Larangan bagi Penuntut Ilmu. Bismillahirahmanirrahim. Segala puji hanya bagi Allah Yang Maha Terpuji atas segala nikmat-Nya yang telah kita rasakan mulai dari ketika dalam perut ibu kita sampai detik ini, nikmat yang tidak ada habisnya dan tidak ada kurangnya. Semoga shalawat dan salam selalu Allah curahkan kepada utusan-Nya yang terakhir, seorang Nabi yang mulia Muhammad bin Abdillah Shallallahu alaihi wasallam.
Setelah kita mengetahui adab-adab, perhiasan-perhiasan serta keutamaan ilmu dan mencarinya, maka pada artikel kali ini kita akan membahas beberapa larangan yang tidak boleh dilanggar oleh seorang penuntut ilmu. Larangan-larangan ini bisa menjadi sebab batalnya perhiasan mulia yang sudah melekat dalam diri seorang yang berkecimpung dalam dunia ilmu. Di antaranya:
- Mimpi di Siang Bolong
Maksudnya janganlah berkhayal akan ilmu yang sebenarnya belum engkau dapatkan dengan sempurna. Misalnya, engkau mengaku memiliki ilmu padahal engkau belum memilikinya atau engaku mengaku mengusai sesuatu yang belum kau kuasai. Jika sampai engaku melakukan hal-hal seperti ini, maka ia akan menjadi tirai tebal yang menghalangimu dari ilmu.
- Jangan Menjadi “Abu Bisyr”
Dikatakan:
العلم ثلاثة أشبار, من دخل في الشبر الأول تكبر ومن دخل في الشبر الثاني تواضع ومن دخل في الشبر الثالث, علم أنه ما يعلم
Terjemahannya:
“Ilmu itu memiliki tiga jengkal. Siapa yang memasuki jengkal pertama niscaya dia akan sombong. Siapa yang memasuki jengkal kedua niscaya dia akan rendah hati. Siapa yang memaski jengkal ketiga, niscaya dia akan mengetahui bahwa ia tidak berilmu.”
Maka, janganlah kamu menjadi abu bisyr yang hanya memasuki ilmu dari tingkatan yang pertama lalu kamu berpuas diri. Ilmu itu sangat luas. Ilmu yang Allah turunkan kepada kita tidak lebih dari air yang menempel pada jarum yang dicelupkan ke dalam lautan. Jika engkau terus istiqamah dalam ilmu, niscaya engkau akan mengerti bahwasanya engkau sangat fakir dalam ilmu.
- Tampil Sebelum Ahli
Hindarilah dari menjadi seseorang yang ingin tampil sebelum engkau mengusai ilmu dan ahli di bidangnya.
Ini merupakan penyakit hati dan amal. Dikatakan:
من تصدر قبل أوانه فقد تصدى لهوانه
“Siapa yang memaksakan diri tampil sebelum waktunya, berarti telah menjerumuskan diri kepada kehinaan”
- Suka Pamer Ilmu
Hindarilah suka memamerkan ilmu yang sudah dimiliki kepada orang lain. Ini adalah kebiasaan orang-orang yang sebenarnya tidak berilmu. Ia mengkaji satu atau dua persoalan saja, kemudian ketika diadakan suatu majelis yang di dalamnya terdapat orang yang memiliki kedudukan di matanya atau di mata publik, maka ia memancing pembicaraan mengenai ilmu yang dia telah kaji tadi dengan tujuan agar bisa memamerkan ilmunya tersebut. Justru ini seringkali malah menampakkan aib, atau setidaknya orang-orang tahu siapa jati dirinya yang sesungguhnya.
