Resep Nabi Dalam Mendisiplinkan Anak (Bagian 2)

resep nabi disiplin anak 2

Resep Nabi Dalam Mendisiplinkan Anak

Resep ketiga :  Mengenalkan Akhlak Terpuji

Mendidik kedisiplinan anak selaras dengan membiasakan anak berakhlak terpuji. Anak yang terbiasa mengatakan perkataan-perkataan yang baik dan sopan, serta melakukan perbuatan-perbuatan yang mulia, niscaya akan lebih mudah dididik berdisiplin dari pada anak yang jauh dari akhlak tersebut. Kedisiplinan sendiri sebenarnya merupakan bagian dari akhlak yang terpuji.

Kebiasaan-kebiasaan baik yang ada pada diri anak akan semakin cocok dengan kedisiplinan yang dituntut oleh orang tuanya agar melekat pada pribadi anak. Oleh karena itu, jika orang tua hendak menjadikan anaknya sebagai anak yang memiliki kedisiplinan yang baik, hendaknya terlebih dahulu ia mendidik dan memperbaiki akhlak anak.

Mengajarkan akhlak karimah (mulia) kepada anak merupakan hal penting dan harus dilakukan sejak dini. Akhlak terpuji yang ditanamkan kepada anak sejak dini akan melahirkan pribadi yang mulia pada diri anak Ketika ia dewasa. Akhlak penting diajarkan mengingat orang terbaik dan dicintai oleh Allah adalah yang terbaik akhlaknya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :

إنّ من خياركم أحاسنكم أخلاقًا

Artinya: “Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik akhlaknya.” (Muttafaqun ‘alaih).

Abdullah bin Mubarak Rahimahullah mengatakan:  “Kami lebih membutuhkan orang berakhlak meski tak banyak ilmunya dibanding orang yang berilmu luas tetapi tidak berakhlak.”

Akhlak yang baik akan mampu melahirkan kedisiplinan yang baik pula, karena orang yang biasa berakhlak baik memiliki kecenderungan untuk menyikapi sesuatu yang dengan baik, termasuk dalam hal kedisiplinan. Sedangkan akhlak yang baik dapat diupayakan oleh orang tua melalui tiga cara, yaitu (1) mengajarkan anak-anak untuk berkata baik dan bertingkah laku yang secara baik, (2) memberi keteladanan dengan cara mencontohkan langsung kepada anak bagaimana berkata dan bertingkah laku yang baik, dan (3) membiasakan adab-adab islami dalam setiap aktivitas rumah, seperti ketika makan, tidur, masuk rumah, dan sebagainya.

Cara pertama, mengajarkan anak-anak untuk berkata baik dan bertingkah laku secara baik. Mengajarkan perkataan baik kepada anak misalnya meminta anak untuk berdoa ketika hendak makan, minum atau tidur, mengucapkan dan menjawab salam, mengucapkan terima kasih ketika mendapat kebaikan dari orang lain, meminta maaf bila berbuat kesalahan, dan lain sebagainya. Termasuk dalam hal ini adalah meluruskan atau mengoreksi kesalahan perkataan anak dan membimbingnya untuk mengatakan ucapan yang lebih baik. Adapun bertingkah laku secara baik adalah dengan mengajarkan anak mengenai berbagai bentuk tingkah laku yang sesuai untuk dipraktikkan dengan cara bertahap. Misalnya, mengajarkan anak makan dengan tangan kanan, berbagi dengan teman mainnya, mengajarkan anak bersedekah, dan sebagainya.

Cara kedua, memberi keteladanan dengan cara mencontohkan langsung kepada anak bagaimana berkata dan bertingkah laku yang baik. Percayalah, anak tidak akan tumbuh menjadi orang yang berakhlak mulia jika orang tua tidak mempraktikkan akhlak mulia dalam kehidupannya sehari-hari. Anak akan melihat dan mencontoh orang tuanya dalam bersikap kepada anak, tetangga, tamu, dan setiap orang yang dijumpai setiap hari. Jadi, bila kita ingin menjadikan anak kita sebagai orang yang berakhlak mulia, maka tak ada jalan lain kecuali menjadikan diri kita sebagai teladan bagi mereka.

