Agungnya Ilmu – Setiap hari tatkala kita melakukan shalat, kita berikrar dan memohon kepada Allah dalam shalat kita saat membaca surah Al-Fatihah. Dan di bagian akhir surah kita berdoa kepada Allah Subhanahu Wata’ala,
اِهدنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَـقِيْم صِرَاطَ الَّذِينَ اَنعَمتَ عَلَيهِم ۙ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِم وَلَا الضَّآلِّينَ
Artinya: “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-Fatihah : 6-7)
Para ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan orang-orang yang dimurkai, yang kita meminta perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari jalan-jalan mereka adalah orang-orang Yahudi yang telah dianugerahkan ilmu oleh Allah, namun mereka tidak mengamalkan. Adapun yang dimaksud dengan orang-orang yang sesat, para ulama sepakat bahwa mereka adalah orang-orang Nasrani yang mereka semangat beribadah, akan tetapi tidak di atas ilmu. Maka seorang mukmin hendaknya berusaha beribadah di atas ilmu. Dan setelah ilmu dia dapatkan, maka dia berusaha untuk mengamalkannya. Karena dengan begitu dia tidak akan bertasyabbuh dengan orang-orang Yahudi maupun Nasrani.
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang agungnya ilmu. Ilmu adalah suatu perkara yang sangat diagungkan oleh Allah dan juga oleh Nabi. Terdapat banyak dalil di dalam Alquran maupun sunnah Nabi yang menjelaskan tentang agungnya ilmu. Jika kita mau membaca ayat-ayat di dalam Al-Quran tentang agungnya ilmu satu persatu, maka tentu akan memakan waktu yang panjang. Apalagi jika ditambah kita ingin membacanya melalui hadis-hadit Nabi. Namun pada kesempatan ini, kita akan menyebutkan sebagian dari ayat-ayat Al-Quran tentang agungnya ilmu.
Diantara ayat-ayat yang menunjukkan akan agungnya ilmu adalah Allah memerintahkan Nabi untuk berdoa meminta tambahan ilmu. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “Dan katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan”.” (QS. Taha: 114)
Dan tidak ada di dalam Alquran Allah memerintahkan Nabi untuk berdoa meminta tambahan selain daripada tambahan ilmu sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas. Maka ini menunjukkan agungnya ilmu, karena Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam diperintahkan oleh Allah untuk berdoa meminta ilmu. Diantara ayat lain yang menunjukkan tentang agungnya ilmu adalah firman Allah Subhanahu Wata’ala:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوۤا اِذَا قِيلَ لَـكُم تَفَسَّحُوا فِى المَجٰلِسِ فَافسَحُوا يَفسَحِ اللّٰهُ لَـكُم ۚ وَاِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرفَعِ اللّٰهُ الَّذِينَ اٰمَنُوا مِنكُم ۙ وَالَّذِينَ اُوتُوا العِلمَ دَرَجٰتٍ وَاللّٰهُ بِمَا تَعمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: “Wahai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan : “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah : 11)
Dalam ayat ini diterangkan bahwa orang yang beriman akan diangkat derajatnya, dan orang-orang yang berilmu akan diangkat derajatnya di atas derajat orang-orang yang beriman. Oleh karenanya tatkala Nabi Daud dan Nabi Sulaiman ‘alaihimassalam diberikan ilmu, merekapun bersyukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas karunia tersebut. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala:
وَلَـقَد اٰتَينَا دَاودَ وَ سُلَيمٰنَ عِلمًا ۚ وَقَالَا الحَمدُ لِلّٰهِ الَّذِى فَضَّلَنَا عَلٰى كَثِيرٍ مِّن عِبَادِهِ المُؤمِنِينَ
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hambanya yang beriman (dengan ilmu).” (QS. An-Naml : 15)
Lihatlah bahwa dalam ayat di atas Allah memuliakan Nabi Sulaiman dan Nabi Daud ‘alaihimassalam. Sehingga orang yang beriman akan Allah tingkatkan derajatnya. Namun orang yang beriman lagi berilmu, akan lebih tinggi derajatnya dari orang-orang yang hanya sekedar beriman. Oleh karenanya pula, bahwa tidaklah Allah memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada Nabi Adam ‘alaihissalam kecuali sebab ilmu.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
وَعَلَّمَ اٰدَمَ الاَسمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُم عَلَى المَلائكَةِ فَقَالَ اَنبِــٔونِى بِاَسمَآءِ هٰؤُلَآءِ اِن كُنتُم صٰدِقِينَ قَالُوا سُبحانَكَ لَا عِلمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمتَنَا اِنَّكَ اَنتَ العَلِيمُ الحَكِيمُ
Artinya: “Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” Mereka (malaikat) menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah : 31-32)
Jadi diantara kemuliaan Nabi Adam ‘alaihissalam adalah dengan ilmu yang Allah ajarkan kepadanya. Oleh karenanya ayat yang menyebutkan pengangkatan derajat orang-orang yang berilmu di atas orang-orang beriman dalam surah Al Mujadilah ayat 11 maksudnya adalah Allah akan mengangkat derajatnya baik di dunia maupun di akhirat.
