10 Kiat-Kiat Hati Bersih
Assalamu’alaykum Warohmatullahi Wabarokatuh
Sesungguhnya perhatian syari’at terhadap hati sangat besar. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam Ibrahim pernah berdo’a kepada Allah عزوجل:
وَلَا تُخۡزِنِي يَوۡمَ يُبۡعَثُونَ ٨٧ يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَال وَلَا بَنُونَ ٨٨ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡب سَلِيم ٨٩
“dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih” [1]
Ini menunjukkan bahwa perkara yang ditekankan pada hari kiamat adalah hati. Sebagaimana hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam :
“Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amal kalian.”[2]
Sebagaimana Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam juga pernah menjelaskan tentang seorang wanita hitam tetapi ia menjadi penghuni syurga.[3] Sebagian kita mungkin terpukau dengan rupa seseorang, tampilannya, tasnya dan hal lainnya, tapi Allah tidak terperdaya dengan hal tersebut. Perkara yang bermanfaat bagi seseorang adalah bagaimana akhlak dan hatinya.
Tatkala berbicara tentang pembersihan hati, maka kita berbicara tentang perjuangan. Karena membersihkan hati bukanlah perkara yang ringan. Hanya orang-orang yang spesial yang Allah pilih untuk senantiasa memperhatikan hati mereka. Kita terperdaya hanya memperhatikan dzohir kita. Perhatian terhadap dzohir adalah hal yang manusiawi, tetapi sering kali kita lupa bagaimana bathin kita. Maka seharusnya barometer kita diubah, yaitu lebih memperhatikan hati dari pada dzohir.
Hadits dari Abdullah bin Amr رضي الله عنه, pernah ditanyakkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, “Siapakah manusia yang paling utama?” Beliau menjawab,”Setiap orang yang bersih hatinya lagi jujur lisannya”. Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, lisan yang jujur kami mengerti, namun apakah hati yang bersih itu?”. Rasulullah menjawab,”Dia adalah orang yang bertaqwa lagi bersih, tidak melakukan dosa, tidak ada kedzoliman, tidak ada kejengkelan, dan tidak ada hasad kepada orang lain”.[4] Hadits ini mengisyaratkan bahwa seseorang yang menginginkan hatinya bersih harus sering membersihkan hatinya. Sebagaimana rumah yang harus setiap hari disapu.
Adapun ciri-ciri hati kita bermasalah adalah tidak khusuk dalam sholat. Ketika sholat banyak dunia yang kita pikirkan. Pikiran kita menerawang kemana-mana. Tidak betah berlama-lama baca Al-quran, tidak menangis ketika membaca Al-quran, mudah suudzon dengan orang lain, dan banyak lagi yang lainnya. Berikut ini sepuluh poin kiat-kiat membersihkan hati:
- Menjaga Lisan
Diisyaratkan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam hadits:
“Tidak akan lurus iman seorang hamba, sampai lurus hatinya. Dan tidak akan istiqomah hatinya sampai lurus lisannya.”[5]
Dalil ini sangat kuat menunjukkan bahwa lisan sangat besar pengaruhnya terhadap hati. Ulama berkata bahwa hati ini ibarat wajan yang siap diisi dengan apa saja. Sumber untuk mengisi hati tersebut adalah lisan, pandangan, dan pendengaran. Inilah faktor-faktor yang akan mengisi hati seorang. Maka hendaknya seseorang menjaga apa yang diucapkan, apa yang didengar, dan apa yang dilihat, sedangkan hati hanya menerima.
Tatkala seseorang sakaratul maut, sesuatu yang akan diucapkannya adalah apa yang disibukkan dalam hatinya. Jika dalam hatinya disibukkan dengan Allah , syariat Allah, maka itu yang akan keluar tatkala ia akan meninggal. Adapun jika dalam hatinya sering ingat dunia, musik-musik, lagu-lagu, dan lainnya, maka inilah yang akan keluar tatkala ia meninggal dunia. Susah hatinya akan berkhianat menjelang ia meninggal dunia. Iblis akan datang dan mengerahkan tenaganya untuk membuatnya tersesat ketika sakaratul maut.
