Sebelum Ayah Tiada (Bagian 2)

sebelum ayah tiada 2

Sebelum Ayah Tiada (Bagian 2)Menulis Untuk Perbaikan

Anakku, orang boleh pandai setinggi langit. Tapi, selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan sejarah.

Menulis untuk tebar ilmu dan perbaikan adalah tradisi ulama shaleh dahulu. Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala. Tapi, satu tulisan bisa menembus ribuan bahkan jutaan kepala. Tinta seorang penulis bisa memompa semangat pejuang. Itulah sebabnya, orang shaleh dahulu berkata, “Tinta pena seorang ulama lebih baik dari darah seorang pejuang yang mati syahid.” karena si syahid itu peroleh semangat juang dari tinta pena ulama.

Setinggi-tinggi ilmu jika tidak ditulis akan hilang. Kebenaran yang tidak ditulis akan dikalahkan oleh kebatilan jika hari ini engkau bisa memahami Islammu, itu karena ada ulama sebelummu yang menulis ilmu akidah dan tauhid, hadits, tafsir, fikih, muamalah, sejarah, warisan dan ilmu lain. Penulisnya telah tiada. Tapi, tinta penanya berbuah kebaikan yang lebat sepanjang masa, jejak amal jariyah tak pernah putus bagi penulisnya. Jika engkau menulis keburukan, keburukan pula engkau tunai. Jika kebaikan yang engkau tulis, kebaikan pula yang engkau tunai.

Sebelum Ayah Tiada

Anakku, ahli bijak berkata, “Di dunia, tiga perkara mustahul kembali; 1. anak panah yang telah dilepaskan, 2. Ucapan yang telah dilontarkan, 3. Usia yang telah berlalu.”

Penyair dunia Islam, Abu Atahiyah Rahimahullah menggambarkan masa mudanya yang penuh keindahan dan kelincahan lalu segera kembali walau sehari:

أَلَا لَيْتَ الشَبَابُ يَعُودُ يَوْماً . فَأُخْبِرُهُ بِمَا فَعَل المَشِيبُ

Terjemahannya: “Seandainya masa muda bisa kembali walau sehari, lalu aku kabarkan apa yang diperbuat si tua ini.” (Mausu’ah Rawa’ilul Hikmah wa Aqwalul Khalidah, DR. Ruhi Ba’labaki, Darul Ilmi Lil Malayin)

Usia muda ayah telah berlalu. Sekarang sudah semakin berumur. Masa muda itu mustahil kembali lagi walaupun hanya sejenak. Bahkan ia semakin jauh tertinggal. Yang bisa ayah lakukan hari ini memberimu nasihat, motivasi, cerita tentang cita-cita, pengalaman dan masa depan.

Ayah berdoa semoga kebersamaan kita di dunia berlanjut hingga ke surga. Engkau dan ayah bukan sekadar hubungan ayah dan anak. Tapi, lebih dari itu, kita seiman dan seakidah. Itulah ikatan hubungan paling kuat. Engkau dan ayah jiwa-jiwa yang dipertemukan dalam iman dan Islam. Ada banyak ayah dan anak memiliki hubungan keluarga tapi tidak seakidah, seperti Nuh dan anak istrinya, Fir’aun dan Asiyah, istrinya.

Jika kita bertemu hanya karena alasan keluarga, niaga dan kepentingan berbau duniawi lain, di saat rapuh, lemah dan bermasalah kita mudah berpisah. Tapi, jika bertemu karena iman, kita terus bersama sampai ke akhirat. Iman itulah sebabnya kita selalu bersama.

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَـٰنٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ أَلَتْنَـٰهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَىْءٍۢ ۚ

Artinya: “Dan orang-orang beriman dan anak cucu mereka yang seiman, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka. Kami tak kurangi sedikitpun pahalanya.” (QS. Ath-Thur: 21)

Ulama berkata, anak cucu yang seiman dengan orangtuanya, mereka bersama di surga walau sebenarnya kedudukannya lebih rendah dari orangtuanya, sebagai kebaikan Allah serta tambahan pahala bagi orang tuanya. Ayah berharap, semoga iman dan Islam kita menjadi penyebab kebersamaan kita di akhirat kelak.

Anakku, sebelum ayah tiada, inilah nasihat dan kalimat terpilih untukmu yang ayah ketahui dari berbagai sumber. Semoga buku nasihat ini menjadi bekalmu hadapi akhir zaman penuh cobaan, fitnah dan tantangan.

