Sebab-Sebab Waktu Terbuang & Cara Mengefisienkannya (Bagian 2) – Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji, memohon pertolongan dan meminta ampun kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barang siapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.
Pada pembahasan yang telah lalu, telah kita telah membahas masalah sebab-sebab terbuangnya waktu. Dan pada pembahasan kali ini kita akan melanjutkan penjelasan masalah sebab terbuangnya waktu dikalangan manusia zaman sekarang ini.
Salah satu sebab terbuangnya waktu dari yang telah disebutkan pada artikel kemarin adalah cinta dunia. Banyak manusia yang terlalaikan sehingga banyak waktu yang terbuang sia-sia untuk mengejar dunia, waktu yang digunakan dari pagi hingga malam hanya dipergunakan untuk mengurusi dunia, seperti mencari nafkah, dagang, kerja lembur, mengerjakan tugas, mengerjakan tugas kantor. Sedangkan rizki itu datangnya dengan pasti, setiap anak yang lahir itu sudah membawa rizki. Akan tetapi yang belum pasti adalah keadaan kita dihadapan Allah pada hari kiamat, apakah amal kita diterima atau tidak, apakah kita akan masuk surga atau neraka. Oleh karena itu, jangan jadikan dunia sebagai tujuan.
Orang-orang yang gila kepada harta, kedudukan, jabatan, dan cinta kepada dunia mereka akan menyesal pada hari kiamat. Ketika mereka diberikan catatan amalnya dari sebelah kirinya, semua kekuasaan, jabatan, dan hartanya tidak bermanfaat di akhirat. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَبَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُوْلُ يَلَيْتَنِى لَمْ أُوْتَ كِتَبِيَةْ (24) وَلَمْ أَدْمَا حِسَابِيَةْ (26) يَلَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةْ (27) مَآ أَغْنَى عَنِّى مَالِيَةْ (28) هَلَكَ عَنِّى سُلْطَنِيَهْ (29)
Artinya: “Pencinta dunia adalah orang yang paling banyak disiksa karena dunia, ia disiksa pada tiga keadaan. Ia disiksa didunua berupa usaha, kerja keras untuk mendapatkannya, dan perbuatan dengan sesama pecinta dunia. Dia disiksa dialam barzakh (kubur) dan disiksa pada hari kiamat. Penggila harta dan pecinta dunia yang lebih mengutamakan dunia dari pada akhirat adalah orang yang paling bodoh dan paling idiot. Sebab, ia lebih mengutamakan khayalan dari pada kenyataan, lebih mengutamakan tidur dari pada terjaga, lebih mengutamakan bayang-bayang yang segera hilang dari pada kenikmatan yang kekal, lebih mengutamakan rumah yang segera binasa dan menukar kehidupan yang abadi yang nyaman dengan kehidupan yang lebih dari sekedar mimpi atau bayang-bayang yang segera hilang. Sesungguhnya orang yang cerdas akan tertipu dengan hal-hal semacam itu”.[1]
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata,
مُحِبُّ الدّنْيَا لاَ يَنْفَكُّ مِنْ ثَلاَثٍ: هَمٌّ لاَزِمٌ، وَتَعَبٌ دَاءِمٌ، وَحَسْرَةٌ لاَ تَنْقَضِى.
Terjemahannya: “Pecinta dunia tidak akan terlepas dari tiga hal:
- Kesedihan (kegelisahan) yang terus-menerus,
- Kecapekan (keletihan) yang berkelanjutan, dan
- Penyesalan yang tidak pernah berhenti.”[2]
Oleh karena itu, seorang muslim harus zuhud terhadap dunia dan qana’ah (merasa puas dengan rezeki yang Allah karuniakan). Setiap muslim dan muslimah harus ingat, bahwa kita di ciptakan oleh Allah Tabaaraka Wata’la untuk beribadah kepada Allah. Kita wajib meluangkan waktu kita untuk ibadah kepada Allah. Kalu kita sibukkan diri kita dengan ibadah, melaksanakan ketaatan kepada Alah dan menjauhi larangan-Nya, maka Allah akan menutupi kefakiran kita. Janganlah kita disibukkan dengan dunia, dengan angan-angan, cita-cita, dan menumpuk-numpuk harta yang membuat kita tertipu dengan dunia.
Didalam hadits Qudsi, Allah subhaanahu Wata’ala berfirman,
يَابْنَ آدَمَ، تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِيْ أمْلأْ صَدْرَكَ غِنىً وَأَسُدَّ فَقْرَكَ، وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ مَلَأْتُ صَدْرَكَ شُغْلاً وَلَمْ أسُدَّ فَقْرَكَ.
Terjemahannya: “Wahai anak adam! Gunakanlah waktumu untuk beribadah kepada-ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan (kecukupan) dan aku tutup kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukannya, maka aku penuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak akan menutupi kefakiranmu.”[3]
Ibnul Qoyyim Rohimahullah berkata, “Bentuk penyia-nyiaan terbesar (yang banyak dilakukan oleh manusia) yaitu ada dua dan keduanya merupakan pokok segala penyia-nyiaan; Pertama menyia-nyiakan hati, kedua menyia-nyiakan waktu.”[4] Banyak manusia yang menyia-nyiakan hatinya dengan mengutamakan dunia atas akhirat. Padahal dunia ii lebih jelek dari bangkai kambing, bahkan di sisi Allah dunia itu idak sebanding dengan sayap nyamuk. Dan bahwasannya dunia adalah kehidupan yang menipu dan memperdaya hati manusia.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
كُلُّ نَفْسٍ ذَآءِقَةُ المَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُوْرَكُمْ يَوْمَ القِيَمَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الحَيَوةُ الدُّنْيَآ إِلَّا مَتَعُ الْغُرُوْرِ {185}
Artinya: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa di jauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia orang yang suksek (menang). Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali Imron : 185)
Juga Rasulullah Sallallahu alaihi Wasallam bersabda,
لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ، مَا سَقَى كَافِرَا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ.