Hati ini adalah wadah, maka benarlah apa yang dikatakan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pada hadits di atas. Maka hati-hatilah terhadap apa yang dibicarakan dan topikyang dibicarakan. Jauhkan diri dari namimah, ghibah, dan lainnya. Begitu juga hati-hatilah terhadap apa yang kita tulis. Karena lisan sama dengan tulisan. Maka berhati-hatilah tatkala menulis di sosial media baik itu komentar, status di Facebook maupun di Instagram.
Jika tiba pagi hari, maka seluruh anggota tubuh seseorang akan mengeluh kepada lisan. Berkata anggota tubuh yang lain, wahai lisan bertaqwalah kepada Allah untuk kami. Sesungguhnya kami hanya menuruti engkau. Jika engkau lurus, maka kami ikut lurus dan jika engkau bengkok, maka kami juga ikut bengkok. Maka sebelum berbicara, pilihlah kata-kata yang tidak mengejek, menyakiti orang lain. Kaedah penting yang perlu diingat adalah sebelum berkata-kata atau berbuat, pikirkanlah bagaimana perasaan kita jika kita berada di posisi dia ketika ia menerima perkataan ini. Sehingga tidak semua yang terbesit dalam benak, kita utarakan. Jika kita mampu menjaga lisan, In syaa Allah hati juga akan terjaga.
- Banyak beristigfar
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berkata, “Jika seorang hamba melakukan satu dosa, maka dibuatlah dalam hatinya satu noda hitam. seandainya ia berhenti dan beristighfar kepada Allah, maka akan dihilangkan titik hitam tersebut. Tetapi jika dia kembali lagi bermaksiat, niscahya noda-noda tersebut akan semakin bertambah hingga menghitamkan semua hatinya.”[6]
Jika hati telah kotor, maka semua maksiat tidak akan menjadi masalah bagi dirinya dan dia merasa biasa saja. Maka ketahuilah setiap kemaksiatan pasti memunculkan kemudhorotan. Kemudhorotan paling besar terjadi pada hati kita.
Semakin banyak titik hitam, maka akan semakin sulit beribadah, semakin sulit mengenal kebenaran. Sehingga bisa jadi kemalasan kita melakukan ibadah dikarenakan kemaksiatan yang kita lakukan. Ibnu Qoyyim berkata, seandainya hati itu bersih, maka kalau ada sesuatu perkara kebaikan yang terhalang, tentunya hati akan terpotong-potong karena sedih. Adapun jika hatinya telah hitam, maka ia akan biasa saja. Oleh karena itu, hilangkanlah titik hitam tersebut dengan beristighfar.
- Jangan terlalu banyak mengetahui urusan orang lain dan jangan mendengan kejelekan orang lain.
Dalam hadits Imam Ahmad, Abdullah bin Mas’ud رضي الله عنه, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berkata, “Jangan seorangpun dari sahabatku menyampaikan tentang seorang pun. Aku ingin keluar melihat kalian dengan hati yang bersih”.
Kita akan lebih bahagia, ketika kita tidak mengetahui urusan orang lain. Maka berusahalah untuk tidak mendengar keburukan orang lain. Adapun jika kita punya teman yang suka membicarakan keburukan orang lain, maka carilah alasan untuk memutuskan pergaulan dengannya. Hal ini dikarenakan kita tidak ingin menjadikan hati kita kotor dengan mendengat cerita tentang keburukan orang lain. Waktu kita terbatas, umur kita terbatas, oleh karena itu jangan terlalu ikut membicarakan kejelekan orang lain, kita punya urusan sendiri.
