GAMBARAN MUSIBAH YANG MENIMPA ORANG-ORANG TERDAHULU (Bagian 22)

Gambaran Musibah Yang Menimpa Orang Terdahulu

GAMBARAN MUSIBAH YANG MENIMPA ORANG-ORANG TERDAHULU (Bagian 22)

Segala puji hanya milik Allah rabb alam semesta, barangsiapa yang diberikan petunjuk oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang dapat menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang dapat memberikan petunjuk. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada utusan-Nya nabi kita Muhammad, shalawat juga untuk para keluarga dan para sahabat beliau.

Pembaca sekalian..

Ini merupakan pembahasan lanjutan dari seri penawar hati yaitu: “Gambaran Musibah Yang Menimpa Orang-Orang Terdahulu” bagian 2.

Pada edisi yang telah lalu, kita telah membaca bagaimana musibah yang menimpa Nabi Ayyub ‘alaihissalam dan bagaimana kesabaran beliau menghadapi musibah tersebut. Maka pada edisi kali ini kita melanjutkan pembahasan kisah-kisah lain dimana mereka juga mendapatkan musibah, baik dicerca, direndahkan, diremehkan di fitnah, diusir dari rumah-rumah mereka dan lainnya.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِن دِيَارِهِمْ بِغَيْـرِ حَقٍّ إِلَّا أَن يَقُولُوا رَبُّنَا اللهُ

Artinya: “Yaitu orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami ialah Allah.” [1]

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا

Artinya: “Dan orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul mereka, “Kami pasti akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu benar-benar kembali kepada agama kami.” [2]

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنَ عَدِيِّ بْنِ الْـحَمْرَاءِ الزُّهْرِيَّ أخْبَـرَهُ أَنَّهُ سَـمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ وَاقِفٌ بِالْـحَزْوَرَةِ فِي سُوقِ مَكَّةَ وَاللَّهِ إِنَّكِ لَـخَيْـرُ أَرْضِ اللَّهِ وَأَحَبُّ أَرْضِ اللَّهِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَلَوْلَا أَنِّـي أُخْرِجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ

Artinya: “Dari Abdullah bin Adi bin Al Hamra’ Az Zuhri, telah mengabarkan kepadanya, bahwa ia mendengar Rasulullah yang sedang berdiri di pasar kota Makkah, beliau bersabda untuk kota Makkah, “Demi Allah, sesungguhnya kamu (kota Makkah, pent) adalah bumi Allah yang terbaik, dan tanah yang paling dicintai oleh Allah, kalau bukan karena aku diusir, maka aku tidak akan keluar darimu.” [3]

Mereka orang-orang shalih dituduh dengan tuduhan yang tidak mendasar dan berlepas diri dari tuduhan tersebut. Apabila orang mukmin ketahui bahwa orang-orang yang shalih mereka selalu dituduh, bahkan mereka difitnah dan dicemarkan nama baik mereka. Tuduhan dan fitnahan tidak menjadikan mereka tumbang tetapi tuduhan tersebut menjadikan mereka kuat, lebih bersabar dan hati mereka menjadi tenang karena sesungguhnya Allah akan memenangkan mereka.

Kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam dimana beliau dituduh berzina dengan istri Al Aziz yaitu penguasa saat itu.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

قَالَتْ مَا جَزَاءُ مَنْ أَرَادَ بِأَهْلِكَ سُوءًا إِلَّا أَن يُسْجَنَ أَوْ عَذَابٌ أَلِيـْمٌ

Artinya: “Seorang saksi dari keluarga perempuan itu memberikan kesaksian, “Jika baju gamisnya koyak di bagian depan, maka perempuan itu benar, dan dia (Yusuf) termasuk orang yang dusta.” [4]

Maka Allah membebaskan dan membersihkan Yusuf dengan firman-Nya:

الآنَ حَصْحَصَ الْـحَقُّ أَنَا رَاوَتُّهُ عَنْ نَفْسِهِ وَإِنَّهُ لَـمِنَ الصَّادِقِيْـنَ {51} ذَلِكَ لِيَعْلَمَ أَنِّـي لَـمْ أَخُنْهُ بِالْغَيْـبِ وَأَنَّ اللهَ لَا يَهْدِي كَيْدَ الْـخَائِنِيْـنَ

Artinya: “Sekarang jelaskan kebenaran itu, akulah yang mengoda dan merayunya, dan sesungguhnya dia termasuk orang yang benar. (Yusuf berkata), “Yang demikian itu agar dia (Al Aziz) mengetahui bahwa aku benar-benar tidak mengkhianatinya ketika dia tidak ada (di rumah), dan bahwa Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat.” [5]

Kisah Maryam seorang gadis yang suci dimana beliau dituduh berzina.

