Adab-Adab Didalam Berdoa (Bagian 1)

ada-adab dalam berdoa 1

Adab-Adab Didalam Berdoa (Bagian 1) – Segala puji hanya milik Allah. Hanya kepada-Nya kami memuji, meminta pertolongan, dan memohon ampunan. Kami berlindung kepada Allah dari semua kejelekan jiwa dan keburukan amal kami. Siapa saja yang diberikan petunjuk oleh Allah, niscaya tidak akan ada yang dapat menyesatkan dan siapa saja yang disesatkan oleh-Nya, niscaya tidak akan ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-nya.

Doa adalah senjata bagi umat muslim, dan dengan doa dapat merubah hidup kita. Dan Allah mencintai seorang hamba yang senantiasa selalu berdoa kepada-Nya, dan untuk itu agar doa kita diterima oleh Allah ta’ala, kita harus mengetahui adab-adab saat berdoa, dan untuk itu kita akan  membahas adab-adab berdoa, untuk penjelasannya sebagai berikut

Sungguh, doa memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Doa termasuk ibadah yang sangat agung. Doa menunjukkan bukti ketergantungan manusia kepada Rabbnya dalam meraih apa-apa yang bermanfaat, menolak apa-apa yang membawa mudharat bagi mereka. Demikian juga akan tampak darinya keterkaitan seorang manusia karena Rabbnya dan kecondongannya kepada-Nya. Bahwasanya tiada daya dan tiada upaya, melainkan dengan bantuan Allah ta’ala. Doa memiliki adab-adab yang apabila diperhatikan oleh seorang yang berdoa, niscaya doanya tidak akan ditolak. Diantara adab-adab berdoa ialah:

  1. Niat yang benar

Hendaknya bagi seorang yang berdoa berniat untuk menegakkan ibadah kepada Allah ta’ala karena doa adalah ibadah yang paling agung, sebagaimana yang akan disebutkan nanti. Disamping itu, dia juga meniatkan untuk menggantungkan kebutuhannya kepada Allah ta’ala. Sebab, siapa saja yang menggantungkan hajatnya kepada Allah ta’ala, niscaya ia tidak akan rugi selama-lamanya.

  1. Memperbanyak doa

Disunnahkan memperbanyak doa karena doa adalah ibadah.

Allah ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan Rabbmu berfirman: “‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina Dina.” (QS. Al-Mu’min {40]: 60)

Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda:

إن الدعاء هو العبادة

Artinya: “Sesungguhnya doa adalah ibadah.”[1] Kemudian, beliau membaca atas di atas tadi.

Doa sangat bermanfaat dengan izin Allah ta’ala, Nabi shalallahu alaihi wa salam bersabda:

الدعاء ينفع مما نزل ومما لم ينزل فعليكم عباد الله بالدعاء

Artinya: “Doa itu bermanfaat bagi apa-apa yang di sudah terjadi ataupun yang belum terjadi. Maka dari itu, hendaklah kalian banyak-banyak berdoa, wahai hamba-hamba Allah.”[2]

Seorang Muslim selayaknya banyak berdoa setiap waktu karena doa merupakan ibadah yang mulia. Doa merupakan sesuatu yang sangat mulia di di sisi Allah ta’ala, sebagaimana sabda Nabi shalallahu alaihi wasallam:

ليس شيء اكرم على الله تعالى من الدعاء

Artinya: “Tidak ada yang paling mulia di sisi Allah ta’ala daripada doa.” (HR. Al-Hakim)

  1. Berdoa dalam Keadaan Suci

Tidak ada salahnya jika seorang berdoa dalam keadaan tidak berwudhu. Tetapi, jika ia dalam keadaan suci, maka itu lebih afdol.

  1. Meminta kepada Allah ta’ala dengan Mengadahkan Bagian Dalam Telapak Tangan

Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda, yang artinya: “Jika meminta kepada Allah, maka mintalah dengan menengadahkan bagian dalam telapak tangan. Janganlah kamu memintanya dengan menengadahakan punggung telapak tangan.”[3]

Demikian juga Rasulullah shalallahu alaihi wasallam:

كان إذا دعا جعل باطن كفه إلى وجهه

Artinya: “Apabila berdoa, beliau mengarahkan bagian dalam telapak tangannya ke wajahnya.”[4]

Cara seperti ini tepat untuk menunjukkan kebutuhan kita dan sebagai penantian pengabulan doa. Seolah-olah, peminta mengulurkan tangan dan mengarahkan telapak tangannya ke atas untuk menunggu apa yang akan diberikan-Nya.