- Berusaha tenteram dan bahagia tatkala sendiri
Latihlah diri kita merasa nyaman tatkala sedang sendiri. Kita akan merasa nyaman ketika bertemu teman. Tetapi jangan sampai kita hanya merasa nyaman ketika bersama dengan teman. Kita harus melatih diri untuk merasa tatkala sendiri karena waktu kita sendiri akan lebih lama. Diisyaratkan dalam hadits bahwa salah satu dari tujuh golongan yang akan mendapat naungan di hari kiamat adalah seorang yang sendirian dan mengingat Allah, maka ia meneteskan air mata.[7]
Jangan sampai kita bisa khusyuk hanya jika banyak orang. Namun, ketika sendirian kita tidak bisa khusyuk. Ini menunjukkan hati kita bermasalah. Kita harus punya waktu untuk sendiri, merenungkan kesalahan, buka Al-quran, sholat malam, sholat dhuha. Makanya dalam islam, ada syariat itikaf dan sholat malam untuk melatih kita sendirian. Kalau sudah terlatih, maka hidup kita akan nyaman. Kita tidak perlu orang lain untuk bahagia. Ini sangat membantu membersihkan hati kita.
- Berdzikir kepada Allah عزوجل
Allah عزوجل berfirman :
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ ٢٨
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”[8]
Semakin banyak kita mengingat Allah, maka Allah akan semakin banyak mengingat kita. Sebagaimana firmannya:
فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ… ١٥٢
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, …”[9]
Jika ingin mendapatkan perhatian Allah banyaklah berdzikir kepada Allah. Dzikir terbaik adalah membaca Al-quran. Allah yang membuat kita bahagia. Allah yang memegang hati setiap manusia.
Carilah kebahagiaan dengan membaca firman-firman Allah عزوجل. Demi Allah, lelucon-lelucon di facebook merupakan kebahagiaan yang semu tidak memasukkan kebahagiaan ke dalam hati. Betapa banyak otang yang suka tertawa, tetapi bersedih hatinya. Ini menunjukkan bahwa tertawa mulut bukan indikator kebahagiaan hati. Ada orang yang tenteram dan bahagia hatinya, terkadang menangis ketika mendengar lantunan ayat-ayat Al-quran. Oleh karena itu, agar hati kita bersih biasakan dan latihlah lisan kita untuk berdzikir kepada Allah.
- Latihlah diri untuk ikhlas
Tanda kebahagiaan seorang hamba adalah ikhlas kepada Allah dan berusaha untuk bermanfaat bagi orang lain. Ikhlas artinya tidak mengharap pujian orang lain, tetapi mengharapkan bagaimana komentar Allah terhadap dirinya. Maka dia akan melatih diri untuk senantiasa mengoreksi niatnya supaya selalu ikhlas kepada Allah.
Semakin kita melakukan semua hal karena Allah maka kita akan semakin bahagia. Tidak peduli dengan komentar orang lain. Kita harus berlatih untuk menjadi pribadi yang ikhlas. Bagaimana caranya? Diantarannya berusaha untuk menyembunyikan amal sholeh.
Tatkala kita menggantungkan diri kita kepada Allah, maka kita akan semakin bahagia. Tatkala kita menggantungkan diri kita kepada komentar orang lain, maka kita tidak pernah bahagia. Karena akan ada saja komentar orang lain terhadap diri kita.
- Membantu orang lain
Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan mengeluhkan tentang kerasnya hatinya, dan meminta solusi kepada Rasulullah. Rasulullah berkata, kalau engkau ingin hatimu lembut, maka berilah makan orang miskin dan usapkan tanganmu pada kepala anak yatim.[10] Intinya ini sekedar contoh dari memperhatikan orang susah. Tidak ada sesuatu yang dibagi yang tidak pernah habis kecuali kebahagiaan. Semakin kita membagi kebahagiaan, maka kita akan semakin bahagia.
- Jangan memasukkan dunia di hati
Letakkanlah dunia di tangan, jangan di hati. Saya tidak melarang kalian punya barang-barang mahal, tetapi jangan sampai itu dimasukkan ke dalam hati. Contohnya, jika punya mobil mewah, pakai dan gunakanlah sesuai kebutuhanmu, namun jika tergores, maka santai saja dan jangan sampai hatimu ikut tergores.