- Membuat Coretan yang Engkau Kira Mahakarya
Engkau harus berhati-hati jangan sampai menulis buku hanya sekadarnya saja. Engkau telah membuat banyak coretan pada banyak lembaran kertas. Berhati-hatilah, jangan sampai engkau sibuk menulis sebelum menyempurnakan perangkat-perangkat seorang penulis, lengkapilah terlebih dahulu keahlianmu, dan belajar secara matang kepada guru-gurumu itu yang lebih baik. Jika tidak seperti itu, bisa-bisa engkau mencatatkan cela dan memperlihatkan keburukan dan cacat dirimu. Adapun sibuk dengan tulisan yang bermanfaat bagi orang yang sudah kapabel, memiliki keahlian, sudah mengusai perangkat-perangkatnya, berwawasan luas, terbiasa mengakaji permasalahan, sering mengevaluasi, menelaah, membaca buku-buku besar, menghafal buku-buku ringkas, dan memiliki ingatan yang bagus tentang tema suatu persoalan, makai a merupakan salah satu pekerjaan paling utama orang-orang mulia.
Berkata Al-Khatib:
من صنف فقد جعل عقله على طبق يعرضه على الناس
“Siapa yang menulis buku, berarti telah meletakkan akalnya di atas nampan, lalu menyuguhkannya ke hadapan semua orang.”
- Sikapmu Terhadap Kekeliruan Ulama Sebelumnya
Jika engkau menemukan kekeliruan pada diri seorang alim, maka jangan bergembira karena hendak merendahkannya, tetapi bergembiralah untuk mengoreksi persoalan ini saja. Orang yang objektif akan sadar bahwa tidak ada seorang alim pun yang maksum terutama alim yang banyak berkarya. Tidak ada yang membesar-besarkan dan bergembira dengan kesalahan tersebut untuk melontarkan celaan, kecuali dia adalah orang yang sok pandai, “yang ingin mengobati flu tetapi mengakibatkan timbulnya kusta.”[1] Tentu kesalahan dari seorang alim yang memiliki banyak ilmu dan karya itu tetap harus dicatat dan diingatkan, tetapi jangan sampai seorang penuntut ilmu membesar-besarkannya untuk mencela-cela atau merendahkan alim tersebut.
- Menghindari Syubhat
Jangan menjadikan hatimu seperti spon yang menyerap semua yang datang kepadanya. Jangan mendatangkan syubhat kepada diri sendiri atau orang lain. Syubhat-syubhat itu menyambar-menyambar sedangkan hati itu lemah, dan kebanyakan orang yang menyebarkan syubhat itu adalah para pemikul kayu bakar, yaitu ahlul bid’ah maka hindarilah.
- Hindari Salah Ucap dan Tulis
Hindarilah kesalahan seperti ini karena bersihnya sebuah ucapan dan tulisan dari kesalahan-kesalahan fatal merupakan keutamaan besar, wujud kejernihan rasa, serta bukti pemahaman terhadap keindahan makna dan ketepatan ungkapan. Diriwayatkan dari Umar semoga Allah meridhainya, beliau berkata,
تعلموا العربية فإنها تزيد في المروءة
“Belajarlah bahasa Arab, karena ia memperbaiki citra diri seseorang”[2]
Telah diriwayatkan juga dari sebagian salaf bahwa mereka itu biasa memukul anak-anak mereka karena salah ucap.[3]
Al-Khatib meriwayatkan secara bersanad, dari Rahabi, ia berkata:
سمعتُ بعض أصحابنا يقول: إذا كتب لحان فكتب عن اللحان, صارالحديث بالفارسية
“Saya pernah mendengar sebagian sahabat kami berkata: ‘Jika orang yang sering salah tulis menulis, lalu ia menulis dengan narasumber orang lain yang juga banyak salah tulis, jadilah ucapan tersebut seperti berbahasa Persia.”[4]
Oleh karena itu, jangan peduli terhadap perkataan Qasim bin Mukhaimirah, semoga Allah merahmatinya:
تعلم النحو أوله شغل وآخره بغي
“Belajar ilmu nahwu itu awalnya menyibukkan dan akhirnya berlebihan.”
Maka itu kami menasihatkan agar seorang penuntut ilmu harus mengkokohkan ilmu bahasanya, baik dalam bidang nahwu, shorof, maupun mubalaghoh. Dan seringlah membaca kitab para ulama rabbaniyun agar terbiasa dalam kosa kata yang mereka gunakan. Allahu a’lam.