Tentang Bekal Akhir Zaman

Baca Al-Qur’an dan Hadits, Ia Perawi Tentang Masa Depan

Anakku, nasihat pertama ayah sebagai bekal hadapi akhir zaman yang penuh fitnah adalah baca Al-Qur’an. Di akhir zaman seperti ini, tidak ditemukan lagi kitab yang menjadi pegangan kebenaran selain Al-Qur’an. Allah jaga lafadz dan maknanya. Selama berpegang teguh kepadanya, engkau tidak akan sesat selamanya.

Bacalah Al-Qur’an melebihi engkau membaca buku novel, komik, biografi, sejarah, matematika. Sebab buku-buku itu, setelah belajar dan ujian, boleh jadi engkau tinggalkan atau jual. Kecuali Al-Qur’an. Ia pedoman dan pegangan hidupmu. Setiap kali engkau membaca Al-Qur’an, engkau peroleh ilmu, pahala, berkah serta kebaikan. Bahkan, Al-Qur’an merawikan kepadamu tentang masa depan dunia dan akhirat.

Jangan lupa engkau pelajari hadits Nabimu. Karena dengan membacanya engkau pahami Al-Qur’an dengan baik. Engkau ketahui kebiasaan-kebiasaan Nabi sehingga bisa mencontoh dan praktikkan dalam hidup sehari-hari. Dengan membaca Al-Qur’an dan hadits, engkau ketahui berita masa depan dunia dan akhirat.

Anakku, salah satu berita tentang masa depan yang dituturkan hadits bahwa di akhir zaman nanti akan terjadi banyak fitnah dan perpecahan. Jadi, trend dunia masa depan adalah banyak fitnah. Jika umurmu terus panjang, engkau akan melihat banyak keanehan dunia. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berkata,

بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا

Artinya: “Bersegeralah kalian melakukan amal kebaikan, karena akan muncul fitnah seperti halusnya malam. Di pagi seseorang masih beriman namun di sore hari telah kafir, di sore hari beriman tapi di pagi hari telah menjadi kafir. Dia menjual agamanya dengan dunia yang murah.” (Muslim dari Abu Hurairah, Maktabah Syamilah).

Semoga Allah menjaga dan membimbingmu di jalan yang Dia cintai dan ridhai, menyelamatkan kita dari fitnah akhir zaman.

Berdaganglah, itu menjaga Harga Dirimu Sebagai Muslim

Anakku, berdaganglah karena itu kebiasaan dan pilihan sadar sebagian orang-orang shaleh terdahulu. Ya, berdagang bukan sekadar engkau mendapatkan laba tapi lebih dari itu untuk menjaga harga diri dan kehormatanmu sebagai seorang muslim. Sebab muslim yang kuat ekonominya, tidak mudah meminta-minta atau menjual Islamnya sendiri atas nama derita dan kesusahan hidup. Hari ini, banyak muslim meminta-minta, menjilat penguasa, mengemis, menjual agama dan kehormatan karena tidak punya penghasilan tetap.

Ayah ingin engkau belajar dari tabiin, Ibnu Mubarak yang giat berdagang untuk menjaga harga diri dan kehormatannya sebagai muslim. Ibnu Mubarak seorang ulama yagn terkenal kaya dan zuhud, juga rajin berdagang.

Suatu hari, sahabatnya Fudhail bin Iyadh bertanya kepada Ibnu Mubarak, “Engkau ajarkan kami hidup sederhana. Tapi, saya melihatmu semangat berdagang?” Ibnu Mubarak Rahimahullah menjawab,

إِنَّمَا أَفْعَلُ ذَا لِأَصُوْنَ وَجْهِي، وَ أُكْرِمَ عِرْض، وَ أَسْتَعِينُ بِهِ عَلَى طَاعَةِ رَبِّي

Artinya: “Semua ini saya lakukan untuk menjaga harga diri saya sebagai muslim dan (hasil yang diperoleh) semakin dekatakan diri saya kepada Allah.” (Tarikh Baghdad, Khatib Al-Baghdadi, Maktabah Syamilah)

Pelajaran penting untukmu, Ibnu Mubarak berhasil pertemukan antara dagang dan keshalehan, bisnis dan ibadah dimana hari ini sedikit manusia yang bisa mewujudkannya. Yang ada, jika sudah berdagang, ia lupa akhirat. Jika sudah khusyu beribadah, lupa ia sedang hidup di dunia. Tentu, yang paling baik adalah menjadi pedagang yang sukses sekaligus hamba yang khusyu. Hari ini dan ke depan, Islam butuh sosok seperti ini.

