Termasuk Iman Kepada Allah Bersabar Atas Segala Ketentuan Allah-Bersyukur dan bersabar adalah sikap seorang muslim dalam setiap keadaan, jika mendapatkan kenikmatan maka ia bersyukur, jika mendapatkan selain itu maka dia bersabar. Karenanya, kami mengajak kepada kaum muslimin untuk terus bersyukur kepada Allah, atas nikmat-nikmat yang begitu banyak, meskipun keadaan pandemic yang terasa berat dan penuh kesulitan, tetapi nikmat Allah tidak terputus pada diri kita. Dan kita wajib besabar jika mendapatkan musibah, karena bersabar terhadap musibah adalah bentuk keimanan kepada takdir Allah, bentuk keimanan kepada ketentuan Allah Subhanahu Wata’ala.
Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
ومن يؤمن بالله يهد قلبه
Artinya: “Dan siapa saja yang beriman kepada Allah, Niscara Dia akan memberi petujuk kepada hatinya.” (QS. At-Taghabun: 11)
قال علقمة: الرجل تصيبه المصيبة فيعلم انها من عندالله, فيرضى ويسلم
Alqamah Rahimahullah berkata: “yaitu seseorang, ketika ditimpa oleh musibah, meyakini bahwa hal itu berasal dari sisi Allah maka ia pun ridha dan menerima (takdir-Nya)” (Tafsir Ath-Thabari, surat At-Taghabun: 11)
Makna Ayat Secara Global
Allah ta’ala mengabarkan bahwa siapa saja yang ditimpa suatu musibah, dan ia mengetahui, bahwa itu merupakan takdir dari Allah, kemudia ia bersaba dan mengharap pahala serta menerima ketentuan Allah itu, maka Allah akan menunjuki hatinya dan menggantikan untuknya apa-apa dari dunianya dengan petunjuk dalam hatinya dan keyakinan yang jujur, bahkan kadang-kadang diberi ganti yang sama dengan apa yang telah diambil darinya atau dengan sesuatu yang lebih baik.
Faedah Ayat
- Keutamaan bersabar atas takdir Allah yang menyakitkan seperti musibah-musibah.
- Menunjukkan bahwa amalan termasuk keimanan.
- Bahwa kesabaran merupakan sebab datangnya petunjuk bagi hati.
- Bahwa petunjuk adalah termasuk balasan bagi orang yang bersabar.
Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah, Dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu Nabi Shallahu’alaihi Wasallam bersabda:
اثنتان في الناس هما بهم كفر: الطعن في النسب، والنياحة على الميت
Artinya: “Ada dua perkara pada manusia yang merupakan perkara kekufuran bagi mereka, mencela nasab dan meratapi.” (HR. Muslim)
الطعن في النسب : mencela nasab keturunan; yaitu menbicarakan suatu nasab keturunan dengan menyebutkan aib-aib dan menjelek-jelakkanya sabat tersebut.
والنياحة على الميت: Meratapi Mayit; yaitu mengeraskan suara dengan meratap dan menyebutkan sifat-difat mayit satu persatu, (disebut perkara kekufuran ) karena ini mengandung bentuk penolakan terhadap takdir, bentuk ketidak ridhaan terhadap ketetapan Allah.
Faedah hadits:
- Keharaman niyahah, dan bahwa niyahah adalah termasuk sifat-sifat kekufuran dan termasuk dosa besar.
- Kewajiban bersabar, sebab, ketika niyahah diharamkan, hal itu menunjukkan kewajiban melakukan sesuatu yang melawanya, yaitu bersabar.
- Bahwa, diantara kekufuran, ada yang tidak mengeluarkan palakunya keluar dari agama.
- Bahwa, haram mencela dan menjelekkan nasab keturunan.
Pada hadits lain dari sahabat Ibnu Mas’ud Radhiyallahu, beliau berkata:
ليس منا من ضرب الخدود,وشق الجيوب, ودعا بدعوى الجاهلية
Artinya: “Bukan dari golongan kami, orang yang memukul-mukul pipi, meobek-robek pakaian, dan menyeru dengan seruan jahiliyah. (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Shallahu’alaihi Wasallam mengancam para pelaku hal-hal tersebut, karena hal tersebut mengandung kemarahan, penolakan/ kegusaran terhadap Allah dan tiadanya kesabaran yang wajib, disertai dengan perbuatan merugikan/membahayakan diri sendiri dengan memukul pipi, dan membuang-buang harta dengan merobek-robek baju, dan seruan kebinasaan kekecelakaan serta mengangap mendapatkan kedzaliman dari Allah Ta’ala.
