DETIK-DETIK PENANTIAN SESUNGGUHNYA

detik-detik-penantian-sesungguhnya

Detik-detik penantian sesungguhnya, siang-malam terus berganti. Bulan demi bulan kita lewati. Musim panas dan hujan selalu “menghiasi” hari-hari yang kita jalani. Ternyata, tidak terasa kita sudah memasuki bulan ini. Tidak terasa pula, umur kita semakin bertambah. Tidak terasa pula, sisa hidup kita semakin berkurang. Kita tidak tahu, apakah hidup kita sisa berpuluh-puluh tahun lagi ataukah hanya tinggal beberapa detik saja? Oleh karena itu, sesungguhnya kita sekarang berada di dalam detik-detik penantian. Penantian akan datangnya kematian.

Dalam detik-detik penantian ini, marilah kita sama-sama berintrospeksi dan mengoreksi diri-diri kita! Apakah yang kita lakukan selama ini, semuanya sudah sesuai dengan apa yang dicintai oleh Allah ta’ala ataukah tidak?

Umar radhiallâhu ‘anhu pernah berkata:

حاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَزِنُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْل أَنْ تُوزَنُوا ، فَإنَّهُ أَهْوَنُ عَلَيْكُمْ فِيْ الْحِسَابِ غَدًا، أَنْ تُحَاسَبُوْا أَنْفُسَكُمْ اْليَوْمَ، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ :يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ

Artinya: “Introspeksilah diri-diri kalian, sebelum nanti kalian ditunjukkan amalan-amalan kalian (di hari hisab/perhitungan)! Timbang-timbanglah diri kalian, sebelum nanti kalian ditimbang (di hari mizan/penimbangan amal)! Sesungguhnya, mengintrospeksi diri pada saat ini lebih mudah ketimbang nanti ditunjukkan amalan-amalan (di hari hisab). Berhiaslah untuk menghadapi hari penunjukan (amalan) yang paling hebat. ‘Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).’.”[1]

Dalam detik-detik penantian ini, seharusnya kita merenungi bahwa kita hanya diberi kesempatan untuk hidup sekali saja di dunia ini. Apabila ajal telah datang, maka tidak akan bisa diakhirkan. Allah subhânahu wa ta’âla berfirman:

وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha mengenal apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Munafiqun : 11)

Dalam detik-detik penantian ini, marilah kita menghitung dosa-dosa kita yang telah lalu! Seandainya saja seseorang di dalam 1 jam hanya melakukan 1 dosa –subhanallah, kalau kita merenungi lagi, mungkin dalam satu jam kita bisa berbuat ribuan dosa, na’udzu billah-. Dan dalam sehari waktu aktif orang tersebut/tidak tidur adalah 16 jam. Berarti di dalam sehari dosa yang telah dilakukannya adalah 16 dosa. Jika setahun hijriah adalah 354 hari berarti jumlah dosa pertahun adalah 5.664 dosa. Subhanallah. Jika ternyata umurnya sekarang ini dikurangi dengan umur ketika dia baligh adalah 10 tahun, berarti dia telah memiliki 56.640 dosa –subhanallah, jumlah yang sangat besar sekali-. Apabila 50 tahun, berarti dia telah memiliki 283.200 dosa. Bagaimana mungkin kita bisa tenang dengan “tabungan” dosa tersebut! Bagaimana mungkin kita masih berleha-leha melihat dosa sebesar itu!

Jumlah yang penulis sebutkan tadi hanyalah sekedar contoh. Bisa jadi dosa yang telah kita lakukan besarnya adalah beribu-ribu kali lipat dari itu. Karena perbuatan dosa bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Akan tetapi, kita perlu mengingat bahwa Allah subhanahu wa ta’ala Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Allah subhânahu wa ta’âla berfirman:

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَّا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan dia berada bersama mereka dimanapun mereka berada. Kemudian dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang Telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS Al-Mujadilah : 7)

Dan juga firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَى مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar. Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kalian bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya. Tetapi Allah membersihkan siapa saja yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS An-Nur : 21)

Para Malaikat pencatat amal selalu siap siaga mencatat amalan-amalan kita. Allah subhânahu wa ta’âla berfirman:

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Artinya: “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan di dekatnya ada malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (QS Qaf : 18)

Bahkan anggota-anggota tubuh kita pun akan siap menjadi saksi nanti di hari akhir. Allah subhânahu wa ta’âla berfirman:

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Artinya: “Pada hari ini kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami tangan-tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki-kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS Yâsîn : 65)

Bahkan kulit-kulit kita pun nanti akan bersaksi. Allah subhânahu wa ta’âla berfirman:

وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Artinya: “Dan mereka berkata kepada kulit mereka, ‘Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?’ Kulit mereka menjawab, ‘Allahlah yang telah menjadikan kami berbicara dan Dia-lah yang telah menjadikan setiap sesuatu berbicara. Dia-lah yang menciptakan kalian pada kali pertama dan hanya kepada-Nya-lah kalian dikembalikan.” (QS Fushshilat : 21)

Bahkan bumi yang kita injak ini pun akan bersaksi. Allah subhânahu wa ta’âla berfirman:

 إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5

Artinya: “(1)Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), (2)Dan bumi Telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, (3)Dan manusia bertanya, ‘Mengapa bumi (menjadi begini)?’, (4)Pada hari itu bumi menceritakan beritanya, (5)Karena sesungguhnya Rab-mu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.” (QS Al-Zalzalah : 1-5)

Dengan sering mengintrospeksi diri dan menghitung/mengingat amalan-amalan buruk kita tentu akan memberi manfaat yang sangat besar untuk kita. Di antara manfaat yang kita dapatkan adalah: mudah untuk kembali taat jika berbuat dosa, selalu bersiap-siap menghadapi hari kematian dan tidak bermudah-mudah untuk melakukan dosa, walaupun dosa itu kecil serta selalu dapat menjaga kesucian jiwa (tazkiyatun-nafs).

Terkadang sebagian dari kita merasa sangat sulit untuk mengintrospeksi diri. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu:

  1. Keseringan berbuat dosa. Dengan seringnya berbuat dosa maka akan menyebabkan hati menjadi keras dan menganggap bahwa dosa tersebut adalah hal biasa.
  2. Tidak mengenal keagungan Allah
  3. Tidak mengingat alam akhirat
  4. Terlalu bangga dan berbaik sangka terhadap diri sendiri
  5. Kesibukan dengan yang makruh-makruh atau yang mubah-mubah (yang boleh) meskipun tidak sampai terjatuh kepada perbuatan yang haram, tetapi ini dapat melalaikan dari mengingat akhirat, dan lain-lain.

Ada beberapa hal juga yang mudah-mudahan bisa membantu kita untuk berintrospeksi diri, di antaranya:

  1. Mengetahui bahwa dengan seringnya berintrospeksi diri dan menghitung amalan-amalan buruk kita, maka nanti kita akan dipermudah di hari perhitungan amalan-amalan
  2. Terus menerus mengingat sebuah pertanyaan, apakah tempat kembali kita di surga ataukah di neraka?
  3. Berteman dengan orang-orang soleh yang memiliki semangat menuntut ilmu dan beribadah
  4. Membaca kisah-kisah para Nabi dan ulama yang terdahulu bagaimana cara mereka mengintrospeksi diri mereka.
  5. Selalu berburuk sangka dengan diri sendiri dan tidak merasa bangga dengan amalan-amalan yang telah dilakukan
  6. Mempelajari agama Islam dengan lebih mendalam lagi
  7. Membanding-bandingkan semua nikmat yang Allah telah berikan kepada kita dengan apa yang sudah kita lakukan. Apakah sudah seimbang?
  8. Mengetahui bahwa kebiasaan tidak berintrospeksi diri adalah termasuk “buah” dari tipu daya setan untuk menyesatkan manusia.
  9. Mengingat bahwa di hari penimbangan nanti, tidak akan tersisa sedikit pun dari amalan keburukan kita kecuali akan ditimbang oleh Allah, sekecil apapun itu.

Allah subhânahu wa ta’âla berfirman:

وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ

Artinya: “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiada seorang pun yang dirugikan. Meskipun (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti kami mendatangkannya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.” (QS Al-Anbiya’ : 47)

Demikian tulisan ini penulis susun, mudah-mudahan Allah menjadikan kita termasuk orang yang suka mengintrospeksi diri dan menimbang-nimbang amalan dan perbuatan kita dan tidak menjadikan kita seperti orang yang dikabarkan oleh Allah di dalam Al-Qur’an:

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (100

Artinya: “(99)(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, ‘Ya Tuhanku! Kembalikanlah Aku (ke dunia), (100) agar aku beramal soleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding penghalang sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS Al-Mu’minun : 99-100)

Ya Allah jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang selalu taat kepada-Mu dan matikanlah kami dalam keadaan beriman yang sempurna. Amin.

Mudahan bermanfaat.

Marâji’ :

  1. Khutbah Jumat berjudul ‘Ightinaam Al-Awqaat’. DR. Husain bin ‘Abdil-‘Aziz Alu Syaikh
  2. Khutbah Jumat berjudul ‘At-Taubah’. Syaikh ‘Abdul-‘Aziz bin Abdillah Alu Syaikh
  3. Muhasabatun-nafs. DR. Abdurrahman bin ‘Ayid Al-‘Ayid
  4. (tercantum di catatan kaki dan catatan ayat)

[1] HR Ibnul-Mubarak di kitab Az-Zuhd wa Ar-Raqâ’iq no. 307, Ibnu Abi Syaibah di Al-Mushannaf no. 35600,  Ahmad di kitab Az-Zuhd no.639 dan yang lainnya. Syaikh Al-Albâni menyatakan, “Hadits ini mauqûf.” Hadits ini benar datangnya dari Umar radhiallâhu ‘anhu. Lihat Silsilah Adh-Dha’îfah no. 1201.

Ditulis oleh :

Said Yai Ardiansyah, M.A.

(Staf Pengajar di Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)

Baca juga artikel berikut :

PESTA PERNIKAHAN WALIMATUL URS

BERCANDA PUN ADA ADABNYA

 

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.