  1. Mengangkat Tangan hingga Tampak Ketiaknya

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang hamba mengangkat kedua tangannya hingga tampak ketiaknya dan dia memohon suatu permohonan, melainkan Allah ta’ala mengabulkan permohonannya itu…”[5]

Cara seperti itu juga menunjukkan ketergantungan, kebutuhan, dan permohonan seseorang yang sangat kepada Allah ta’ala.

  1. Memulai dengan mengucapkan Hamdalah (Alhamdulillah) dan Puji-pujian kepada Allah

Setiap hamba-Nya hendaklah menilai semua urusannya dengan memuji Allah ta’ala. Demikian juga, hendaklah ia memuji Allah ta’ala dengan pujian-pujian yang pantas baginya. Cara seperti ini lebih dekat kepada pengabulan doa. Bahkan, sesungguhnya Nabi shalallahu alaihi wasallam sujud di sisi ‘Arsy pada hari kiamat, lalu beliau mengucapkan hamdalah dan memanjatkan puja dan puji kepada Allah ta’ala, hingga Allah ta’ala mengizinkan baginya untuk meminta.

Allah ta’ala berfirman kepada beliau: “Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu! Katakanlah, niscaya akan didengarkan (kata-katamu). Memintalah, niscaya akan diberikan (apa yang engkau minta). Berikanlah syafaat, niscaya engkau akan diizinkan (memberi syafa’at)…”[6]

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pernah mendengar seorang laki-laki berdoa dalam shalatnya, namun tidak mengagungkan Allah ta’ala dan tidak bershalawat kepada Nabi shalallahu alaihi wa salam. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Orang ini terburu-buru.” Kemudian, Rasulullah memanggilnya dan bersabda: “Jika salah seorang dari kalian berdoa, maka hendaklah ia memulainya dengan mengucapkan hamdalah serta puja dan puji kepada Allah ta’ala, lalu bershalawat kepada Nabi shalallahu alaihi wasallam barulah setelah itu ia berdoa meminta apa yang ia inginkan.”[7]

  1. Bershalawat kepada Allah

Jika ia meninggalkan shalawat kepada Nabi, niscaya pengabulan doanya bisa terhalang. Dasarnya sabda Nabi shalallahu alaihi wasallam: “Semua doa terhalang hingga diucapkan shalawat kepada Nabi shalallahu alaihi wasallam.”[8]

Hal ini sebagaimana hadits Fudhalah yang telah lalu.

  1. Hendaklah Ia memulai Berdoa untuk Dirinya Terlebih Dahulu

Di dalam Kitabullah, terdapat sebuah isyarat tentang berdoa untuk diri sendiri.

Allah ta’ala berfirman:

رب اغفر لي ولولدي

Artinya: “Rabbku, ampunilah aku, ibu bapakku…”(QS. Nuh {71}: 28)

Firman Allah ta’ala juga: “Dia (Musa) berdoa: ‘Ua, Rabbku, ampunilah dan saudaraku…”  (QS. Al-A’raf {7}: 151)

Demikian juga firman-Nya: “Ya Rabb kami,ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman…” (QS Al-Hasyr: 10).

Demikianlah yang dilakukan Nabi shalallahu alaihi wasallam. Sebab apabila menjenguk seseorang dan mendoakannya, beliau memulainya untuk dirinya sendiri terlebih dahulu.

  1. Sungguh-sungguh dalam meminta

Janganlah seseorang ragu-ragu dalam berdoa atau ia mengucapkan pengecualian dengan berucap: “Jika Engkau memang berkehendak, ya Allah.” Namun, hendaklah ia bersungguh-sungguh dalam meminta karena Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Janganlah salah seorang dari kamu mengatakan: ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau. Ya, Allah berilah aku rahmat jika Engkau mau. Ya Allah, berilah aku rezeki jika Engkau mau.’ Hendaklah ia bersungguh-sungguh ketika meminta karena Allah ta’ala kuasa untuk melakukan apa yang Dia kehendaki, tidak ada yang bisa memaksa-Nya.”[9]

Selayaknya seseorang sungguh-sungguh dalam doa. Doa adalah ibadah, maka itu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan benar. Adapun cara seperti ini lebih dekat kepada pengabulan doa.

  1. Menghadirkan Hati dalam Berdoa

Seseorang hendaklah menghadirkan hatinya dan memusatkan pikirannya dalam berdoa. Janganlah ia berdoa dengan lisannya saja, sementara hatinya entah ke mana. Sebab, doa tidak akan dikabulkan dengan cara seperti itu.

Rasulullah shalallah shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Berdoalah kepada Allah ta’ala sementara kalian yakin doa kalian itu dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan lengah.