Faedah hadits :
- Diharamkan marah/gusar terhadap takdir dan ketentuan Allah, dengan ucapan dan perbuatan, dan bahwa hal tersebut termasuk dosa besar.
- Kewajiban bersabar ketika mendapatkan musibah.
- Kewajiban menyelisihi prilaku orang-orang jahiliyyah, sebab menyelisihi mereka adalah termasuk maksud dan tujuan dari yang membuat syariat, yaitu Allah yang Maha Bijak.
Pembaca yang semoga dirahmati Allah, diantara bentuk cinta Allah kepada hamba-Nya ialah, Dia menguji seorang dengan kekurangan, kesulitan atau sakit yang menimpanya, untuk melihat apakah seorang tersebut bersabar atau dia tidak sabar. Sebagaimana hadits Nabi Shallahu’alaihi Wasallam dari sahabat Anas Bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu ia berkata, Nabi Shallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إن عظم الجزاء مع عظم البلاء، وإن الله -تعالى- إذا أحب قوما ابتلاهم؛ فمن رضي فله الرضى، ومن سخط فله السخط
Artinya: “Sesungguhnya besarnya pahala setimpal dengan besarnya ujian, dan sungguh, apabila Allah mencintai suatu kaum, Allah ta’ala akan menguji mereka, oleh karenanya, siapa saja yang ridha, baginya keridhan (Allah), dan siapa saja yang marah, maka baginya kemurkaan (Allah).” (HR. Tirmizi Dan Ibnu Majah)
Makna hadits secara global
Nabi Shallahu’alaihi Wasallam mengabarkan bahwa besarnya ganjaran dan besarnya pahala, sesuai dengan besarnya cobaan dan ujian yang menimpa pada seorang hamba di dunia ini, apabila dia bersabar dan mengaharap pahala dengannya, dan bahwasanya di antara tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya adalah Dia akan memberikan cobaan kepadanya. Maka apabila hamba itu ridha dengan ketentuan dan takdir Allah, dan mengaharap pahala dari musibah dan ujian tersebut, maka hamba tersebut mendapat keridhaan dari Allah. Akan tetapi apabila dia marah dan tidak pasrah dengan ketentuan dan takdir Allah, maka Allah pun murka kepadanya dan akan menghukumnya.
Faedah hadits
- Penjelasan tentang tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya. yaitu, Allah memberinya ujian dan cobaan.
- Menyifati Allah dengan sifat Mahabbah (kecintaan), kerdhaan dan Sakhth ‘kemurkaan’, yang sesuai dengan keagungan dan kemuliaan Allah.
- Penetapan hikmah bagi Allah pada setiap perbuatan-Nya.
- Bahwa balasan itu sesuai dengan amalanya.
- Anjuran untuk bersabar terhadap musibah.
- Bahwa terkadangan manusia membenci sesuatu padahal itu baik baginya
Allah ta’ala berfirman:
وعسى أن تكرهوا شيئا وهو خير لكم وعسى أن تحبوا شيئا وهو شر لكم والله يعلم وأنتم لا تعلمون
Artinya: “Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal ia baik untukmu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia tidak baik untukmu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah. 216)
Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah, Ilmu dan keimanan yang baik dan kokoh kepada takdir atau ketentuan Allah sangat penting, karena dengan ilmu dan iman kita dapat memahami, menerima serta besabar terhadap ujian yang menimpa diri kita atau keluarga kita. perintah sabar terhadap musibah adalah begian dari iman kepada takdir dan ketentuan Allah. Dan Allah selalu bersama dengan orang-orang yang bersabar. Allah Ta’ala berfirman:
يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya: “Wahai orang –orang yang beriman, mohonlah kepada Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah: 153)
Allah ta’ala memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar bersabar. Dengan bersabar dan melakukan ketaatan adalah jalan menuju kesuksesan dan kemenangan. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memebrikan kepada kita kesabaran dan keridhaan terhadap musibah yang menimpa kita dan keluarga kita, terlebih pada masa-masa sulit saat ini, Allah sedangan menguji manusia dan umat islam agar kembali kepada Allah, bertaubat kepada Allah, Allah sedang menunjukkan kepada kita kebesaran dan kekuasaan-Nya. Dan kita hanya hamba yang lemah dan butuh kepada Allah, dan semoga Allah wafatkan kita dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin
REFERENSI:
Dari Kitab: Al-Mulakhkhas Syarah Kitab Tauhid, Syaikh Dr. Shalih Bin Fauzan Al-Fauzan. Penerbit Pustaka As-Sunnah. 2019
Diringkas oleh: Birru Ninda Hamidi (Pengajar Rumah Tahfidz Umar Bin Al-Khatthab Prabumulih)
Baca juga artikel:
Leave a Reply