Jangan katakan lagi biar miskin asal bahagia atau untuk apa kaya jika sengsara. Karena, Islammu itu selalu gabungkan banyak kebaikan sekaligus. Misalnya, kaya, shaleh dan bahagia. Bukan miskin, salah dan sengsara. Nabi berkata, “Bahagia itu, “Tetangga shaleh, kendaraan nyaman dan rumah luas.” (Musnad Ahmad dari Nafi bin Abdullah, Maktabah Syamilah). Gabungkanlah tiga hal itu supaya engkau bahagia.

Hari-hari ini engkau sering membaca berita-berita orang terkaya di dunia. Seperti, Jeff Bezos, Bill Gates, Waret Buffet, Markz Zuckerberg, dll. Tapi, orang-orang kaya itu tidak pernah terdengar prestasi ibadanya yagn baik kepada penciptanya.

Sejarah Islam punya orang-orang kaya, seperti empat khalifah; Abu Bakar, Umar bin Khathab, Utsman dan Ali, Zubair bin Awwam, Said bin Waqash, Abdu Rahman bin Auf, juga tabiin Ibnu Mubarak. Mereka kaya tapi juga rajin beribadah. Kekayaannya dipergunakan membiayai proyek kebaikan. Hidup mereka pun sederhana, rendah hati serta berakhlak mulia. Padahal, mereka orang kaya di masanya. Jadikan mereka sebagai panutanmu.

لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَبْتَغُوا۟ فَضْلًۭا مِّن رَّبِّكُمْ ۚ

Artinya: “Tidak ada dosa bagimu mencari sebagian karunia Allah (berdagang sambil berhaji).” (QS. Al-Baqarah:198)

Jejak Digitalmu Kelak Jadi Amal Shalehmu yang Tak Putus

ANAKKU, dari masa kanak-kanak sampai hari ini, ayah acapkali mendengar rekaman suara merdu dan menyentuh tilawah Syaikh Al-Minsyawi, Syaikh Abdul Basith, suara indah shalawat dan tarhim Syaikh Mahmud Khalil Al-Khushori diputar sebelum kumandang adzan di masjid dan musholla.

Padahal, semua pemilik suara dari Mesir itu telah tiada puluhan tahun lalu. Namun, mereka tinggalkan jejak digital bermanfaat untuk orang-orang yang hidup sesudahnya. Jejak digital itu telah menjadi amal shaleh tak pernah putus. Suara indah itu begitu menyejukkan hati, menyentuh rasa, mengundang rindu saat-saat indah, syahdu nan bahagia masa kecil saat di kampung halaman.

Sebaliknya, tidak sedikit orang-orang jahat di masa lampau dan kini yang juga meninggalkan jejak digital buruk untuk anak-anak masa sekarang. Namun, jejak digital itu merusak akidah, akhlak dan bahayakan generasi penerus. Jejak itu telah menjadi keburukan yang dosanya tak pernah berhenti mengalir (dosa jariyah) ke pelakunya. Karena memang, jejak digital itu kejam. Apabila sudah terekam, mustahil terhapus dari dunia maya. Setiap lapisan generasi akan menontonnya.

Anakku, dua macam manusia di atas, masing-masing telah mewariskan jejak digitalnya masing-masing. Jika digital kebaikan, pelakunya peroleh kebaikan. Jika jejak digital keburukan, pelakunya peroleh keburukan pula.

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Artinya: “Siapa menunjuki kebaikan, ia peroleh pahala seperti yang melakukannya.” (Muslim dari Abu Mas’ud Al-Anshari, Maktabah Syamilah)

Engkau ditakdirkan hidup di masa teknologi modern seperti sekarang. Sebagai anak muslim tentu engkau selalu berbeda dengan yang lain. Manfaatkanlah teknologi pada hal-hal baik dan bermanfaat. Buatlah konten- konten video yang baik-baik, memberi ilmu bermanfaat, mengajak orang kepada kebaikan, karena boleh jadi jejak digitalmu kelak akan menjadi amal shalehmu yang tak pernah putus.