- Jauhi Israiliat Masa Kini
Hindarilah “israiliat baru” yang dihembuskan oleh para orientalis, baik itu dari kalangan Yahudi atau Nasrani. Ia lebih berbahaya daripada israiliat kuno. Isriliat kuno sudah dijelaskan oleh Nabi Shallallahu alaihi wasallam bagaimana menyikapinya dan para ulama yang telah mempublikasikan bagaimana pendapat mengenainya. Adapun isriliat baru yang disusupkan ke dalam pemikiran Islam setelah terjadinya revolusi peradaban, terhubungnya seluruh dunia satu sama lain, dan terhentinya ‘ekspansi islami’ maka ia merupakan keburukan tulen dan bencana yang tumpah ruah. Sebagian umat Islam telah melupakannya, sebagian lagi telah merendahkan diri di hadapannya. Berhati-hatilah, jangan sampai masuk ke dalam ranah ini. Semoha Allah melindungi kaum muslimin dari kejahatannya.
- Waspadai Perdebatan Ala Bizanti
Maksudnya adalah perdebatan yang tidak berguna dan miskin manfaat. Konon, suatu ketika orang-orang Bizantium berdiskusi satu sama lain mengenai jenis kelamin malaikat padahal musuh sudah berada di pintu gerbang kota hendak menyerang mereka. Perdebatan yang miskin maanfat itu akan menhambat dari jalan kebenaran. Sedangkan kebiasaan para salaf adalah menghindari banyak perdebatan. Terlalu banyak berdebat itu menunjukkan kurangnya sifat wara’. Sebagaimana perkataan Hasan Al-Bashri ketika mendengar orang-orang berdebat:
هؤلاء ملوا العبادة وخف عليهم القول وقل ورعهم فتكلموا
“Orang-orang itu sudah bosan beribadah, merasa ringan berbicara, dan sifat wara’ mereka sangat rendah, oleh karena itulah mereka banyak berbicara.”[5]
- Tidak Berwala’ dan Bara’ kepada Suatu Kelompok kecuali Islam Saja
Wahai penuntut ilmu! Semoga Allah memberkahimu dan usiamu. Tuntutlah ilmu, berusahalah beramal, dan berdakwahlah kepada Allah Ta’ala berdasarkan metode para salaf. Jangan keluar masuk jamaah-jamaah, sehingga engkau keluar dari kelapangan kepada struktur-struktur sempit. Islam ini seluruhnya merupakan jalan dan manhaj, sedangkan kaum muslimin ini seluruhnya merupakan jamaah. Sungguh, tangan Allah bersama jamaah. Tidak ada golongan-golongan atau sekte-sekte dalam islam. Kita memohon kepada Allah agar melindungi kita dari terpecah-pecah, sehingga kalian menjadi mangsa firqah-firqah, golongan-golongan, madzhab-madzhab batil, dan sekte-sekte ekstrim yang menjadi landasan ikatan wala’ dan bara’.
Jadilah penuntut ilmu yang berada di jalan benar, mengikuti atsar, menjalankan sunnah-sunnah, berdakwah kepada Allah atas dasar ilmu dan keyakinan yang benar, serta mengakui jasa dan keutamaan, dan kelebihan orang-orang yang berhak. Sikap bergolong-golong yang berlandaskan pada aliran pemikiran dan struktur bid’ah yang tidak pernah dikenal oleh para salaf merupakan salah satu hambatan ilmu yang paling besar dan pemecah belah jamaah. Betapa sering sikap bergolong-golong ini melemahkan tali persatuan Islam serta menjerumuskan kaum Muslimin ke dalam berbagai bencana. Waspadalah terhadap golongan-golongan dan kelompok-kelompok yang terus membawa malapetaka dan memunculkan keburukan. Kelempok-kelompok itu ibarat talang yang menghimpun air dalam keadaan keruh dan membuangnya secara sia-sia, kecuali yang dirahmati Allah, yang berpedoman kepada apa yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya semoga Allah meridhai mereka.
