Sikap Seorang Muslim Terhadap Perselisihan – Hikmah Allah Subhanallahu Wa Ta’ala menetapkan adanya perbedaan dan perselisihan di antara manusia. Di antara penyebabnya adalah adanya perbedaan ilmu, kecerdasan, sifat, pengalaman, lingkungan, dan lain-lainnya. Oleh karena itu perselisihan merupakan takdir Allah Subhanallahu Wa Ta’ala yang pasti terjadi. Karena perselisihan sudah terjadi dan pasti akan terus terjadi, maka sangat penting bagi kita memahami beberapa hal yang berkait dengan masalah ini, sehingga kita bisa menyikapinya dengan benar.
Apa Hikmah Adanya Perselisihan
Semua takdir Allah Subhanallahu Wa Ta’ala mengandung hikmah, karena Allah Subhanallahu Wa Ta’ala adalah al-Hakim (Yang Maha Bijaksana). Allah Subhanallahu Wa Ta’ala telah memberitakan kepada kita tentang hikmah penciptaan dalam beberapa ayat al-Qur’an, diantaranya adalah :
تَبٰرَكَ الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُۖ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌۙ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُ
Artinya: “Maha suci Allah yang ditangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya, dan dia maha perkasa lagi maha pengampun.” (QS. Al-Mulk/67: 1-2)
Juga Firman-nya yang artinya, “Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah diantara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Hud/11: 7)
Juga Firman-Nya yang artinya, “Sesungguhnya kaki telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya agar kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang lebih baik perbuatannya,” (QS. al-Kahfi/18: 7)
Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa di antara hikmah Allah Subhanallahu Wa Ta’ala menciptakan makhluk ini adalah sebagai ujian bagi manusia, agar tampak siapakah yang di antara mereka yang lebih baik perbuatannya. Termasuk adanya perselisihan atau perpecahan di antara manusia atau bahkan di antara kaum muslimin, adalah sebagai ujian siapa di antara mereka yang paling baik perbuatannya.
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah berkata, “Yaitu agar Allah Subhanallahu Wa Ta’ala menguji kamu. Karena dia telah menciptakan apa saja yang ada di langit dan di bumi dengan disertai perintah-Nya dan larangan-Nya, Lalu dia akan melihat siapa diantara kamu yang paling baik perbuatannya. Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, yang paling ikhlas dan paling shawab (benar) beliau ditanya, ‘Hai Abu ‘Ali, apakah (yang dimaksud dengan) ‘yang paling ikhlas dan paling shawab (benar)?’ Beliau menjawab Sesungguhnya amalan itu jika ikhlas, tetapi tidak benar, tidak akan diterima. Amal akan diterima jika ikhlas dan benar. Ikhlas maksudnya amalan itu untuk wajah Allah dan benar maksudnya amalan itu mengikuti syari’at dan Sunnah.” (Tafsir karimir Rahman, surat Hud, ayat ke-7)
Macam-Macam Perselisihan dan Hukum Orang yang Berselisih
Perselisihan banyak jenisnya. Oleh karena itu merupakan kesalahan ketika seseorang mengatakan bahwa semua perselisihan itu buruk dan tercela. Juga ketika seseorang mengatakan bahwa semua perselisihan itu boleh, bahkan merupakan Rahmat. Yang benar adalah mensikapi perselisihan itu sesuai dengan sebab-sebab perselisihan itu. Ada beberapa bentuk perselisihan di antara manusia sebagai berikut :
- Bentuk atau jenis perselisihan yang terpenting dan terbesar adalah perselisihan (perbedaan) antara iman dengan kekafiran, antara ketaatan dengan kemaksiatan, antara al-haq dengan al-batil.perselisihan jenis ini, salah satunya terpuji, sedangkan yang satu lagi tercela. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
هُوَ الذِى خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُّؤْمِنٌ
Artinya: “Dia-lah yang menciptakan kamu, maka di antara kamu ada yang kafir dan diantaramu ada yang Mukmin.” (QS. At-Taghabun/64: 2)
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍۘ مِنْهُمْ مَّنْ كَلَّمَ اللّٰهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجٰتٍۗ وَاٰتَيْنَا عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنٰتِ وَاَيَّدْنٰهُ بِرُوْحِ الْقُدُسِۗ وَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِيْنَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ وَلٰكِنِ اخْتَلَفُوْا فَمِنْهُمْ مَّنْ اٰمَنَ وَمِنْهُمْ مَّنْ كَفَرَ ۗ
Artinya: “Rasul-rasul itu kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah Rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir.” (QS. Al-Baqarah/2: 253)
Perselisihan ini terjadi dengan kehendak dan takdir Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, dan Allah memiliki hikmah yang sempurna dalam semua takdirnya. Dan dari sebab perselisihan ini muncul sikap saling membenci, memisahkan diri, bahkan saling memerangi. Walaupun orang-orang beriman dilarang berbuat dzalim kepada siapa pun. Karena perselisihan yang disebabkan iman dan kekafiran ini adalah perselisihan pokok. Perselisihan ini akan terus berlangsung, perselisihan antara Al-Haq dengan al-batil, antara hizbullah (golongan Allah) dengan hizbusy syaithan (golongan setan).