Cara ketiga, membiasakan adab-adab islami dalam setiap aktivitas rumah. Misalnya, ketika makan, anak dibiasakan untuk mencuci tangan sebelum makan, memulai makan dengan baca basmallah atau doa makan, tidak meniup makanan, serta mengakhiri makan dengan memuji Allah (mengucapkan hamdalah atau doa sesudah makan). Dengan kebiasaan yang baik seperti ini, maka anak akan terpola menjadi pribadi yang berdisiplin tinggi, meskipun dalam tataran yang sederhana.

Coba kita bandingkan antara anak yang di dalam rumahnya mendapatkan pendidikan akhlak dari orang tuanya dengan anak yang diabaikan dalam urusan akhlak oleh orang tuanya. Di antara dua anak tersebut, tentu anak yang terbiasa berakhlak baik lebih mudah untuk memiliki karakter disiplin, baik Ketika ia di rumah, di sekolah atau di masyarakat. Oleh karena itu, apabila kita menginginkan anak memiliki kedisiplinan yang baik dalam kehidupannya sehari-hari. Dan anak tidak akan mampu melakukan hal itu, kecuali bila orang tua bersungguh-sungguh dengan penuh kesabaran dalam mendidiknya dan menjadikan dirinya sebagai teladan yang baik bagi anak.

Tips Mengakrabkan Anak dengan Adab Harian  

Kini saatnya kita mengakrabkan anak dengan adab-adab harian yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Berikut ini beberapa tips yang dapat dipraktikkan oleh orang tua dalam rangka membiasakan anak melakukan adab-adab islami dalam keseharian :

  1. Biasakan orang tua (bisa ibu bisa ayah, atau keduanya) menemani anaknya beraktivitas harian, seperti makan, minum, tidur dan sebagainya. Dengan cara ini, orang tua dapat mengerjakan dua fungsi yang sangat bermanfaat bagi anak, yaitu menemani anak dan memberikan bimbingan pada anak saat melakukan aktivitasnya.
  2. Berikan contoh langsung kepada anak. Misalnya, Ketika mau makan, orang tua mengajak anak untuk berdoa dan menunjukkan cara makan yang baik. Kebiasaan baik yang dilakukan secara berulang-ulang akan membentuk pribadi anak yang selalu mempraktikkan hal tersebut.
  3. Belilah (atau buat sendiri) poster tentang adab-adab harian kemudian tempellah di tempatnya masing-masing. Misalnya, poster tentang adab makan ditempel di dekat meja makan, poster adab tidur ditempel di tempat tidur. Dengan demikian secara tidak langsung anak akan senantiasa diingatkan mengenai bagaimana seharusnya ia makan, tidur dan sebagainya.
  4. Sesekali ajaklah teman anak atau kerabat untuk makan di rumah, kemudian orang tua menuntun mereka untuk makan sesuai dengan adab yang ada di dalam Islam. Hal ini akan membuat anak terangsang untuk berusaha mempraktikkan kemampuannya di hadapan teman-temannya, karena satu karakter anak-anak adalah ingin mendapatkan perhatian dari orang yang ada di sekitarnya.
  5. Menegur anak dengan Bahasa tidak langsung jika dia melakukan sesuatu yang menyelisihi adab-adab islami, seperti makan menggunakan tangan kiri, orang tua sebaiknya menegurnya dengan, ”Nak, kalau makan pakai tangan apa, sayang?” Dengan pertanyaan semacam itu, maka memori anak akan segera bereaksi untuk menyimpannya sekaligus membuat folder jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya. InsyaAllah, pada waktu yang akan datang anak tidak akan mengulanginya Kembali.

Resep Keempat : Menghargai Pentingnya Waktu

Kedisiplinan identik dengan pemanfaatan waktu yang efektif dan optimal. Secara umum masyarakat mengatakan bahwa orang yang memiliki disiplin bagus biasanya senantiasa menghargai dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya. Contohnya, seorang guru atau dosen dikatakan disiplin apabila ia selalu tepat waktu dalam mengajar. Begitu pula dengan siswa yang disiplin, ia identik dengan pemanfaatan waktu yang sesuai dengan ketentuan sekolah, seperti masuk dan keluar kelas sesuai waktunya, serta menyelesaikan setiap tugas-tugas sekolah yang dibebankan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

