
Sebelum Ayah Tiada (Bagian 4) – ANAKKU, saat engkau lemah, kalah, tidak berdaya, berada di titik nadir rendah; Besarkanlah jiwamu, bangun harapanmu dan pompa semangatmu. Jika engkau baca Al-Qur’an, hadits dan sejarah Islam, engkau temukan Allah membesarkan jiwa orang-orang beriman saat mereka kalah dan lemah.
Saat terjadi Perang Uhud, tahun ketiga Hijriyah, kaum muslimin kalah dan gigi Nabi patah, Allah tidak menyalahkan mereka. Padahal, mereka bersalah karena tergiur harta rampasan perang. Namun, Allah justru besarkan jiwa mereka dengan menurunkan ayat, “Jangan kamu merasa hina, jangan bersedih, kalian orang-orang tinggi.” (QS. Al-Imran: 139) “Itulah hari-hari yang Kami pergilirkan bagi manusia.” (QS. Al-Imran: 140) “Jika kalian terluka (di Perang Uhud), mereka juga terluka, namun kalian punya harapan, mereka tidak punya harapan.” (QS. An-Nisaa’: 104)
Saat seorang hamba berdosa dan bermaksiat, Allah besarkan jiwanya, “Wahai hambaku yang melampaui batas, jangan berputus asa dari rahmat Allah, Allah mengampuni semua dosa.” (QS. Az-Zumar: 53)
Saat seorang sakit keras, Allah besarkan jiwanya melalui hadits qudsi, “Jangan kalian mati sehingga telah berprasangka baik kepada Allah.” (Muslim dari Jabir, Maktabah Syamilah)
Anakku, dari masa-masa sulit yang kita hadapi, seperti munculnya wabah corona, gempa, banjir, musim kemarau, sakit, kesulitan ekonomi, dll, insya Allah banyak harapan dan kebaikan yang Allah simpan. Allah berfirman,
فَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا *
Artinya; “Boleh jadi engkau membenci sesuatu, namun Allah menjadikan banyak kebaikan padanya.” (QS. An-Nisaa’: 19)
Besarkan jiwamu, semoga engkau cepat bangkit dari semua masalah dan derita yang menimpamu.
Minta Doa Orang Shaleh, Engkau Tak Tahu Doa Siapa Diterima
ANAKKU, jangan lupa berdoa dan minta didoakan oleh orang shaleh, karena engkau tak tahu dari mulut siapa doa itu diterima. Orang shaleh yang ayah maksud; Lurus akidahnya, merasa diawasi Allah, selalu menjaga diri dari maksiat dan perkara yang diharamkan, serta sembunyikan sebagian kebaikannya.
Doa itu ibadah sekaligus senjata orang-orang beriman. Pintu- pintu langit hanya bisa diketuk dengannya. Doa juga penolak bala serta karamahnya orang beriman.
Suatu hari, seorang wanita datang menemui ulama bernama Baqi bin Makhlad. Wanita itu berkata, “Wahai imam, anakku kini ditawan. Apa yang harus kuperbuat. Jika engkau tunjukan kepadaku orang yang bersedia menebusnya, aku sangat senang.”
Imam Baqi menjawab, “Baiklah. Pulanglah dan jangan kembali sebelum aku selidiki perkara anakmu itu.”
Imam Baqi pun diam sejenak sambil berdoa. Beberapa hari kemudian, wanita bersama anaknya menemui Imam Baqi. Anak itu bercerita,“Pada hari sekian pukul sekian, aku sedang di hadapan raja. Tiba-tiba, tali rantaiku putus.” Ternyata, saat itu bertepatan dengan waktu Imam Baqi mendoakan sang anak.
Anak itu lanjutkan, “Algojo pun berteriak ke arahku. la bingung dengan apa yang dilihatnya. Algojo itu memanggil pandai besi dan menyuruhnya merantaiku kembali.
Setelah selesai, ternyata tali rantai itu putus lagi. Orang-orang tercengang dan memanggil para pendeta. Aku pun ditanya mereka, “Apakah kamu mempunyai ibu?” Aku menjawab, “Ya, aku punya ibu.”
Mereka berkata, “Doa ibumu terkabul. Allah membebaskanmu sehingga tidak mungkin bagi kami merantaimu.”
Setelah itu, mereka memberiku bekal dan menyuruhku pulang ke rumah ibuku.” (Mukhtarat Min Siyar A’lam An-Nubala, DR. Sulaiman Al-Asyqar)
Lain kisah; Suatu hari, Nabi memanggil Umar, “Jika suatu ketika engkau menemui Uwais Al-Qarni, mintalah dia mendoakanmu.” Umar pun menemuinya dan meminta doanya. (Sumber: Nuzhatul Muttaqin, Syarah Riyadhu Ash-Shalihin Imam An-Nawawi. Tahkik Imam Al-Arnauth)
Khalifah Umar itu pemimpin hebat, namun orang-orang shaleh diajaknya bersahabat dan meminta doanya. Bagaimana dengan kita? Bukan khalifah, tidak ada kehebatan, tidak juga terkenal, banyak salah. Tentu, kita lebih butuh doa serta munajat mereka.