Yang membuat hidupmu indah, bukan emas, keturunan mulia, jabatan tinggi. Tapi, jika engkau memiliki jejak kebaikan bermanfaat yang dibanggakan orang-orang hidup sesudahmu. Masa akan berlalu. Tapi, jejakmu akan selalu menetap. Manusia akan jadi perbincangan setelah tiada. Karena itu, usahalah jadi buah bibir dan jejak baik untuk yang hidup sesudahmu.

Baguskan Islammu, la Akan Kembali Asing

ANAKKU, baguskan Islammu. Jika Islammu baik, ia akan luruskan dan

jaga urusan-urusan hidupmu. Seriuslah berislam, engkau akan mulia. Islammu itu bukan beban atau siksa bagi dirimu. Tapi, panduanmu agar engkau shaleh dicintai Allah, Nabi dan manusia. Tanpa ilmu engkau akan buta, tanpa agama engkau akan binasa.

Di akhir setiap shalat, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam sering berdoa,

اللَّهُمَ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى

Artinya: “Ya Allah baguskanlah agamaku yang penjaga urusan-urusanku.” (Muslim dari Abu Hurairah, Maktabah Syamilah)

Saat masih kecil, ayah sering mendengar orang-orang tua shaleh dahulu berdoa, “Allahumma inni as’aluka salamatan fi din, Ya Allah aku meminta selamat dalam beragama.” Memang ada yang beragama tapi tidak selamat? Ternyata banyak. Kenyataan hari ini, banyak yang beragama. Tapi agama itu tidak membimbingnya menjadi baik, agamanya justru jadi bencana dan fitnah bagi dirinya. Bukan agama yang bermasalah. Tapi, niat beragamanya yang rusak ditambah tipu daya setan.

Anakku, alhamdulillah, engkau tumbuh dan besar dalam akidah ahlu sunnah wal jamaah, mengikuti cara-cara berislam Nabi, sahabat, tabi’iin dan ulama-ulama shaleh yang berada di jalan kebenaran. Duhai, alangkah merugi dan sengsara jika engkau beragama tapi beraliran syiah, ahmadiyah, liberal, jabariyah, qadariyah atau aliran menyimpang lainnya yang difatwa sesat ulama dunia Islam.

Karena itu, perbaiki Islammu dengan terus menimba ilmu dari para guru yang diakui kebenaran ilmunya, terpercaya akidah, akhlak dan ibadahnya, punya rasa takut kepada Allah. Jika agamamu lurus, imanmu benar, engkau terbimbing dengan rajin beribadah, memperhatikan sunnah Nabimu, dermawan, bahkan engkau siap mati bela Islammu.

Jangan terima ilmu agama dari orang atau media yang sering menghina dan berani mencap buruk Islam. Jika menimba ilmu dari mereka, engkau ikut tersesat, remehkan ibadah, berbuat bid’ah hingga agamamu rusak.

Belajarlah dengan niat agamamu semakin baik dari waktu ke waktu. Bukan belajar untuk mencari-cari kekurangan agamamu sendiri.

Islam Akan Kembali Asing

Anakku, ketika Islam datang pertama di Jazirah Arabiyah atau Timur Tengah, orang-orang menganggapnya agama asing atau aneh. Namun, setelah melihat sendiri indah dan mulianya Islam, mereka pun berbalik berbondong masuk Islam.

Di akhir zaman seperti ini, Islam kembali dianggap agama aneh. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berkata,

بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَباء

Artinya: “Islam datang sebagai agama asing dan akan kembali asing. Beruntunglah orang-orang asing.” (Muslim dari Abu Hurairah, Maktabah Syamilah)

Di akhir zaman, engkau akan melihat yang patuh jalankan ajaran Islamnya ibarat menggenggam bara api, terasa panas dan berat, banyak fitnah dan godaan, hampir-hampir ia murtad alias melepaskan Iman dan Islam. Orang baik saat itu dianggap penjahat, penjahat dianggap orang baik. Ulama shaleh disebut radikal. Tapi, ulama buruk dilindungi, dipelihara dan didengarkan kata-katanya.

Bersambung ke bagian berikutnya, insyaallah.

Referensi:

diringkas dari Buku Sebelum Ayah Tiada

Penulis: Muhammad Yasir, Lc

Penerbit: Pustaka Al-Kautsar

Diringkas Oleh: Abu Muhammad Fauzan (Staf Ponpes Darul-Qur’an Wal-Hadits OKU Timur)

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.