قَالُوا يَا مَرْيَـمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا {27} يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا

Artinya: “Mereka (kaumnya) berkata, “Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah membawa sesuatu yang sangat mungkar. Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.” [6]

Maka Allah membebaskan dan membersihan Maryam melalui lisan anak yang menyusui, Isa ‘alaihissalam berkata:

قَالَ إِنِّـي عَبْدُ اللهِ آتَانِـيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِـي نَبِيًّا {30} وَجَعَلَنِـي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوصَانِـي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا {31} وَبَرًّا بِوَالِدَتِـي وَلَـمْ يَـجْعَلْنِـي جَبَّارًا شَقِيًّا {32} وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَومَ وُلِدتُّ وَيَومَ أَمُوتُ وَيَومَ أُبْعَثُ حَيًّا

Artinya: “Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” [7]

Ummul Mukminin ‘Aisyah radiallahu’anha seorang yang bertakwa dan shalihah juga dituduh yaitu dengan disebarkan hoax bahwa ia telah berzina (Al Ifki) sehingga turunlah ayat pembebasan dan penyucian beliau dari fitnah yang menimpanya.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ جَآءُو بِٱلْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُمۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۚ لِكُلِّ ٱمْرِئٍ مِّنْهُم مَّا ٱكْتَسَبَ مِنَ ٱلْإِثْمِۚ وَٱلَّذِى تَوَلَّىٰ كِبْرَهُۥ مِنْهُمْ لَهُۥ عَذَابٌ عَظِيمٌ {١١} لَّوْلَآ إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتُ بِأَنفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا۟ هَٰذَآ إِفْكٌ مُّبِينٌ {١٢} لَّوْلَا جَآءُو عَلَيْهِ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَآءَۚ فَإِذْ لَمْ يَأْتُوا۟ بِٱلشُّهَدَآءِ فَأُو۟لَٰٓئِكَ عِندَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْكَٰذِبُونَ {١٣} وَلَوْلَا فَضْلُ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُۥ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِى مَآ أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ {١٤} إِذْ تَلَقَّوْنَهُۥ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُم مَّا لَيْسَ لَكُم بِهِۦ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُۥ هَيِّنًا وَهُوَ عِندَ ٱللَّهِ عَظِيمٌ {١٥} وَلَوْلَآ إِذْ سَمِعْتُمُوهُ قُلْتُم مَّا يَكُونُ لَنَآ أَن نَّتَكَلَّمَ بِهَٰذَا سُبْحَٰنَكَ هَٰذَا بُهْتَٰنٌ عَظِيمٌ {١٦} يَعِظُكُمُ ٱللَّهُ أَن تَعُودُوا۟ لِمِثْلِهِۦٓ أَبَدًا إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ {١٧} وَيُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمُ ٱلْءَايَٰتِۚ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ {١٨}

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga). Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Dan barangsiapa di antara mereka yang mengambil bagian terbesar (dari dosa yang diperbuatnya), dia mendapat azab yang besar (pula). (11) Mengapa orang-orang mukmin dan mukminat tidak berbaik sangka terhadap diri mereka sendiri, ketika kamu mendengar berita bohong itu dan berkata, “Ini adalah (suatu berita) bohong yang nyata.”(12) Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak datang membawa empat saksi? Oleh karena mereka tidak membawa saksi-saksi, maka mereka itu dalam pandangan Allah adalah orang-orang yang berdusta. (13) Dan seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, disebabkan oleh pembicaraan kamu tentang hal itu (berita bohong itu). (14) (Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar. (15) Dan mengapa kamu tidak berkata ketika mendengarnya, “Tidak pantas bagi kita membicarakan ini. Mahasuci Engkau, ini adalah kebohongan yang besar.” (16) Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali mengulangi seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang beriman, (17) dan Allah menjelaskan ayat-ayat(-Nya) kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.” [8]

Begitu dahsyatnya cobaan dan musibah yang menimpa orang-orang shalih dan shalihah terdahulu, tidak mudah bagi seseorang menahan musibah yang begitu berat tetapi orang-orang terdahulu begitu sabarnya mereka menghadapi musibah-musibah tersebut. Lantas apakah kita akan mengeluh dengan musibah yang kita alami sekarang? Tidakkah kita mengambil pelajaran dari musibah-musibah yang menimpa orang-orang terdahulu sehingga kita akan lebih sabar dalam menghadapi musibah yang kita alami sekarang? Mudahan-mudahan dengan kita mempelajari kisah-kisah yang menimpa orang-orang terdahulu menjadikan kita lebih sabar lagi dan menjadi motivasi bagi kita bahwa musibah yang menimpa kita belum sebanding dengan orang-orang terdahulu. Semoga kita semua diberikan ganjaran dengan musibah yang kita alami dan semoga orang-orang yang diberikan musibah dapat bersabar dan semoga Allah mengangkat musibah yang berupa penyakit-penyakit yang menimpa mereka. Amiin..

Bersambung . . .

MARAJI’:

  1. Al Qur’an
  2. Hadits Digital
  3. Obat Penawar Hati karya Mustofa Al ‘Adawi
  4. Tafsir Ibnu Katsir
  5. Tafsir Ath Thabari

[1] Q.S Al Hajj: 40

[2] Q.S Ibrahim: 13

[3] Hadits riwayat Ahmad no. 17966, 17967

[4] Q.S Yusuf: 25

[5] Q.S Yusuf: 51-52

[6] Q.S Maryam: 27-28

[7] Q.S Maryam: 30-33

[8] Q.S An Nur: 11-18

Oleh : Abu Fahman Nafis Al Faruq (Staf Pengajar di Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)

Baca juga artikel:

Rumah Tahfidz Utsman Imam Muchsin

Ramadhan Bulan Berdoa

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.