Perlu diketahui dan diyakini bersama, bahwa adab-adab dalam syariat ini merupakan adab yang agung dan utama. Karena itulah kita perlu meniti jalan yang bermuarakan dari adab-adab ini, agar kita bisa menuai pahala yang berlimpah dari Alloh subhanahu wa ta’ala . Dan perlu kita resapi juga, bahwa pangkal dari semua adab adalah adanya muroqobah kala bersama orang lain maupun kala sendiri; yakni merasa bahwa Alloh senantiasa mengawasi kita, baik di waktu ramai maupun di waktu sepi. Begitu pula yang menjadi pokok dari adab adalah menunaikan hak-hak Alloh subhanahu wa ta’ala dan juga hak-hak para hamba-Nya, dengan niat dan tekad tinggi. Di antara adab yang diajarkan adalah seperti yang Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam sabdakan:
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
“Hak seorang muslim terhadap muslim lainnya ada 6: bila engkau berjumpa dengannya maka berilah salam; bila ia mengundangmu maka penuhilah; bila ia meminta nasihat maka berilah ia nasihat; bila ia bersin lalu mengucap alhamdulillah maka doakanlah kebaikan untuknya; bila sakit maka jenguklah ia; dan bila meninggal maka iringilah jenazahnya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Dalam hadits ini, termasuk di antara hak seorang muslim terhadap sesama muslim adalah memberi salam kala berjumpa.
Makna Salam
Sungguh indah apa yang diajarkan Islam. Kalimat-kalimat yang diajarkan, walaupun diucapkan dalam kesempatan yang mungkin dianggap biasa saja, namun mengandung makna dan arti yang dalam. Maka dari itu, tak ada ungkapan yang bisa menggantikan kalimat-kalimat yang diajarkan Islam.
Kata As-Salam sendiri merupakan nama dari nama-nama Alloh. Dalam hadits Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
إِنَّ السَّلَام اسْمٌ مِنْ أَسْمَاء اللَّه تَعَالَى وُضِعَ فِى الأَرْضِ فَأَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
“Sesungguhnya As-Salam adalah nama dari nama-nama Alloh yang diturunkan di bumi. Maka dari itu sebarkanlah salam.” (HR. Bukhori dalam Al-Adabul Mufrod)
As-Salam yang merupakan nama Alloh artinya Yang Selamat dari segala kekurangan dan cacat. Dia Maha Hidup dan berdiri sendiri. Dia Maha Sempurna, tak menyerupai makhluk-Nya yang serba kekurangan.
Sedangkan makna Assalamu alaikum adalah bahwa nama Alloh atasmu. Artinya semoga engkau berada dalam penjagaan dan perlindungan Alloh. Atau semoga Alloh menyertaimu. Atau ada yang mengartikan Alloh mengetahui kalian, karena itu janganlah kalian lalai. Ada lagi yang mengatakan maknanya adalah bahwa nama Alloh disebutkan menyertai berbagai pekerjaan; dengan mengharapkan terhimpunnya berbagai makna kebaikan dan hilangnya berbagai unsur kerusakan. Ada lagi yang mengartikan keselamatan bagi kalian. Seolah-olah seorang yang memberi salam pada orang lain, ia ingin memberitahukan padanya bahwa ia berdamai dengannya, sehingga orang yang diberi salam tidak merasa kaku atau takut.[1] (dari Faidhul Qodîr juz 2 hal 436 dengan penyesuaian).
Maka bisa dibaca di sini korelasi antara kata As-Salam dengan salam hormat untuk sesama muslim. Sehingga dalam hadits riwayat Imam Bukhori dalam Al-Adabul Mufrod yang tersebut di atas, dilanjutkan dengan sabda beliau n : “Maka dari itu sebarkanlah salam”. Ini adalah perintah yang memuat anjuran yang begitu kuat untuk menyemarakkan dan memunculkan salam. Karena dengan menampakkan salam mengandung makna adanya rasa aman, saling mencinta dan menjalin erat hubungan dengan sesama saudara, juga ada makna membuat setan menjadi rendah dan hina. (Faidhul Qodîr juz 2 hal 436 dengan penyesuaian).
Ringkas kata, ungkapan ini artinya adalah doa keselamatan. Agar Alloh menyelamatkanmu dari keburukan, baik keburukan dalam agama maupun di dunia. Agar Alloh memberi keselamatan, baik keselamatan dalam diri sendiri, keluarga, di rumah, atau di manapun, selamat harta, selamat dalam segala hal.
Demikianlah makna agung yang terkandung dalam salam penghormatan kaum muslimin ini. Ucapan yang penuh dengan doa agar diberi keselamatan. Terkandung juga kesan adanya muroqobah dari Alloh, bahwa Alloh mengawasi gerak-gerik hamba-Nya. Sehingga mereka harus selalu waspada dan saling mengingatkan antara saudara seiman. Juga mengingatkan agar segala hal tidak lepas dari mengingat Alloh. Sehingga kita dapatkan bahwa orang yang paling dulu memberi salam, ia adalah orang yang paling dekat dengan Alloh. Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِاللَّهِ مَنْ بَدَأَهُمْ بِالسَّلاَمِ
“Sesungguhnya orang yang paling dekat dengan Alloh adalah orang yang memulai mengucap salam terhadap orang lain.” (HR. Abu Daud)
Di sini ditegaskan bahwa orang yang paling dekat dengan rahmat Alloh, ampunan dan paling dekat dengan Alloh di surga-Nya adalah orang yang memulai memberi salam. Karena ia adalah orang yang lebih dahulu mengingat Alloh saat berjumpa.
