Shalat Adalah Rukun Islam Terbesar Setelah Syahadat
Banyak dijumpai dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadits terkait rukun islam yang pertama yaitu dua kalimat syahadat. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman tentang orang-orang Musyrik, Artinya: “Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama.” (QS. At-Taubah: 11)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
بنِي الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنْ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالْحَقِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ
Artinya: “Islam itu dibangun di atas lima perkara: persaksian bahwa tidak ada Ilah yang berhak diibadahi selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji ke Baitullah, dan puasa Ramadhan.” (Muttafaq ‘alaih)
Nabi berkata kepada Muadz bin Jabal, ketika belles mengutusnya ke Yaman:
إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ عِبَادَةُ اللَّهِ، وَإِذَا عَرَفُوا اللَّهَ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ
Artinya: “Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab, maka hendaknya yang pertama kali engkau serukan kepada mereka ialah menyembah Allah. Jika mereka telah mengenal Allah³, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam.” (Muttafaq ‘alaih)
Beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
أُمِرْتُ أَنْ أَقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنْ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الإِسْلامِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ
Artinya: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Jika mereka melaksanakan hal itu, maka mereka terpelihara dariku, baik darah maupun harta mereka, kecuali dengan hak Islam, sedangkan perhitungan mereka diserahkan kepada Allah.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Abu Said, ketika Rasulullah membagi harta rampasan perang, seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, bertakwalah kepada Allah!”
Mendengar hal itu, beliau menimpali, “Celaka kamu! Bukankah aku ini penduduk bumi yang paling berhak menjadi orang yang paling bertakwa kepada Allah?!”
Lalu, Khalid bin al-Walid berujar, “Bolehkah aku penggal lehernya, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Jangan, boleh jadi ia mengerjakan shalat. (Muttafaq ‘alaih)
Shalat adalah bangunan agama paling agung setelah tauhid dalam agama, posisinya seperti kepala bagi tubuh. Sebagaimana tidak ada kehidupan bagi siapa yang tidak memiliki kepala, maka demikian pula tidak beragama bagi yang tidak melaksanakan shalat. Amirul Mukminin Umar bin al-Khatthab mengirim surat ke berbagai penjuru negeri yang isinya, “Sesungguhnya perkara kalian yang paling penting bagi aku adalah shalat. Barangsiapa menjaganya, maka ia telah menjaga agamanya, dan barangsiapa menyia-nyiakannya, maka ia lebih menyia-nyiakan terhadap perkara lainnya. Tidak ada jatah (keuntungan) dalam Islam bagi siapa yang meninggalkan shalat.
Shalat merupakan pendukung bagi rukun-rukun Islam yang lain. Karena ia mengingatkan seorang hamba akan keagungan ke Tuhanan Allah, kerendahan penghambaan seorang hamba, dan perkara pahala dan sanksi hukum. Dengan demikian akan memudahkannya untuk tunduk dalam ketaatan. Karena itu, Allah berfirman, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.” (QS. Al- Baqarah: 45)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
رَأْسُ الْأَمْرِ الإِسْلَامُ وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ
Artinya: “Pokok segala urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.” (HR. At-Tirmidzi, dll)
Jadi, shalat adalah pilar agama yang dengannya ia dapat berdiri sebagaimana tenda berdiri dengan tiang-tiangnya. Dapatkah seribu pasak menegakkan kemah bila tanpa tiang di tengahnya?
