TERAPI PENYEMBUHAN GANGGUAN SIHIR, BENDA KERAMAT DAN KESURUPAN
Allah Ta’ala telah mensyariatkan kepada hamba-hamba-Nya supaya mereka menjauhkan diri dari kejahatan sihir dan gangguan setan sebelum terjadi pada diri mereka. Allah juga menjelaskan tentang bagaimana cara pengobatan sihir dan melepaskan pengaruh ilmu perdukunan bila terjadi. Ini merupakan rahmat dan kasih sayang Allah, kebaikan dan kesempurnaan nikmat-Nya kepada mereka. Karena tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit melainkan pasti menurunkan bersamanya obat sebagai penawarnya.[1]
Seorang Muslim tidak boleh berputus asa berobat dalam rangka mencari kesembuhan. Begitu pula tidak boleh terjerat dengan pengobatan alternatif yang dilarang agama karena Allah tidak menjadikan kesembuhan dalam suatu yang diharamkan sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam:
إنّ الله لم يجعل شفاءكم فيماحرّم عليكم
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan kalian dalam suatu yang diharamkan bagi kalian.”[2]
Oleh karena itu, seorang Muslim harus tetap bersabar dan berikhtiar untuk mencari obat-obatan, sehingga berkat kesabaran dan kesungguhan Allah akan memberikan karunia kesembuhan dan kesehatan Insyaa Allah.
- Macam-Macam Pengobatan
Perlu ditegaskan bahwa terapi gangguan kesehatan baik rohani dan jasmani rata-rata dibangun di atas dasar eksperimen, pengamalan dan ijtihad seperti yang telah ditegaskan oleh Syaikh bin Baz[3]. dan dalam pandangan medis islami kesembuhan bisa diperoleh melalui tiga macam terapi atau pengobatan:
Pertama: Pengobatan dengan resep syariat.
- Ruqyah
Ruqyah merupakan pengobatan syar’i untuk segala macam penyakit terutama untuk gangguan jin dan sihir seperti yang telah ditegaskan oleh Aisyah bahwa Rasulullah masuk ke rumahnya sementara dia sedang mengobati wanita atau meruqyahnya, maka beliau bersabda:
عالجيها بكتاب الله
Artinya: “Obatilah dengan Kitabullah.”[4] (Shahih, HR. Malik dalam Muwaththa’: 2/943)
Syaikh al-Albani Rahimahullah berkata: “Dalam hadits ini terdapat anjuran ruqyah dengan kitabullah. Adapun dengan yang lainnya tidak dianjurkan, terutama ruqyah yang berasal dari tulisan dengan huruf-huruf yang terputus-putus dan rajah yang digantungkan yang tidak jelas maknanya secara dzahir.”[5] bahkan Imam Nawawi dalam syarah Shahih Muslim menukil ijma ulama tentang bolehnya meruqyah dengan ayat-ayat al-Quran dan dzikir-dzikir untuk mengingat Allah.[6]
Syaikh bin Baz Rahimahullah berkata: “Hendaknya dalam mengobati orang sakit, seorang Muslim menempuh cara yang telah disyariatkan oleh Allah berupa bacaan al-Quran, obat mubah yang telah dikenal paramedis, karena demikian itu sarana dan usaha syar’i yang cukup bagus insya Allah.”[7]
- Berdzikir dan Mendekatkan Diri kepada Allah.
Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah Rahimahullah berkata: “Jika hati seseorang selalu sibuk dengan dzikir kepada Allah dan dia selalu menghadapkan wajahnya dengan berdoa, berdzikir, dan berlindung kepada-Nya dengan bacaan-bacaan wirid, selalu sesuai antara hati dan lisan, maka demikian itu termasuk cara penangkal sihir yang paling manjur agar tidak terkena bahaya sihir, dan ini adalah cara penyembuhan yang paling bagus setelah terkena sihir. Sihir sering menimpa dan berpengaruh kepada orang yang berhati lemah dan berjiwa emosional serta mengikuti hawa nafsu. Maka yang sering terkena sihir adalah orang yang lemah agamanya, lemah tawakkalnya dan lemah tauhidnya, serta orang yang tidak membiasakan berdzikir dan berdoa dengan doa perlindungan.”[8]
Kedua: Pengobatan dengan Resep Medis.
- Madu, Habbah Sauda’, Minyak Zaitun, Air Zamzam.
- Mandi, bersuci, dan Terapi Aroma.
- Makan 7 butir kurma Ajwah tiap hari.
Ketiga: Pengobatan Perpaduan antara Resep Syariat dan Resep Medis.
- Terapi dengan shalat.
- Berdoa dan menghadap Allah dengan sungguh-sungguh.
