Ahmad menguatkan hal itu, di mana beliau bersabda: “Bila engkau beranjak ke tempat tidurmu dalam keadaan suci, maka bacalah:
اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ، وَلَا مَلْجَأَ، وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ، وَنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ
“Ya Alloh, aku menyerahkan wajahku kepada-Mu, aku sandarkan punggungku (aku menyandarkan segala perkaraku sepenuhnya) pada-Mu, aku pasrahkan perkaraku kepada-Mu, dengan penuh harap dan takut kepaa-Mu. Tak ada tempat bernaung dan tak ada tempat berlindung dari-Mu selain kepada-Mu. Aku beriman kepada Kitab-Mu yangEngkau turunkan, dan aku beriman kepada Nabi-Mu yang Engkau utus”
Maka bila engkau meninggal pada malam itu, engkau meninggal di atas fitrah. Sedangkan kalau engkau memasuki waktu pagi, engkau masuki waktu pagi dengan mendapatkan banyak kebaikan.” (HR. Ahmad)
Maka bila seseorang dalam keadaan wudhu, maka wudhu itu sudah mencukupi baginya. Karena yang diinginkan adalah tidur dalam keadaan suci, khawatir kalau nanti meninggal pada malam itu. Dan agar kalau bermimpi, maka bisa menjadi mimpi yang benar dalam tidurnya, serta jauh dari sikap dipermainkan dan ditakuti-takuti oleh setan.
4. disunnahkannya mengibaskan (untuk membersihkan) tempat tidurnya
Hal ini dilakukan sebelum berbaring di atas pembaringan. Berdasarkan hadits Abu Huroiroh bahwa Rosululloh bersabda:
إِذَا أَوَى أَحَدُكُمْ إِلَى فِرَاشِهِ فَلْيَنْفُضْ فِرَاشَهُ بِدَاخِلَةِ إِزَارِهِ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي مَا خَلَفَهُ عَلَيْهِ…
“BIla salah seorang dari kalian beranjak ke tempat tidurnya, maka hendaklah ia menibas-ngibaskan tempat tidurnya dengan bagian dalam kain sarungnya. Karena sesungguhnya ia tidak tahu apa yang ditinggalkan padanya… (HR. Bukhori) dalam riwayat lain disebutkan hal itu dengan membaca nama Alloh.
Dalam satu riwayat: tiga kali. Makna dâkhilatal izâr (bagian dalam kain sarung) adalah ujung bagian dalam yang langsung bersentuhan dengan tubuh. Makna dari ungkapan: ia tidak tahu apa yang ditinggalkan padanya: artinya bahwa ia tidak tahu mungkin saja setelah kasur atau tempat tidur itu ia tinggalkan ada serangga-serangga yang mengganggu ataupun kotoran yang menempel di tempat tidurnya.
Hikmah dari dikhususkannya bagian dalam dari kain sarung tidaklah kita ketahui. Para ulama mempunyai berbagai pendapat mengenai hal tersebut. Namun untuk mengamalkannya tidak tergantung pada keadaan kita mengetahui hikmah dari amalan tersebut. Akan tetapi bila suatu hadits memang sahih, maka itu diamalkan meski hikmahnya belum diketahui. Hal itu berpulang pada sikap menerima dan pasrah pada perintah Alloh dan Rosul-Nya. Ini adalah satu pokok agung yang harus kita pegang baik-baik. (dari Kitabul Âdâb karya Fuad Abdul Aziz Asy-Syalhub).
5. dimakruhkan tidur dengan telungkup di atas perut.
Ini berdasarkan hadits Abu Dzar ia berkata: Pernah Nabi n melewatiku sedangkan aku tengah berbaring (telungkup) di atas perutku. Lalu beliau menyentuhku dengan kakinya dan berkata: wahai Junaidib, ini tidak lain adalah cara berbaringnya penghuni neraka. (HR. Ibnu Majah)
6.dimakruhkannya tidur di atas loteng (atap) yang tidak berpagar (tidak berdinding)
Ini berdasarkan hadits Syaiban bahwa Nabi bersabda:
مَنْ بَاتَ عَلَى ظَهْرِ بَيْتٍ لَيْسَ عَلَيْهِ حِجَابٌ فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ الذِّمَّةُ
Barangsiapa yang tidur di atas punggung rumahnya (di atap dan semacamnya) yang tidak berdinding yang menghalanginya, maka sungguh telah terlepas tanggungan darinya. (HR. Abu Daud, Bukhori dalam Al-Adabul Mufrod)
Makna bahwa tanggungan terlepas darinya: bahwa orang yang tidur di atas loteng tak berdinding, ia telah mengarahkan dirinya pada kecelakaan, dan ia telah menghilangkan penjagaan diri dari dirinya. Bisa saja ia berbolak-balik lalu jatuh, dan mati sia-sia. Orang lain tidak bertanggung jawab atas kematiannya.
Maka sekiranya seseorang tidur di atas loteng orang lain yang tidak berpagar atau tidak berdinding, maka si pemilik tidaklah bertanggung jawab bila orang itu terjatuh. Karena dia yang telah lalai, di mana ia tidur di atas tempat tersebut yang tidak aman dari jatuh. Atau bisa bermakna bahwa ia tidaklah mendapatkan penjagaan dari Alloh, di mana ia tidak mengambil sebab keselamatan dirinya.
7. menutup pintu dan memadamkan api serta penerangan sebelum tidur.