Boleh kita punya dunia tetapi janganlah terlalu perpect dan high class, karena hal seperti ini akan membuat hati kita rusak, belum lagi terjangkit penyakit sombong dan keangkuhan. Orang yang punya benda yang high class mau tidak mau akan berpengaruh terhadap hatinya. Buat apa kita bergaya-gaya dengan dunia yang akan kita tinggalkan. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berkata, Apa urusanku dengan dunia, perumpamaan dunia ini seperti orang yang sedang berjalan kemudian singgah di sebuah pohon, kemudian ia melanjutkan perjalanan, dan sebatang pohon yang ditinggalkan tersebut adalah dunia.
Tidaklah dunia ini, selain satu fase dari satu fase yang panjang. Dunia adalah satu fase kehidupan yang berkisar 60 tahun atau 70 tahun kemudian kita akan masuk ke fase alam barsyah dan padang marsyar yang terjadi berapa ribu tahun. Maka janganlah terperdaya dengan fase yang singkat ini. Ingat boleh kita punya dunia, tetapi dunia tidak akan kita bawa ke akhirat. Kalau dunia tersebut bukan untuk Allah, maka dunia akan menjadi malapetaka bagi diri kita.
- Senantiasa menerima takdir
Penerimaan terhadap takdir Allah akan menyebabkan kta senantiasa husnudzon kepada Allah. Allah عزوجل berfirman:
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَهۡدِ قَلۡبَهُۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيم ١١
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”[11]
Kiat yang paling kuat untuk membuat hati yang bersih adalah menerima takdir Allah. Kita semua hidup dengan ujian, tidak ada manusia yang tidak diuji. Ketika kita menerima takdir dan ujian Allah tersebut, maka hati kita akan bersih. Tidak mungkin kita menghindar dari takdir Allah. Apa yang Allah catat tidak mengenai kita, maka tidak akan mengenai kita dan sebaliknya.
Tatkala kita menerima takdir Allah, hati kita akan menjadi tenteram. Ya sudah, Allah tau yang terbaik. Jika Allah memberi kita ujian, Allah yakin bahwa kita bisa menghadapinya. Allah tidak sembarang pilih. Semua yang terjadi adalah kehendak Allah, maka pasti ada hikmah dibaliknya.
- Do’a
Sebab yang paling utama untuk membersihkan hati dari sembilan sebab sebelumnya adalah berdoa kepada Allah عزوجل. Diantara doa yang diajarkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, adalah :
يا مقلّب القلوب ثبّت قلبي على دينك
“Wahai dzat yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu” [12]
Mintalah kepada Allah agar hati kita diluruskan, dibersihkan, diistiqomahkan. Jangan buat hati kita sebagai hati yang mencintai kemaksiatan. Bacalah doa tersebut dan renungkanlah maknanya. Selain itu, berikut ini doa-doa lainnya untuk membersihkan hati:
Baiklah, ini hanyalah sebatas teori belaka. Semakin kita mempraktekannya, maka akan semakin bersih hati kita. Dan yakinlah pada hari kiamat tidak bermanfaat paras elok kita, tas mahal, dan handphone baru, yang bermanfaat adalah hati yang bersih.
Wassalamualaykum Warahmatullah Wabarokatuh.
Referensi:
Kajian Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A. 2019. 10 Kiat-Kiat Hati Bersih. Chanel youtobe Firanda Andirja, http://youtu.be/juHS4Alj3c0o. Uk. 1.18.50 Menit.
Diringkas oleh: Sesi Winarni (Pengajar di Ponpes Darul Qur’an wal Hadist OKU Timur)
[1] Qs. Asy-Syu’ara’: 87-89
[2] HR. Muslim no. 2564
[3] HR. Bukhari dan Muslim
[4] HR. Ibnu Majah 4216, Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah:948
[5] HR. Imam Ahmad, dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani
[6] HR. Tirmidzi
[7] HR. Bukhari, no. 1432 dan Muslim, no. 1031
[8] Qs. Ar-Ra’d :28
[9] Qs. AL-Baqarah: 152
[10] HR. Ahmad, ash-Shahihah syaikh al-Albani
[11] Qs. At-Taghabun: 11
[12] HR. Tirmidzi, Ahmad, Hakim
Baca Juga Artikel:
Leave a Reply