Kunjungi Orang Baik, Engkau Peroleh Banyak Berkah
ANAKKU, sesibuk apa pun dirimu, luangkan waktu mengunjungi orang-orang yang engkau anggap baik. Silaturahmi itu meluaskan rezeki serta memperpanjang usia. (Al-Bukhari, Maktabah Syamilah)
Tidak lama setelah Nabi meninggal dunia, Abu Bakar berkata kepada Umar,“Mari kita kunjungi Ummu Aiman seperti Nabi terbiasa mengunjunginya.” Ketika Abu Bakar dan Umar sampai di rumah Ummu Aiman, ia tiba-tiba menangis.
Abu Bakar dan Umar bertanya, “Mengapa engkau menangis? Bukankah wafatnya Nabi baik di sisi Allah.”
Ummu Aiman menjawab, “Aku menangis karena wahyu telah terputus dari langit.”
Jawaban Ummu Aiman itu sangat menyentuh Abu Bakar dan Umar, hingga keduanya pun ikut menangis.” (Muslim dari Anas bin Malik)
Kisah ini memberimu pelajaran berharga akan pentingnya silaturahmi kepada orang-orang mulia dan terhormat, seperti ustadz, guru, orangtua, orang yang terkenal shaleh, agar engkau peroleh banyak berkah.
Dirikan Shalat Subuh dan Isya, Engkau Manusia Paling Kaya
ANAKKU, salah satu nasihat ayah seputar bekal hadapi akhir zaman; Dirikan shalat subuh dan isya, engkau manusia paling kaya. Semua shalat hebat. Tapi, yang paling hebat menurut ayah adalah shalat Subuh dan Isya berjamaah di masjid. Dengannya, ukuranmu sebagai hamba Allah yang beriman akan terlihat. Jangan sebut dirimu benar-benar beriman, cinta Islam, siap bela Islam, jikalau kedua shalat ini masih sering engkau tinggalkan.
Engkau sering iri melihat para youtuber tiba-tiba menjadi kaya raya. Jangan bersedih. Jika engkau membiasakan diri shalat subuh dan isya, engkaulah manusia paling kaya di dunia. Sebab, hanya dua rakaat sebelum subuh, itu lebih baik dari dunia beserta isinya. Nabi bersabda,
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرُ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
Artinya; “Dua rakaat sebelum subuh lebih baik dari dunia beserta isinya.” (Muslim dari Aisyah, Maktabah Syamilah).
Upayakan jangan luput kerjakan shalat subuh dan isya berjamaah, karena itu akan membuatmu manusia paling kaya di dunia. Bukan berarti shalat lain tidak penting. la sangat penting. Tapi, Nabi menyebut kedua shalat ini sangat sulit dilakoni orang munafik. Jadi, shalat subuh dan isya melepaskan dirimu dari sifat munafik.
Shalat itu adalah ibadah paling indah. Sebab ia menghubungkan dirimu dengan penciptamu. Ia adalah cahayamu, pembuktian taatmu dan penjagamu dari api neraka. la amalan pertama yang dihisap Allah pada Hari Kiamat. Bacaan Al-Qur’an di keheningan shalat subuh dan isya, cara paling kuat menanamkan tauhid dan iman dalam hatimu.
Anakku, ternyata para musuh Islam mengetahui kelemahan umat Islam, yaitu malas shalat subuh di masjid. Shalat subuh di masjid tidak bisa dilakukan tanpa sering dibiasakan. Karena itu, mumpung usiamu masih belia, biasakanlah dirimu shalat berjamaah di masjid, sehingga ketika dewasa nanti, engkau dapat mempraktikannya dengan mudah.
Dalam, “Misteri Shalat Subuh”, Syaikh Raghib As-Sirjani menceritakan percakapan antara seorang tentara Mesir dan tentara Yahudi yang paham bahasa arab. Percakapan ini terjadi setelah perang Mesir-Israel tahun 1973.
Tentara Mesir berkata, “Demi Allah, kami akan memerangi dan mengalahkan sampai ada di antara kalian yang bersembunyi di balik pohon dan batu, kemudian pohon dan batu itu mengatakan, “Hai hamba Allah, hai Muslim, ini ada yahudi di belakangku, ke mari dan bunuhlah ia.”
Tentara Yahudi itu menjawab, “Semua itu tidak akan terjadi. Kami baru takut kepada umat Islam jika jumlah jamaah shalat subuh kalian sama jumlahnya dengan jamaah shalat Jumat.” (Misteri Shalat Subuh, DR. Ar-Raghib As-Sirjani, Aqwam, Solo).
Tabayyun Berita Burung, Agar Tidak Ditimpa Penyesalan
ANAKKU, akhir zaman seperti ini engkau hadapi era kebebasan informasi. Berita hoaks atau palsu tidak bisa engkau bendung. Karena itu, sebagai anak muslim, setiap kali engkau dengar berita burung, biasakan dirimu tabayyun atau pastikan kebenaran berita itu, sebab adanya berita dusta menyebar di tengah masyarakat membuat sesama kita saling menuduh dan berprasangka buruk.