Ibnu Qayyim semoga Allah merahmatinya berkata tentang tanda-tanda orang yang sungguh-sungguh berada di jalan agama:
“Mereka tidak dinisbatkan kepada nama tertentu, yakni mereka tidak dikenal memiliki nama yang menjadi identitas yang dikenal oleh manusia, yang biasa menjadi nama-nama bagi para penganut aliran.”
Mereka itu manusia yang paling jauh dari penyakit. Sebab, semua penyakit terjadi karena identitas, keterikatan dengannya, dan keterikatan kepada berbagai aliran dengan istilah-istilah baru, mengikuti kondisi baru yang silih berganti. Inilah yang memutus kebanyakan manusia dari Allah Ta’ala, sedangkan mereka tidak berasa. Lebih mengherankan lagi, para pengikut golongan-golongan ini dikenal sebagai penuntut ilmu, pemilik tujuan, dan penempuh perjalanan menuju Allah, padahal mereka itu kecuali satu kelompok terputus dari Allah disebabkan oleh identitas dan ikatan tersebut.
Sebagaimana dikabarkan Nabi kita Shallallahu alaihi wasallam:
وَإِنَّ بَنِى إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِى النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى
“Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Sedangkan umatku terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu.” Para sahabat bertanya, “Siapa golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yaitu yang mengikuti pemahamanku dan pemahaman sahabatku.”.”[6]
- Jauhilah Pembatal Penuntut Ilmu
Ikhwati fillah! Semoga Allah melindungi kita semua daripada kesalahan-kesalahan fatal. Jika engkau telah membaca beberapa artikel mengenai perhiasan penuntut ilmu ini dan mengetahui sebagian pembatalnya, ketahuilah bahwa faktor perusak rangkaian pengikat perhiasan adab ini adalah:
- Menyebarkan rahasia saudara.
- Menukil perkataan dari satu kaum kepada kaum lain.
- Bangga diri dan banyak bicara.
- Banyak bergurau.
- Menyela pembicaraan orang lain.
- Dengki atau iri hati.
- Prasangka buruk (suudzhan).
- Duduk di majelis ahlul bid’ah dan bergaul bersama mereka.
- Melangkah ke tempat-tempat haram.
Hindarilah dosa-dosa ini dan sebangsanya. Pendekkan langkahmu dari seluruh tempat yang diharamkan. Jika tidak, ketahuilah sebenarnya agamamu adalah sangat tipis dan ringan, engkau seorang yang banyak bermain-main, banyak menggunjing, dan banyak mengadu domba. Bagaimana mungkin engkau menjadi seorang penuntut ilmu sejati yang akan diperhitungkan di hadapan manusia apalagi di hadapan Allah?
Semoga Allah meluruskan langkah serta mengaruniakan ketakwaan dan akhir yang baik di akhirat maupun di dunia, untuk kita semua.
Semoga shalawat dan salam selalu tercurahkan bagi Nabi kita Muhammad, juga kepada segenap keluarga dan seluruh sahabat beliau.
REFERENSI:
Diringkas oleh:
Tamim Adi Joyo Prasetyo, S.T. (Staff Ponpes DQH OKU Timur)
Diringkas dari:
Hilyah Thalibil ‘Ilmi: Perhiasan Penuntut Ilmu karya Syaikh Bakr bin Abdullah Abuzaid; Penerbit: Al-Qowam, Solo; Cetakan VII (Agustus 2018 M): hlm. 101-115.
[1] Majma’ul Balaghah, Ar-Raghib.
[2] Al-Jami’, II/24, Khatib.
[3] Al-Jami’, II/28,29.
[4] Al-Jami’, II/28.
[5] Az-Zuhud, Imam Ahmad dan Al-Hilyah, Abu Nuaim.
[6] HR. At-Tirmidzi no. 2641.
Baca juga:
Leave a Reply