Artinya: ”Seandainya dunia di sisi Allah sebanding dengan sayap nyamuk, maka dia tidak akan memberi minum sedikitpun darinya kepada orang kafir.” (HR. Muslim)
Diriwayatkan dari Jabir Radiallahu anhu bahwasannya Nabi Sallallahu alaihi Wasallam berjalan melewati pasar sedang manusia berada di sisi beliau. Beliau berjalan melewati kambing jantan mati yang kedua telinganya kecil dan telah mati. Sambil memegang telinganya beliau bersabda, “Siapa diantara kalian yang suka membeli ini seharga satu dirham ?” Orang-orang berkata, kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?” Beliu bersabda, “Apakah kalian suka jika ii menjadi milik kalian?” Orang-orang berkata, “ Demi Allah kalau kambing jantan ini hidup, pasti iya cacat, karna kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati?” Beliau Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ
Artinya: “Demi Allah, sungguh, dunia itu lebih hina bagi Allah dari pada bangkai anak kambing ini bagi kalian.” (Muttafaq Alaih)
Jika seseorang mencari nafkah, maka carilah secukupnya. Jangan sampai mengorbankan banyak waktu hanya untuk mencari nafkah sehingga lupa akan kewajibannya mencari bekal untuk akhirat. Maka kita gunakan sebaik-baiknya waktu yang kita punya sebagai modal, jika kita g unakan dengan baik maka kita akan beruntung, akan tetapi jika kita gunakan dengan tidak baik maka kita akan merugi. Jangan disibukkan dengan dagang, kerja, tugas, lembur, kunjungan. Rapat, ngobrol, main, jalan-jalan ziarah dan lain-lain. Sibukkan diri kita dengan ibadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
HAL-HAL YANG DAPAT MEMBANTU DALAM MENGEFISIENKAN WAKTU
-
Sadar akan pentingnya waktu
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,
قَلَ كَمْ لَبِثْتُم فِى الاَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ، قَالُوا لَبِثْنَا يَومًا اَو بَعضَ يَوْمٍ فَسْئَلِ العَآدِينَ
Artinya: “Dia (Allah) berfirman, ‘Betapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab, “kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada mereka yang menghitung.” (QS. Al-Mu’minuun: 112-113)
Imam Ibnul jauzi Rahimahullah berkata: “sepatutnya bagi manusia mengetahui kemuliaan waktu dan kadar waktunya. Dan jangan ia sia-siakan waktunya walau hanya satu menit tanpa ada ketaatan kepada Allah.” Jikamkita gunakan waktu itu dengan sebaik-baiknya, maka akan ada ganjaran yang banyak bagi kita. Bahkan ada ulama yang menulis kitabnya di dalam safarnya.
Semua umur ini akan ditanya oleh Allah, oleh karena itu jangan sampai kita disibukkan dengan dunia dan jangan disibukkan dengan dunia dan jangan disibukkan dengan angan-angan kosong. Orang-orang kafir disibukka dengan dunia dan disibukkan dengan angan-angan yang kosong. Kita disuruh untuk meninggalkan mereka, sebagaimana Allah ta’ala menyuruh Rasulullah sallahualaihi wasallam untuk meninggalkan orang kafir.
Allah ta’ala berfirman:
ذَرْهُمْ يَاْكُلُوْا وَيَتَمَتَعُوْا وَيُاْهِهِمُ الأَ مَلُ فَسَوفَ يَعْلَمُونَ
Artinya: “Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan(kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya). “ (QS. Al-Hijr: 3)
Bersambung…..
****
Referensi:
Ditulis oleh: ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas dalam buku yang berjudul “Waktumu , Dihabiskan Untuk Apa??? Cetakan ke 14: Muharram 1442 / September 2020.
Diringkas oleh: Fatma Khoirun Nisa (Staf Pengajar di ponpes Darul Qur’an Wal Hadits)
[1] Lihat ‘Udatush Shaabirin Wa Dzakhiiratusy Syaakiriin (hlm. 350-356), karya Ibnul Qoyyim, ta’liiq Syaikh Salim al-Hilali..
[2] Ighaatsatul Lahafaan (87-88-takhrij Syaikh al-Albani dan Syaikh Ali hasan al-Halabi), dan Mawaaridul Amaan al-Muntaqa min Ighaathsatil lahafaan (hlm. 83-84)
[3] Shahih: HR. Ahmad (358), At-Tirmizi (no. 2466), Ibnu Majah (no. 4107), dan Al-Hakim (433) dari sahabat Abu Hurairah Radiallahuanhu. Lafadh ini milik Ibnu Majah. Lihatlah silsilah Al-Hadits Ash-Shahihah (no. 1359) dan Shahih Ash-Targhiib Wat Tarhiib (no. 3166)
[4] Fawaa-idul Fawaaid (hlm. 385)
BACA JUGA:
Leave a Reply