- Sabar dengan ketentuan takdir Allah.
- Menjenguk orang sakit dan menghiburnya serta mendoakan.
- Bersedekah dan berbuat baik terhadap manusia.
- Beriman dengan perkara ghaib.
- Beriman kepada takdir Allah.
- Al-Quran Penawar Segala Penyakit
Al-Quran merupakan sumber penawar dari segala penyakit dan sumber kesembuhan bagi dari berbagai macam gangguan kesehatan baik jasmani dan rohani. Jika seorang Muslim tidak bisa sembuh dengan al-Quran sebagai sumber kesembuhan dan menjadi penawar dari berbagai macam penyakit yang dideritanya, lalu berikhtiar dengan obat-obatan, herbalis atau ramuan lain yang bermanfaat. Tidak benar bila ada anggapan bahwa jika seorang sakit pergi ke rumah sakit, bila sakit jiwa hendaknya pergi ke psikolog dan bila terkena penyakit rohani hendaknya berobat dengan ruqyah al-Quran.
Bahkan al-Quran sebagai penawar berbagai jenis penyakit hati, sumber kesembuhan keaneka ragam penyakit jiwa, dan sumber kesembuhan dari segala penyakit jiwa, dan sumber kesembuhan dari segala penyakit baik jasmani maupun rohani sebagaimana firman Allah, yang artinya: “Dan kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian.” (QS. Al-Isra’: 32).
Ibnu Qayyim Rahimahullah berkata: “al-Quran merupakan penawar paling sempurna bagi segala penyakit baik penyakit hati maupun penyakit badan atau penyakit dunia atau penyakit akhirat. Dan barangsiapa yang tidak mantap maka tidak bisa sembuh dengannya, tetapi bila orang sakit berobat dengan al-Quran secara baik dan meletakkan pada penyakit tepat sasaran dengan penuh kejujuran, keimanan, dan penerimaan secara sempurna, yakin bahwa al-Quran mampu menyembuhkan serta semua syarat terpenuhi maka penyakit apapun tidak akan bisa melawan al-Quran.”[9]
Seharusnya orang yang sedang berobat dengan al-Quran harus yakin dan berbaik sangka kepada Allah, karena syarat orang yang berobat agar mendapat kesembuhan dari obat apa saja, hendaknya menerima dengan sepenuh hati dan yakin bahwa obat tersebut bermanfaat.[10]
- Terapi Sebelum Terkena Sihir
Berikut ini beberapa penjelasan tentang usaha menjaga diri dari bahaya sihir sebelum terjadi, begitu pula usaha dan cara pengobatannya bila terkena sihir, yakni cara-cara yang dibolehkan menurut hukum syara’.
Pertama: tindakkan Preventif, yakni usaha menjauhkan diri dari bahaya sihir sebelum terjadi. Cara yang paling penting dan bermanfaat ialah penjagaan dengan melakukan dzikir yang disyariatkan, membaca doa dan ta’awudz sesuai dengan tuntunan Rasulullah, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Membaca ayat kursi setiap selesai shalat lima waktu, sudah membaca wirid yang disyariatkan setelah salam atau dibaca ketika akan tidur. Karena ayat kursi termasuk ayat yang paling besar nilainya di dalam al-Quran. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda dalam salah satu hadits shahihnya:
إذا أويت إلى فراشك فاقرأ آية الكرسيّ لن يزال عليك من الله حافظ ولا يقربك شيطان حتى تصبح
Artinya: “Jika kamu ingin beranjak tidur, maka bacalah ayat kursi, karena sesungguhnya kamu senantiasa mendapat penjagaan dari Allah dan kamu tidak didekati setan hingga pagi hari.”[11]
- Membaca surat al-Ikhlas, surat al-Falaq, surat an-Nas pada setiap selesai shalat lima waktu, dan membaca ketiga surat tersebut sebanyak tiga kali setiap pagi hari sesudah shalat Subuh dan menjelang malam sesudah shalat Maghrib, sesuai dengan hadits riwayat Abu Dawud, at-Tirmidzi dan an-Nasa’i.
- Membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah, yaitu ayat 285-286 pada permulaan malam, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
من قرأ هاتين الآيتين من آخر سورة البقرة في ليلة كفتاه
Artinya: “Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah pada malam hari, maka cukuplah baginya.” (HR. Muslim)
Kedua: Berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna. Hendaknya dibaca pada malam hari dan siang hari ketika berada di suatu tempat, ketika masuk ke dalam suatu bangunan, ketika berada di tengah padang pasir, di udara, di hutan atau di lautan. Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
أعوذ بكلمات الله تامات من شرّ ما خلق, فإنه لا يضرّه شيء حتّى يرتحل منه
Artinya: “Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk ciptaanNya,maka tidak ada sesuatu apapun yang membahayakannya sampai ia pergi dari tempat itu.”[12]
Membaca doa di bawah ini masing-masing tiga kali pada pagi hari dan menjelang malam:
بسم الله الّذي لا يضرّ مع اسمه شيء في الأرض ولا في السّماء وهو السّميع العليم.