Kebenaran yang ada dari perselisihan jenis ini jelas berada di pihak para Rasul dan pengikut mereka. Maka barangsiapa berada di pihak yang lain, maka dia telah menentang Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman :
ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ شَاۤقُّوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهۚ وَمَنْ يُّشَاقِقِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَه فَاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Artinya: “(Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barang siapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah Amat keras siksaan-Nya.” (QS. al-Anfal/8: 13)
Perbedaan yang jelas ini juga berdampak pada kondisi akhir masing-masing golongan. Dan perlu diketahui bahwa mayoritas manusia berada dalam golongan setan, sebagai mana firman Allah Subhanallahu Wa Ta’ala :
إِنَّ ٱلسَّاعَةَ لَآتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يُؤْمِنُون
Artinya: “Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan tentangnya, akan tetapi kebanyakan manusia tiada beriman.” (QS. al-Mukmin/40: 59)
Juga firman-nya yang artinya, “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscahaya mereka akan menyesatkan mu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka. Dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS. al-An’am/6: 116)
- Di antara bentuk perselisihan atau perbedaan yang ada di kalangan manusia adalah perselisihan di antara agama-agama kafir. Dalam perselisihan jenis ini, semua pelakunya tercela, semuanya berada di dalam kesesatan walaupun dengan derajat kesesatan yang berbeda-beda.
Allah berfirman yang artinya, “Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang beragama (Yahudi dan Nasrani).” Demikian itu (hanya) agama-agama mereka yang kosong belaka. Katakanlah :”Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar.” (Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Rabbnya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Orang-orang Yahudi berkata : “Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai sesuatu pegangan,”dan orang-orang Nasrani berkata: “Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan padahal mereka ( sama-sama) membaca al-kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti ucapan mereka itu, Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari kiamat. Tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya.” (QS. al-Baqarah/2: 111-113)
- Diantara bentuk perselisihan atau perbedaan adalah perselisihan diantara umat Islam penyebabnya adalah perbedaan dalam berpegang kepada Al-Qur’an dan As-sunnah Banyak kaum muslim tidak berpegang al-qur’an dan as-sunnah dengan benar, sehingga terjerumus dalam berbagai kesesatan. Mereka menjalankan agama dengan sesuatu yang tidak disyariatkan oleh Allah Subhanallahu Wa Ta’ala. Sebagian mereka memiliki keyakinan yang tidak ada dalilnya dari Wahyu Allah Subhanallahu Wa Ta’ala sehingga muncul berbagai bid’ah (perkara baru didalam agama), lalu menganggapnya sebagai agama. Mereka berselisih satu sama lain, dan masing-masing golongan berbangga dengan perkara yang ada padanya.
Perselisihan antar golongan di kalangan umat Islam ini juga berbahaya, karena hal itu akan melemahkan mereka dan menghilangkan kewibawaan mereka. Bahkan golongan-golongan yang menyimpang dari Ahlus Sunnah, dari jalan yang telah ditempuh oleh nabi shalallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya, mereka diancam dengan neraka.
Perselisihan dikalangan umat Islam ini dari satu sisi menyerupai perselisihan antara kaum Mukminin dengan orang-orang kafir, karena perselisihan antara Ahlus sunnah dengan semua ahli bid’ah adalah perselisihan thadad (kontradiksi). Ahlus Sunnah ditengah-tengah ahli bid’ah adalah seperti umat Islam ditengah-tengah orang kafir. Meski jumlah mereka sediki, namun kebenaran selalu berada di pihak ahlus Sunnah, yaitu orang-orang yang berpegang dengan Sunnah Nabi dan para sahabatnya.
Allahu a’lam bishshawwab.
Referensi:
Idul Fithri dan Halal bin Halal di susun oleh Abu jama’il Muslim Al-Athari Majalah As-Sunnah EDISI 04-05/THN XV/RAMHADAN-SYAWAL 1432H/AGUSTUS-SEPTEMBER 201 1M
Diringkas oleh : Meilinda Sari (Pengabdian Ponpes Darul Quran Wal-Hadits OKU Timur)
BACA JUGA :
Leave a Reply