40 Nasihat Memperbaiki Rumah Tangga – Segala puji hanya milik Allah rabb alam semesta, sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada utusan-Nya nabi kita Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, sholawat juga untuk para keluarga dan para sahabat beliau.
MEMBANGUN RUMAH TANGGA
1. MEMILIH ISTRI YANG TEPAT
Syarat yang wajib di miliki seorang calon suami adalah mencari calon istri yang tepat, tepat agamanya, aqidahnya dan keturunannya, namun yang terakhir adalah kecantikannya. Banyak sekali ayat al-quran dan hadits nabi yang menjelaskan masalah ini.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَاَنكِحُوا الْاَيَمَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَاِمَاءِكُمْ إِن يَكُوْنُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ (النور: 32)
Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak kawin dan hamba-hamba sahayaMu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayaMu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya, dan Allah Maha luas (karunianya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur: 32)
Diantara syarat Wanita yang sholehah adalah sebagai berikut:
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Al-Bukhori didalam kitab fathul bari, 9/132
تُنْكِحُ الْمَرْءَةُ لِأَرْبَعِ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ.
Artinya: “Wanita itu dinikahkan karena empat hal: hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya, maka hendaknya engkau utamakan wanita yang memiliki agama, (jika tidak) niscaya kedua tanganmu akan berdebu (miskin, merana). (Shahih, HR. Bukhari)
Dalam hadits yang lain:
وَزَوْجَةً صَالِحَةً تُعِيْنُكَ عَلَى أَمْرِ دُنْيَاكَ وَدِيْنِكَ خَيْرُ مَااكْتَتَزَ النَّاسُ.
Artinya: “Dan istri sholehah yang menolongmu atas persoalan duniamu dan agamamu adalah sebaik-baik (harta) yang disimpan manusia”. (Hadits Riwayat Baihaqi dalam asy-syuab dari abu umamah)
Dalam hadits yang lain:
الدُّنْيَا كُلُّهَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعُ الدُّنْيَا الْمَرْءَةُ الصَّالِحَةُ.
Artinya: “Dunia semuanya adalah kesenangan, dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah wanita sholehah (HR Muslim) 1468, cet abdul baqi dan riwayat An-Nasai dari Ibnu Amr, dan Shohih Al-Jami’ no 3407
Dalam hadits yang lain:
تَزَوَّجُوا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ وَإِنِّيْ مُكَاثِرٌ بِكُمْ الْأَنْبِيَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya: “Nikahilah perempuan yang penuh cinta dan yang subur peranakannya, sesungguhnya aku membanggakan dengan banyaknya jumlah kalian diantara para nabi pada hari kiamat. (HR Imam Ahmad (3/245).
Dalam hadits yang lain:
عَلَيْكُمْ بِااْلاَبْكَارِ فَإِنَّهُنَّ أَنْتَقُ أَرْحَامًا وَأَعْذَبُ أَفْوَاهًا وَأَرْضَى بِالْيَسِيْرِ وَفِي رِوَايَةٍ : وَأَقَلُّ خَبًّا
Artinya: “(Nikahilah) gadis-gadis, sesungguhnya mereka lebih banyak keturunannya, lebih manis tutur katanya, dan lebih menerima dengan harta yang sedikit (qona’ah). Dalam riwayat lain dikatakan “lebih sedikit tipu dayanya” (HR. Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath (1/144))
Sebagaimana wanita sholehah adalah salah satu dari empat sebab kebahagiaan, maka sebaliknya wanita yang tidak sholehah adalah salah satu dari empat penyebab sengsara. Sebaliknya, perlu memperhatikan dengan seksama keadaan orang yang meminang wanita muslimah tersebut, baru mengabulkannya setelah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
إِذَا أَتَاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ خُلُقَهُ وَدِيْنَهُ فَزَوِّجُوْهُ إِلَّا تَفْعَلُوْا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيْضٌ
Artinya: “Jika datang kepadamu seorang yang engkau rela terhadap akhlak dan agamanya, maka nikahkanlah ia, jika tidak kamu lakukan, niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar. (HR Ibnu Majah, no. 1967)
Laki-laki yang sholeh dan perempuan yang sholehah insyaallah akan mampu membangun rumah tangga yang baik atas seizin Allah Subhanahu Wata’ala, sebab jika benih yang di tanam benih yang baik maka akan tumbuh tanaman yang baik dan bermanfaat bagi yang menanam benih dan bermanfaat juga bagi orang lain, begitu juga sebaliknya.