Piranti Menuju Tangga Surga
Dan salam pun menjadi piranti yang sangat efektif dan lagi mudah untuk bisa mengantarkan menuju surga. Karena salam adalah tanda kecintaan sesama mukmin. Dan kecintaan sesama mukmin adalah pertanda keimanan. Dan iman adalah syarat mutlak untuk bisa memasuki surga-Nya. Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لاَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَفَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَمْرٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
“Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, tidaklah kalian masuk surga hingga kalian beriman. Dan tidaklah kalian beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian kalau aku tunjukkan pada suatu perkara yang bila kalian mengerjakannya, kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah)
Saking penting kedudukan salam antara sesama muslim, karena sangat dianjurkan untuk memberi salam saat berjumpa. Bahkan kalaupun kemudian mereka terpisah atau terhalangi oleh sesuatu hal, kemudian berjumpa kembali, maka juga dianjurkan untuk memberi salam kembali. Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
إِذَا لَقِىَ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُسَلِّمْ عَلَيْهِ فَإِنْ حَالَتْ بَيْنَهُمَا شَجَرَةٌ أَوْ جِدَارٌ أَوْ حَجَرٌ ثُمَّ لَقِيَهُ فَلْيُسَلِّمْ عَلَيْهِ أَيْضًا
“Bila salah seorang dari kalian berjumpa dengan saudaranya, maka hendaknya ia memberi salam padanya. Bila kemudian mereka berdua terhalangi pohon, tembok, ataupun batu, kemudian berjumpa lagi, maka hendaknya ia juga memberi salam lagi padanya.” (HR. Abu Daud)
Tak Bisa Diganti Dengan Lafaz Lain
Dan sebagaimana yang sudah diketahui, salam yang diajarkan syariat ini, baik secara lisan maupun dalam tulisan adalah dengan mengucapkan assalamu alaikum warahmatullohi wabarakatuh. Ini adalah salamnya kaum muslimin.
Namun ada upaya dari sebagian pihak, di mana mereka ini tidak mengetahui betapa agung kedudukan dari adab-adab dalam syariat ini. Atau memang mereka sengaja untuk menjauhkan umat ini dari ruh Islam, sehingga umat ini semakin merasa asing dengan Islam. Mereka ingin menggantikan salam Islam ini dengan kalimat dan ungkapan yang lain, yang mereka sangka mempunyai arti yang bisa menyamai makna yang terkandung dalam salam yang diajarkan syariat ini. Padahal ungkapan-ungkapan pengganti salam syar’i ini tidak mengandung faidah makna selain makna bahasa saja. Sedangkan salam penghormatan kaum muslimin menghimpun makna doa yang sempurna, memuat kebaikan dan pujian yang sangat bermanfaat, sebagaimana sudah disinggung pada paparan di atas.Dan juga salam ini membuahkan pahala.
Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Apabila seseorang berjumpa dengan saudaranya sesama muslim, hendaklah ia berucap: assalamu alaikum warahmatulloh.” (HR. Turmudzi)
Imron Bin Hushoin berkata: datang seseorang pada Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam . lalu ia berkata: ‘As-Salamu alaikum.’ Lalu Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawabnya, kemudian dia duduk. Lantas Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam berkata: ‘Sepuluh (kebaikan).’ Lalu datang orang lain dan berkata: ‘As-Salamu alaikum warahmatulloh.’ Lalu beliau menjawabnya, dan dia duduk. Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam berkata: ‘dua puluh (kebaikan).’ Lalu datang orang lain dan berkata: ‘As-Salamu alaikum warahmatulloh wabarakatuh.’ Nabi menjawabnya, lalu dia duduk. Nabi kemudian berkata: ‘Tiga puluh (kebaikan).’ (HR. Abu Daud)
Lagi pula salam juga merupakan salamnya para penghuni surga. Alloh berfirman:
“(yaitu) Surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): “Salamun ‘alaikum bima shobartum” (salam kesejahteraan dikarenakan kalian telah bersabar). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ro`d : 23 -24).
Dan juga dalam ayat-ayat lainnya. Juga perkataan Ja`far kepada Najasyi, bahwa Rosululloh telah memberitahukan bahwa salam hormat penghuni surga adalah as-salam. (Shohîhus Sîroh An-Nabawiyyah).
Ini adalah sebagian kecil dari sisi-sisi salam yang Alloh dan Rosul-Nya ajarkan. Masih banyak hal lain yang belum bisa diketengahkan di sini. Semoga bisa diulas kembali pada kesempatan yang lain insya Alloh.
(Diadaptasi dari khutbah Syaikh Abdurrahman As-Sa’di, dll)
Sumber: Majalah Lentera Qolbu Edisi 04 Tahun 02
[1] Syaikh Utsaimin mengatakan bahwa makna assalamu alaika bukan dalam artian nama Alloh atasmu. Meskipun ada sebagian ulama –semoga Alloh mengampuni mereka- mengatakan bahwa maknanya adalah nama Alloh atasmu. Namun maknanya adalah permohonan keselamatan kepada Alloh. (Jalasât Romadhôniyyah)
salam adalah pembuka kata dan silaturahmi 🙂