Orang tua yang ingin mendidik anaknya agar memiliki kedisiplinan yang baik, maka ia wajib membimbing anaknya untuk dapat menghargai dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Orang tua harus bisa menjelaskan kepada anak tentang arti pentingnya waktu. Tanamkan pemahaman dalam benak anak bahwa menyia-nyiakan waktu sama seperti menyepelekan umur kita. akan merugilah orang-orang yang selalu menyia-nyiakan waktu yang dimilikinya. Padahal, Allah telah menganugerahi kita umur yang Panjang semata agar kita memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri dan menambah ketakwaan. Sayangnya, Sebagian dari kita justru menyia-nyiakan waktu yang dimilikinya, maka celaka besarlah bagi golongan yang menyia-nyiakan waktunya.

 

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

وهم يصطرخون فيها ربّنآ أخرجنا نعمل صلحا غير الّذى كنّا نعمل أولم نعمّر كم مّا يتذكّر فيه من تذكّر وجآءكم النّذير فذوقوا فما للظّلمين من نّصير

Artinya: “Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, ‘Ya Rabb kami, keluarkanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan amal yang shalih berlainan dengan yang telah kami kerjakan. Dan apakah kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada engkau pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun.” (QS. Fathir : 37)

Ibnu katsir berkata terkait dengan ayat di atas, ”Bukankah kalian hidup di dunia dalam jangka umur Panjang, sekiranya Anda termasuk orang yang dapat memanfaatkannya sepanjang hidupmu.”

Ulama terkemuka dari kalangan tabi’in, Hasan Al-Bashri berkata,” Wahai Adam, sesungguhnya Anda adalah sekumpulan hari-hari. Jika salah satu hari lewat darimu, maka sebagianmu berarti telah lenyap. ”Beliau juga pernah berkata,” Aku mendapati beberapa kaum yang mana mereka lebih menaruh perhatiannya terhadap pentingnya waktu mereka daripada perhatian kalian terhadap urusan dinar dan dirham.”

Mengingat pentingnya waktu yang dimiliki setiap orang, sementara memanfaatkan waktu secara optimal dan efektif juga merupakan bagian dari kedisiplinan, maka orang tua wajib mendidik anaknya untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Jangan sampai anak dibiarkan seharian menikmati waktu libur sekolah hanya sekedar untuk main game atau menonton TV. Aktivitas yang bersifat kebiasaan baik yang rutin hendaknya tetap terjaga, seperti melaksanakan shalat tepat pada waktunya, jadwal makan dan mandi, serta jam anak untuk istirahat.

Rasulullah membagi waktu beliau dalam setiap harinya menjadi tiga bagian yang hampir sama besar. Sepertiga waktu untuk dirinya dan keluarganya, sepertiga waktu untuk umatnya, dan sepertiga waktu untuk Allah. Bagaimana dengan kita?

Jika kita mengikuti pembagian waktu menurut Rasulullah, mungkin akan merasa berat, tetapi setidaknya kita berusaha mengikuti sebaik-baik suri teladan seluruh alam.  Ya, setidaknya dalam sehari semalam ada waktu-waktu yang kita alokasikan hanya untuk beribadah kepada Allah تعالى. Kita harus merencanakan dan mengerjakan amal yaumi (amal harian) agar waktu kita tidak terbuang percuma, tetapi ada pertanggungjawaban kita kepada Allah dengan amal-amal yang telah kita perbuat.

Demikian pula terhadap anak kita, perlu diajarkan pembagian waktu yang menempatkan Sebagian waktunya untuk ibadah. Ajarkan anak terhadap amal yaumi (amal harian) yang secara rutin dapat dipraktikkan anak untuk melatih kedisiplinan terhadap waktu. Hal ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan anak. Misalnya, bangunkan anak Ketika masuk waktu subuh untuk melaksanakan shalat subuh, perintahkan anak untuk mandi pagi, berangkat ke sekolah tepat waktu, dan sebagainya. Sebaiknya orang tua jangan memaksa anak untuk ikut bangun dini hari dan mengerjakan shalat malam sebagaimana yang dikerjakan orang tua, bila anak masih belia dan belum memiliki kekuatan untuk mengerjakannya.