Wajib bagi seseorang hamba apabila berdoa kepada Allah ta’ala untuk menghadirkan hati dan memusatkan pikirannya. Selain itu, hendaklah mentadabburi apa yang diucapkannya. Hendaklah pula doa itu keluar dari hatinya sebelum keluar dari lisannya, sebagaimana yang disebutkan dalam bagian akhir hadist yang telah lalu.

  1. Yakin Doanya Dikabulkan

Seorang hamba hendaklah yakin doanya dikabulkan karena Allah telah menjanjikan hal itu.

Allah ta’ala berfirman: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada ku…” (QS. Al-Baqarah: 186)

Demikian juga seperti yang telah disebutkan dalam hadits di atas:

“Berdoalah kepada Allah ta’ala dengan keyakinan akan dikabulkan.”

Wajib bagi seorang hamba membenarkan apa yang telah dijanjikan Allah ta’ala karena Dia tidak akan mengingkari janji-Nya. Wajib diketahui juga bagi setiap Mukmin bahhwasanya tidaklah ia mendapat kan dari doanya, melainkan kebaikan.

  1. Tidak Berdoa untuk Suatu Perbuatan Dosa dan untuk Memutus Tali Silaturrahmi

Doa untuk suatu perbuatan dosa atau memutus silaturahmi tidak akan dikabulkan.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, artinya: “Tidaklah seseorang berdoa, melainkan Allah mengabulkan apa yang dimintanya atau mencegah darinya keburukan yang setara dengan apa yang dimintanya, selama tidak meminta untuk suatu perbuatan dosa atau untuk memutuskan tali silaturahmi.”[10]

Hendaklah seorang hamba menghindari doa yang berisi keburukan dan perbuatan dosa. Akan tetapi mendoakan kebinasaan orang-orang kafir dan orang-orang zhalim tidak termasuk di dalam bab ini. Jenis doa seperti itu banyak terdapat di dalam Al-Qur’an . Bahkan, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam juga pernah mendoakan kebinasaan bagi orang-orang kafir.

  1. Tidak Mendoakan Keburukan Atas Diri, Anak, dan Harta

Wajib atas seorang Muslim untuk mengindari doa keburukan atas diri, anak, atau hartanya. Doa seperti ini banyak dilakukan orang-orang apabila ia sedang marah karena suatu perkara. Bahkan, kadang-kadang seseorang berdoa dalam keadaan marah tersebut bertepatan dengan waktu terkabulnya doa sehingga Allah mengabulkan doanya. Nabi shalallahu alaihi wasallam telah melarang hal itu, beliau bersabda: “Janganlah kamu mendoakan keburukan atas diri kamu, jangan kamu mendoakan keburukan atas anak-anak kamu, jangan kamu mendoakan keburukan atas harta-harta kamu. Jangan sampai doa kalian tersebut bertepatan dengan waktu Allah memberikan apa-apa yang diminta, lalu doa kalian dikabulkan.”[11] Bersambung..

 

Referensi:

Ensiklopedi Adab Islami, Pustaka Imam Syafi’i , Cetakan keenam: Sya’ban 1449 H/April 2019 M, Abdul Aziz Fathi as-Sayyid Nada.

 

Diringkas oleh:

Suci Wahyuni (Pengabdian Ponpes Darul Qur’an Wal Hadits Oku Timur Martapura)

[1] HR. Ahmad (IV/267)

[2] HR. Tirmidzi (3048) dan al-Hakim (I/493) dari Ibnu Umar. Lihat shahihul jami’ (3409).

[3] HR. Abu Dawud (1486) dari Malik bin Yasar. Lihat kitab Shahih Abi Dawud (1318). Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan yang lainnya.

[4] HR. At-Tirmidzi (3603) dari Abu Hurairah Radhiyallahu.

[5] HR. Abu Dawud (1486) dari Malik bin Yasar.

[6] HR. Al-Bukhari  (7519) dan muslim (193) dari Anas Radhiyallahu.

[7] HR. Abi Dawud (1481), an-Nasa-ib(44/3), serta At-Tirmidzi (3477) dan dishahihkan dari Fudhalah bin Ubaid. Silahkan lihat kitab Shahih Abi Dawud (1314).

[8] HR. Ad-Dailami dalam Musnad al-Firdaus (III/4791) dari Ali Radhiyallahu.

[9] HR. Al-Bukhari (6339) dan Muslim (2679) dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu.

[10] HR. At-Tirmidzi (3381) al-Hakim (I/493) dari Abu Hurairah Radhiyallahu. Lihat kitab Shahih At-Tirmidzi.

[11] Telah disebutkan takhrijnya.

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.