Berdasarkan hadits Jabir bahwa Rosululloh bersabda:
أَطْفِئُوا الْمَصَابِيحَ بِاللَّيْلِ إِذَا رَقَدْتُمْ وَغَلِّقُوا الْأَبْوَابَ وَأَوْكُوا الْأَسْقِيَةَ وَخَمِّرُوا الطَّعَامَ وَالشَّرَابَ
Matikanlah pelita pada malam hari bila kalian tidur; tutuplah pintu-pintu, ikatlah mulut geriba, dan tutuplah makanan dan minuman. (HR. Muttafaq alaih) dalam riwayat Bukhori: “Kembalikanlah (tutuplah) pintu, dan kumpulkanlah anak-anak kalian (jangan dibiarkan keluar) pada saat sore hari (saat matahari tenggelam antara maghrib dan Isya’); karena jin itu banyak berkeliaran dan menyambar. Dan matikanlah pelita saat hendak tidur. Karena sesungguhnya tikus seringkali menarik sumbu pelita hingga membakar penghuni rumah. (HR. Bukhori)
Mengenai menutup pintu, datang dalam hadits: “Tutuplah pintu, dan sebutlah nama Alloh, karena sesungguhnya setan tidak membuka pintu yang tertutup.”
Ibnu Daqiqil Id berkata: dalam hal perintah menutup pintu terkandung berbagai kemaslahatan agama dan dunia, juga penjagaan terhadap jiwa dan harta dari kalangan orang-orang yang suka berbuat kerusakan, terutama setan.
Namun bila dirasa aman dari kebakaran dengan melakukan berbagai hal preventif untuk mencegah terjadinya hal tersebut, Imam Nawawi mengatakan bahwa zahirnya, tidak mematikan api dan pelita tidaklah mengapa, kalau memang aman dari hal itu. Karena illahnya saat itu tidak didapatkan. Karena Nabi n mengemukakan illah (sebab, alasan) dari perintah tersebut dengan illah bahwa tikus bisa menyebabkan kebakaran terhadap penghuni rumah. Maka bila illah nya tidak ada, maka larangan itu pun hilang.
8. membaca bagian dari Al-Quran
Di antara petunjuk Nabi bahwa beliau tidak tidur hingga membaca sesuatu dari Al-Quran. Membaca Al-Quran saat sebelum tidur mengandung penjagaan terhadap seorang muslim dari tindakan dipermainkan setan, dan lebih mendatangkan mimpi yang benar. Di antara yang dibaca Nabi adalah:
-membaca ayat kursi, di mana akan senantiasa ada pelindung dari Alloh dan setan tidak akan mendekat hingga waktu pagi.
-Juga surat Al-Ikhlash, Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas) dengan meniupkannya pada dua tapak tangannya tiga kali, lalu dengan dua tangan itu diusapkan apa yang terjangkau dari badannya, dimulai dari kepala dan wajah, dan bagia depan dari badannya.
Bahkan meniup dengan tiga surat ini pun juga dianjurkan untuk dilakukan bagi orang yang mengeluhkan sakit.
-membaca Al-Kafirun. Di mana surat ini adalah pembebasan dari kesyirikan (dalam riwayat Abu Daud, Turmudzi, Ahmad, Darimi).
-membaca surat Tabarak (Al-Mulk) dan alif lam Miim tanzil as-sajdah (surat As-Sajdah).
-membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah.
Rosul bersabda: “Dua ayat dari akhir surat Al-Baqarah, barangsiapa yang membacanya pada suatu malam, maka keduanya akan mencukupinya.” (HR. Bukhori, Muslim, dll).
Imam Nawawi berkata: “mencukupinya” ada yang mengatakan artinya mencukupinya dari qiyamullail, ada lagi yang mengatakan mencukupinya dari setan, atau dari berbagai kerusakan. Dan ada kemungkinan semua makna tersebut terkandung di dalamnya.
9.Membaca sebagian doa dan dzikir
Dan yang diajarkan Rosululloh di antaranya adalah bahwa bila hendak tidur, beliau meletakkan tangan kanannya di bawah pipinya lalu membaca doa berikut tiga kali:
اللَّهُمَّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ
Ya Alloh, peliharalah aku dari adzab-Mu pada hari Engkau membangkitkan para hamba-Mu. (HR. Abu Daud) juga membaca: Bismika Allôhumma amûtu wa ahyâ. Dan kiranya masih ada beberapa doa dan dzikir agung yang diajarkan Nabi, mungkin bisa dibahas pada tempat tersendiri.
10.Dianjurkan bagi orang yang tidur bila ia terkejut takut dari tidurnya, atau merasa galau ataupun tidak bisa tidur, agar ia berdoa dengan doa berikut:
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَشَرِّ عِبَادِهِ وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَنْ يَحْضُرُونِ
Aku berlindung kepada Kalimat-kalimat Alloh yang sempurna, dari murka-Nya, dari kejahatan para hamba-Nya, dan dari segala was-was bisikan setan, dan dari kehadiran mereka. (HR. Abu Daud)
11.bila bangun dari tidur, agar ia membaca:
الْحَمْدُ للهِ الَّذِي أحْيَانَا بَعْدَ مَا أمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُشُورُ
Segala puji bagi Alloh Yang telah menghidupkan kami setelah Dia menidurkan kami, dan hanya kepada-Nya lah semua dibangkitkan. (HR. Bukhori)
Ini adalah sebagian etika dan adab seorang muslim saat hendak tidur. Kiranya bisa bermanfaat dan bisa mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat.
Diambil dari kitab Âdâbul Muslim Fil Yaum Wallailah hal 6 dan juga Kitabul âdâb oleh Fuad Abdul Aziz Asy-Syalhub hal 127.
Refrensi: Diambil dari Majalah Lentera Qolbu
Baca juga Artikel berikut:
Leave a Reply