2. UPAYA MEMBENTUK (MEMPERBAIKI) ISTRI
Apabila seorang suami menikah perempuan yang sholehah, maka inilah karunia yang diberikan Allah untuknya, namun jika sebaliknya maka tugas terbesar sang suami adalah mendidik dan mengajarkan istrinya kearah yang lebih baik lagi, mulai dari aqidah, ibadah maupun muamalah dan akhlak sang istri. Suami juga harus memahami dan menghayati benar, bahwa hidayah itu hanya hak Allah ta’ala, Allah lah yang memudahkan jalan untuk sang istri untuk menuju hidayahnya. Dan diantara karunia Allah atas hambanya Zakaria adalah sebagaimana Allah berfirman:
وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ
Artinya: “Dan kami perbaiki istrinya” (QS. Al-Anbiya’: 90)
Perbaikan itu, baik berupa perbaikan fisik ataupun agama. Ibnu Abbas berkata ”Dahulunya, istri nabi Zakaria mandul, Tidak bisa melahirkan, Maka Allah menjadikan Dia bisa melahirkan. ”Atha’ berkata: ”Sebelumnya Ia Panjang lidah, kemudian Allah memperbaikinya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/364)
BEBERAPA METODE MEMPERBAIKI ISTRI :
- Memperhatikan dan meluruskan aqidahnya
- Mengajarkannya ibadah yang sesuai tuntunan Allah dan rosulnya
- Upaya meningkatkan keimanan, ibadah dan akhlaknya misalnya:
- Menganjurkan untuk bangun sholat malam
- Menganjurkan nya untuk senantiasa membaca al-qur’anul karim
- Menganjurkan untuk menghafalkan dzikir dan do’a-do’a
- Mengajarkannya untuk selalu belajar bersedekah
- Memberikannya buku-buku islami dan bermanfaat
- Mendengarkan kepadanya ceramah-ceramah agama
- Memilihkan untuknya teman-teman wanita shalihah baginya sehingga bisa menjalin ukhuwah yang kuat.
- Menjauhkannya dari teman-teman yang jelek dan selalu menuntun dia untuk selalu menghadiri halaqoh-halaqoh ilmu.
3. JADIKANLAH RUMAH SEBAGAI TEMPAT DZIKRULLAH
Diantara nikmat terbesar bagi suami ialah Ketika dia bisa membuat istrinya betah berada di dalam rumahnya, dan diantara rumah yang berkah ialah rumah yang didalamnya selalu di lantunkan ayat-ayat Allah dan selalu di indahkan dengan dzikir-dzikir kepada Allah.
Rosul yang mulia Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
مَثَلُ الْبَيْتَ الَّذِيْ يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَالْبَيْت الَّذِيْ لَا يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ.
Artinya: “Perumpaan rumah yang didalamnya ada dzikrullah, Dan rumah yang tidak ada dzikrullah di dalamnya adalah (laksana) perumpaan antara orang yang hidup dengan yang mati.” (HR Muslim dan Abi Musa 1/539, cet Abdul Baqi’)
Saat ini betapa banyak rumah-rumah umat islam yang sepi dari dzikrullah didalamnya. Yang ada hanya dendangan lagu-lagu yang merusak hati. Musik yang tiada habisnya, yang ada hanya suara gunjingan dan mengadu domba, di hari ini rumah-rumah kaum muslimin hanya dipenuhi dengan kemungkaran-kemungkaran, seperti ikhtilat yang diharamkan, serta adanya tabarruj di antara kerabat yang bukan mahrom atau kepada tetangga-tetangga yang datang kerumahnya. Dengan semua ini bagaimana malaikat rahmat mau memasuki rumah-rumah kaum muslimin, oleh karena itu hidupkanlah rumah-rumah kita dengan dzikrullah dan lantunan ayat-ayat Al-Qur’anul Karim.
4. JADIKAN RUMAHMU SEBAGAI KIBLAT
Kiblat ini tentunya bukan ka’bah yang ada di Mekah. Kiblat disini di maksudkan menjadikan rumah sebagai tempat beribadah. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوْسَى وَأَخِيْهِ أَنْ تَبَوَّءَ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوْتًا وَاجْعَلُوا بُيُوْتَكُمْ قِبْلَةً وَأَقِيْمُوا الصَّلَوةَ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ.
Artinya: “Dan kami wahyukan kepada Musa dan Saudaranya, ”Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu sebagai kiblat dan dirikanlah sholat serta sampaikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus: 87)
Sahabat nabi yang mulia Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata: “Maksud menjadikan rumah-rumah mereka kiblat yaitu mereka di perintahkan menjadikan rumah-rumah itu sebagai masjid-masjid (tempat ibadah).”
Ibnu Katsir Rahimahullah berkata: ”Hal ini seakan-akan –Allahu a’lam- Ketika tekanan dan siksaan Fira’un beserta kaumnya semakin menjadi-jadi atas mereka, maka mereka di perintahkan untuk memperbanyak sholat.
Maraji’:
40 Nasihat Memperbaiki Rumah Tangga, oleh Syaikh Dr. Muhammad bin Shalih al-Munajid
Diringkas oleh : Fadwa Ummu Ashfa Fadiyah (Staf pengajar pondok pesantren Darul Qur’an wal hadits)
BACA JUGA:
Leave a Reply