Saat burung Hud-hud saksikan kaum penyembah matahari, segera disampaikan ke Nabi Sulaiman. Namun, Sulaiman tidak serta merta meyakini kabar itu. la teliti kebenarannya, “Kita akan lihat, apakah kamu termasuk golongan terpercaya atau pendusta.” (An-Naml: 27)
Ketika sahabat Usamah membunuh laki-laki Anshar yang telah ucapkan Laa ilaha illallah. Nabi bertanya kepadanya, “Hai Usamah, engkau berani membunuhnya setelah ia ucapkan kalimat tauhid?” Usamah menjawab, “Ya Rasul, sebenarnya orang itu hanya ingin mencari perlindungan diri saja, hatinya tidak meyakini itu.”
Nabi berkata, “Apa engkau sudah belah dadanya, hingga engkau tahu ia ucapkan karena takut saja atau tidak?” Usamah berkata, “Nabi terus mengulang ucapan itu hingga aku berharap belum masuk Islam sebelum hari itu.” (Al-Bukhari, Maktabah Syamilah)
Keadaan seperti ini juga pernah terjadi di masa Nabi. Sahabat Harits bin Dhirar bercerita, suatu hari, aku mendatangi rumah Nabi. Saat itu, beliau menawarkan Islam padaku. Aku pun akhirnya memeluk Islam.
Setelah itu, beliau mengajakku mengeluarkan zakat lalu aku pun menunaikannya dan kukatakan, “Wahai Rasul, besok pagi, aku pulang menemui kaumku mengajak mereka masuk Islam dan tunaikan zakat. Siapa saja menjawab seruanku itu, aku kumpulkan zakatnya. Kirimlah seorang utusan padaku sekitar waktu begini dan begini untuk mengambil zakat yang telah kukumpulkan itu.”
Selesailah Harits mengumpulkan zakat dan telah sampai masa kedatangan utusan Nabi. Ternyata, utusan Nabi tertahan di tengah jalan dan tidak kunjung menemuinya. Harits pun mengira murka Allah dan Rasul-Nya telah turun untuk dirinya.
Dari Madinah, ternyata Nabi mengutus Walid bin Uqbah untuk menemui Harits guna mengambil zakat yang dikumpulkannya. Ketika Walid berangkat dan sudah menempuh beberapa jarak, tiba-tiba ia merasa takut dan kembali pulang lalu menemui Nabi, “Wahai Rasul, Harits menolak memberikan zakat kepadaku, bahkan ia mau membunuhku.” Mendengar laporan ini, Nabi pun marah. Allah lalu turunkan ayat,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Artinya: “Wahai orang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, periksalah (tabayyun) dengan teliti.” (Al-Hujurat: 6) (Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah Syamilah)
Anakku, begitu seharusnya cara seorang muslim menyelidiki atau menguji kebenaran sebuah berita. Tidak menelan mentah-mentah semua kabar yang berserakan di media, tengah kerumunan atau tempat lainnya.
Tentang Akidah & Tauhid
Yakini, Jika Allah kehendaki, pasti terjadi
ANAKKU, apapun yang terjadi, segala sesuatunya telah di takdirkan Allah. Artinya Allah telah mengetahui, menulis, menghendaki, dan menciptakan jauh sebelum engkau ada. Di dunia ini tidak ada yang terjadi secara kebetulan.
Orang-orang shaleh dahulu memiliki pemahaman takdir yang utuh, itulah yang buat hidup mereka tenang dan bahagia. Jangankan peristiwa sebesar hidup, mati, jodoh, bumi, laut, banjir, gempa, dll. Kejadian sekecil jarum jahit yang bergerak menembus kain pun, mereka kembalikan sebagai takdir, tidak terjadi jika Allah tidak menghendakinya.
Itulah sebabnya engkau pantas disebut sebagai orang beriman karena percaya adanya takdir baik dan buruk. Dan, iman kepada takdir itu merupakan tingkatan iman paling puncak. Jika engkau punya pemahaman takdir yang baik, insyaallah hidupmu lebih tenang dan bahagia, sebab segala sesuatunya engkau kembalikan kepada kuasa Allah.
Satu hal yang engkau perlu ingat bahwa percaya kepada takdir bukan berarti engkau hanya tawakal, tidak bergerak sama sekali. Beramallah, Allah akan memberi takdir terbaik untukmu. Rahmat Allah itu meliputi segala sesuatu. Rahmat Allah juga ada pada takdir-takdirNya.
Bersambung ke bagian berikutnya, insyaallah.
Referensi:
diringkas dari Buku Sebelum Ayah Tiada
Penulis: Muhammad Yasir, Lc
Penerbit: Pustaka Al-Kautsar
Diringkas Oleh: Abu Muhammad Fauzan (Staf Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)
BACA JUGA :
Ajukan Pertanyaan atau Komentar