Di dunia ini telah lewat lewat orang-orang yang hebat seperti raja, presiden, menteri-menteri, orang-orang hebat, orang kaya, ilmuwan dan penemu. Akan tetapi mereka sangat jarang disebut namanya oleh orang-orang. Kalaupun nama mereka disebut dengan pujian, orang-orang menyebut nama mereka tanpa disertai dengan doa. Atau bahkan nama mereka mungkin disebut-sebut bersamaan dengan cacian. Berbeda dengan para ulama yang mungkin telah wafat lebih dari 1000 tahun, yang mereka meninggalkan ilmu mereka melalui kitab-kitab yang dipelajari oleh masyarakat, tatkala nama mereka disebut pasti disertai dengan doa “rahimahullah” (semoga Allah merahmatinya). Begitupula dengan para sahabat, tatkala disebut namanya, pasti teriring dari nama mereka dengan doa “radhiallahu ‘anhu” (semoga Allah meridhainya). Oleh karenanya orang-orang yang berilmu Allah akan tinggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat.
Di antara ayat yang menunjukkan agungnya ilmu adalah Allah menjadikan persaksian ulama sebagai dalil tauhid. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
شَهِدَ اللّٰهُ اَنَّه لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۙ وَالمَلائِكَةُ وَاُولُوا العِلمِ قَآئِمًا ۢ بِالقِسط لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ العَزِيزُ الحَكِيمُ
Artinya: “Allah menyatakan (mempersaksikan) bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahaperkasa, Maha-bijaksana.” (QS. Ali ‘Imran : 18)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah mempersaksikan sesuatu yang sangat agung dalam kehidupan ini yaitu kalimat tauhid. Dan Allah menggandengkan persaksian-Nya terhadap keagungan kalimat tauhid dengan persaksian para malaikat dan para ulama. Sebagian ulama menyebutkan bahwa dalam ayat ini Allah tidak memperinci keterangan bahwa para nabi daan para ulama menjadi saksi. Akan tetapi Allah menggabungkan persaksian mereka dalam kategori persaksian orang-orang yang berilmu. Kita ketahui bahwa para nabi adalah orang yang berada dipuncak ilmu. Akan tetapi dijadikannya penyebutan para nabi dan para ulama dalam satu penyebutan, menunjukkan tentang keagungan para ulama. Maka ketahuilah bahwa ayat ini merupakan dalil yang paling kuat yang menunjukkan tentang agunya ilmu. Karena Allah menggandengkan persaksian ahli ilmu dan malaikat dengan persaksian Allah untuk menyatakan kebenaran Laa Ilaha Illallah.
Diantara ayat yang menunjukkan agungnya ilmu adalah firman Allah: “Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar : 9)
Dalam istilah syariat, perkataan ini disebut dengan istifhaamun inkarii (pertanyaan yang menunjukkan pengingkaran). Maksudnya adalah pertanyaan seperti adalah pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban. Karena pertanyaan seperti ini telah jelas jawabannya. Kalau kita melihat pertanyaan dalam ayat ini, maka tentu telah jelas bagi kita bahwa beda antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu. Oleh karena itu jangan sekali-sekali seseorang menyamakan antara orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Karena Allah membedakan kehidupan antara orang yang berilmu dan tidak berilmu dalam segala hal. Allah membedakan kehidupan mereka di dunia, di alam barzakh, dan kehidupan mereka di akhirat. Allah juga membedakan di antara mereka dalam hal keyakinan, adab dan hal-hal lainnya.
Jangankan untuk membandingkan orang yang berilmu dan tidak berilmu, perbedaan antara hewan yang berilmu dan tidak berilmu sendiri Allah bedakan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala: “Mereka bertanya kepadamu (Muhammad), “Apakah yang dihalalkan bagi mereka?” Katakanlah, ”Yang dihalalkan bagimu (adalah makanan) yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang pemburu yang telah kamu latih untuk berburu, yang kamu latih menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu. Maka makanlah apa yang ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah (waktu melepasnya). Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat cepat perhitunganNya.” (QS. Al-Maidah : 4)
Misalnya ada seseorang yang memiliki seekor anjing, dan ingin berburu dengan anjingnya. Kemudian dia mengajari anjing tersebut hingga pintar, lalu dilepasnya anjing tersebut untuk berburu dengan bismillah, maka jika anjing tersebut mendapatkan hewan buruannya, maka hasil buruan yang di dapat oleh anjing tersebut hukumnya halal. Akan tetapi jika anjing yang tidak dilatih, kemudian berburu dan mendapatkan hewan buruannya, maka status hewan buruannya menjadi haram. Perhatikanlah bahwa dari ayat ini Allah membedakan antara hewan yang punya ilmu dan hewan yang tidak punya ilmu. Maka jika hewan saja Allah bisa bedakan dari sisi keilmuannya, maka terlebih lagi dengan manusia. Maka semakin jelas berbeda antara orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu.
Referensi:
Karya : Ustadz Firanda Andirja حفظه الله dalam buku-bukunya
Diringkas : Taufik Ismail حفظه الله (PPDQH OKU Timur)
BACA JUGA :
Leave a Reply