Artinya: “Dengan nama Allah, yang bersama namaNya tidak ada sesuatu apapun yang membahayakan, baik di bumi ataupun di langit, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Penyayang.”[13]
Bacaan dzikir ta’awwudz ini merupakan sebab-sebab yang besar untuk memperoleh keselamatan dan untuk menjauhkan diri dari kejahatan sihir atau kejahatan lainnya. Yaitu bagi mereka yang selalu mengamalkannya secara benar disertai keyakinan yang penuh kepada Allah, bertumpu dan pasrah kepadaNya dengan lapang dada dan hati yang khusyu’.
Ketiga: terapi dengan kurma Ajwa. Agar seorang terhindar sihir atau bisa sembuh dari sihir bisa dihilangkan dengan setiap pagi makan kurma Ajwa , berdasarkan hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bahwa beliau bersabda:
من تصبّح بسبع تمرات عجوة لم يضرّه ذلك اليوم سمّ ولا سحر
Artinya: “Barangsiapa setiap pagi makan tujuh butir kurma Ajwa, maka tidak dibahayakan pada hari itu, racun dan sihir.”[14]
Ajwa adalah kurma terbaik yang tumbuh di Madinah. Imam al-Khaththabi Rahimahullah berkata, “Kurma Ajwa bisa menjadi penangkal racun dan sihir hanya semata-mata berkat doa Nabi, bukan karena keistimewaan yang terkandung dalam kurma.”[15]
Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah menuturkan, bahwa kurma Ajwa Madinah adalah kurma daerah Hijaz yang paling bermanfaat, karena jenis kurma paling mulia yang berserat tinggi, sehingga mampu membentuk badan sehat dan kuat, dan termasuk kurma yang paling lembut dan paling lezat.[16]
REFERENSI:
Diringkas oleh: Yasmin Yuni Azrah (Pengabdian Ponpes Darul Quran wal Hadits)
Sumber: buku Membongkar Tipu Daya Dukun “Sakti” Berkedok Wali dikarang oleh Ustadz Zainal Abidin bin Syamsuddin diterbitkan Pustaka Imam Bonjol.
[1] Nabi bersabda, “Tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan menurunkan bersamanya kesembuhan”. no. 5678.
[2] Shahih: diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Ibnu Hibban dalam shahihnya, no.1388.
[3] Lihat Kaifa Tu’aliju Mardhaka, Syaikh Abdullah as-Sadhan, hal.7.
[4] Lihat Silsilah al-Hadits Shahihah, Syaikh al-Albani, no.1913.
[5] Lihat al-Ikhtiyaraat al-Fiqhiyyah Lil Imam al-Albani, Ibrahim abu Syadi, hal.479.
[6] Lihat al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi, 14/392.
[7] Lihat Majmu Fatawa Wamaqalaat Mutanawiah, Bin Baz, 3/450.
[8] Lihat Zadul Ma’ad, Ibnu Qayyim, 4/116.
[9] Lihat Zadul Ma’ad, Ibnu Qayyim, 4/352.
[10] Lihat Zadul Ma’ad, Ibnu Qayyim, 4/98.
[11] Shahih: diriwayatkan Imam Bukhari dalam shahihnya, no.2311.
[12] Shahih: diriwayatkan Imam Muslim dalam shahihnya, no.2708 dan Imam Ahmad dalam Musnadnya, no.6/377.
[13] Shahih: diriwayatkan Imam Abu Dawud dalam al-Adab Bab Ya’qulu Idza Ashbaha 5/324, no.5088; at-Tirmidzi dalam ad-Da’wat, 5/434, no.3388 dan beliau berkata, “Hasan shahih.” an-Nasa’I dalam A’malil Yaum Wallailah, hal. 141, no.15 dan Ibnu Majalah dalam ad-Du’a, 2/1273, no.3769.
[14] Shahih: diriwayatkan Imam Bukhari dalam shahihnya, no.5769; Imam Muslim dalam Shahihnya, no.5306, no.5306 dan Imam Abu Dawud dalam Sunannya, no.3876.
[15] Lihat Fathul Bari, Ibnu Hajar, 10/270.
[16] Lihat Fathul Bari, Ibnu Hajar dalam Shahihnya, no.4511.
Baca juga artikel:
Leave a Reply