Dari al-Miswar bin Makhramah, ia berkata, “Aku menjenguk Umar, dan ia diselimuti dengan kain. Maka, aku katakan, ‘Bagaimana kalian melihatnya?” Mereka menjawab, ‘Seperti yang engkau lihat.’ Aku katakan, ‘Bangunkanlah ia dengan shalat; karena kalian tidak akan bisa membangunkannya dengan sesuatu yang lebih mengejutkannya daripada shalat.’ Mereka mengatakan, “Shalat, wahai Amirul Mukminin!’ Maka, serta merta ia berucap, ‘Demi Allah, ini janjiku! Tidak ada hak dalam Islam bagi siapa yang meninggalkan shalat.’ la pun shalat, meski darah benar-benar mengalir dari lukanya. (Shahih)
Karena shalat adalah ibadah yang paling banyak disebut dalam al-Quran. Terkadang disebutkan secara khusus, seperti firman-Nya:
وَأَقِمِ الصَّلَوٰةَ طَرَقَى النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ الَّيْلِ
Artinya: “Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan dari malam.” (QS. Hud: 114)
Kadang disandingkan dengan kesabaran, seperti firman-Nya:
يَتَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَوَةِ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Terkadang disandingkan dengan zakat, seperti firman-Nya:
وَأَقِيمُوا الصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا الزَّكَوٰةَ
Artinya: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’.” (QS. Al-Baqarah: 43)
Terkadang disandingkan dengan jihad, seperti firman-Nya:
يَتَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا
الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ وَجَهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan, agar kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.” (QS. Al-Haj: 77-78)
Dari Aisyah, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
ثلاثُ أُخْلِفُ عَلَيْهِنَّ : لَا يَجْعَلُ اللهُ مَنْ لَهُ سَهُمْ فِي الإِسْلَامِ كَمَنْ لَا نهُمْ لَهُ، فَأَسْهُمُ الإِسْلامِ ثلاثة: الصَّلاةُ، وَالصَّوْمُ، وَالزَّكَاة
Artinya: “Ada tiga perkara yang aku bersumpah atasnya: Allah tidak menjadikan orang yang memiliki saham dalam Islam seperti orang yang tidak memiliki saham, dan saham dalam Islam ada tiga, yaitu: shalat, puasa, dan zakat.” (hasan lighairihi, HR. Ahmad dalam musnadnya)
Allah tidak menyandingkan shalat dengan ibadah-ibadah fardhu lainnya kecuali dia mendahulukan shalat dari yang lain.
Shalat juga disebutkan di pembukaan amal-amal kebajikan dan di penutupnya, sebagaimana Anda dapat lihat dalam surat al-Mukminun dan surat al-Ma’arij.
Setiap hamba diberi tugas agar shalat menguasai segala eksistensinya, baik zhahir maupun batin, serta menyibukkan hati, lisan dan anggota tubuhnya.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَقُومُوا لِلَّهِ قَنِتِينَ
Artinya: “Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (QS. Al-Baqarah: 238)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ فِي الصَّلَاةِ لَشُغلاً
Artinya: “Sesungguhnya pada shalat benar-benar terdapat kesibukan.” (Muttafaq ‘alaih)
Karena itu, orang yang sedang shalat diharamkan makan, minum, menoleh, dan bergerak (di luar gerakan shalat). Berbeda dengan ibadah lainnya selain shalat yang diwajibkan atas sebagian anggota tubuh saja. Orang yang berpuasa, misalnya, diperkenankan berbicara dan bergerak. Orang yang berjihad diperbolehkan menoleh dan berbicara. Orang yang menunaikan haji boleh makan dan minum. Adapun shalat, di dalamnya terdapat aneka macam Ibadah yang mencakup ibadah hati, akal, badan dan lidah.
- Berkaitan dengan lisan, ialah dua kalimat syahadat, takbir, ta’awudz, basmalah, membaca al-Qur’an, tasbih, tahmid, istighfar dan doa.
- Berkaitan dengan anggota tubuh, ialah berdiri, ruku, sujud, i’tidal (bangkit dari ruku), turun untuk sujud, bangkit, dan duduk.
- Berkaitan dengan akal, ialah tafakkur (memikirkankan), tadabbur (memperhatikan), memahami dan mendalami. Sedangkan yang berkaitan dengan hati, khusyu’, kelembutan (mudah menangis), takut, berharap, merasakan kelezatan, tunduk, dan menangis.
Ibnu al-Qayyim Rahimahullah berkata, “Ketika shalat mencakup bacaan, dzikir dan doa, yaitu menghimpun bagian-bagian ibadah dalam bentuk yang paling sempurna, maka shalat lebih utama daripada membaca al-Quran, dzikir, dan doa yang berdiri sendiri (di luar shalat); karena shalat menghimpun semua itu bersama ibadah seluruh anggota tubuh. Wallahu ta’ala a’lam.
REFERENSI:
Di Tulis Oleh : Muhammad bin Ahmad al-Muqaddam
Di Ringkas Oleh : Abdul Hadi Martapian
Di Ambil Dari : Buku Mengapa Kita Shalat
Baca juga artikel:
Leave a Reply