Perhatian terhadap waktu merupakan bentuk dari kedisiplinan yang harus diupayakan sejak dini. Mengondisikan anak untuk memanfaatkan waktu harian adalah kebiasaan yang dapat dilakukan oleh orang tua agar anak dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin, sehingga di dalam dirinya akan lahir kedisiplinan. Inilah salah satu dari sekian banyak tugas orang tua, dan tugas ini tidak akan mungkin berhasil bila orang tua juga tidak pernah bersikap disiplin terhadap waktu yang dimilikinya.

Tips Mendisiplinkan Anak Terhadap Waktu

Mendisiplinkan anak terhadap waktu memang tidak mudah. Akan tetapi bukan berarti tidak mungkin untuk dilakukan. Berikut ini beberapa tips yang dapat dipraktikkan oleh orang tua agar anak disiplin dalam menggunakan waktu yang tersedia baginya:

  1. Biasakanlah anak untuk bangun sebelum subuh, sehingga ia bisa menghargai waktu pagi hari. Mula-mula orang tua selalu membangunkan anak pada waktu tersebut, kemudian beri pengertian kepada anak bahwa ia harus belajar bangun sendiri. Orang tua bisa membantu anak dengan memberikan jam yang ada alarmnya dan memberitahu cara menggunakannya. Dengan cara ini anak akan termotivasi untuk menggunakannya.
  2. Perkenalkan waktu-waktu penting bagi anak. Di antara waktu-waktu penting tersebut antara lain:

Pertama, waktu adzan dikumandangkan. Kenalkan pada anak bahwa adzan yang berkumandang di pagi hari yang masih petang adalah waktu Subuh. Ajarkan pula mengenai berbagai aktivitas yang dikerjakan pada waktu ini dan sesudahnya, seperti melaksanakan shalat subuh, setelah itu membersihkan kamar tidur sendiri, mempersiapkan buku-buku pelajaran, mandi pagi dan sarapan pagi. Begitu pula dengan waktu adzan zhuhur, Ashar, Maghrib dan isya. Kenalkan waktunya, cara membedakannya dan aktivitas apa saja yang harus dilakukan anak pada waktu-waktu tersebut.

Kedua, waktu belajar dan mengaji. Waktu belajar biasanya efektif dilakukan pada waktu ba’da Maghrib hingga isya, sedangkan waktu mengaji bisa mengikuti jadwal Taman Pendidikan Al-qur’an yang diikuti anak. Waktu-waktu ini tidak boleh digunakan untuk bermain, karena telah ada penggunaannya yang harus dikerjakan oleh anak.

Ketiga, waktu tidur. Kenalkan kepada anak waktu yang ia gunakan untuk tidur, baik tidur malam maupun istirahat siang. Biasanya istirahat siang dilaksanakan setelah waktu Zhuhur, dan jangan biarkan anak terlalu lama tidur siang. Alokasikan waktu tidur siang anak maksimal satu jam atau sekedar menghilangkan kelelahan pada diri anak, karena anak juga membutuhkan waktu bermain baginya. Adapun waktu tidur malam sebaiknya setelah isya. Jangan biarkan anak terbiasa menonton televisi hingga malam atau bahkan begadang. Hal semacam ini merupakan kebiasaan buruk yang dapat mengikis kedisiplinan anak terhadap waktu yang dimilikinya.

  1. Usahakan untuk sesering mungkin menemani anak dalam mengerjakan aktivitas rutinnya, seperti belajar, mengerjakan PR, shalat lima waktu dan sebagainya. Manfaatnya adalah orang tua bisa menjadi teman sehingga menghilangkan kebosanan, sekaligus bisa mendidik anak untuk senantiasa menghargai waktu tersebut untuk melaksanakan kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh anak.
  2. Buatlah jadwal harian anak yang dibuat berdasarkan kesepakatan antara anak dan orang tua, kemudian tempellah jadwal itu di kamar tidur anak atau di meja belajarnya. Dengan demikian anak akan termotivasi untuk memenuhi jadwal yang telah dibuatnya sendiri.
  3. Kenalkan waktu di mana anak dapat bermain, sehingga ia akan mengerti bahwa ada saatnya bermain dan ada saatnya beraktivitas yang lain.
  4. Sesekali, ajaklah anak keluar dari rutinitas harian yang mungkin membuat anak bosan. Orang tua bisa mengajak anak rekreasi, tidak harus jauh, tetapi setidaknya keluar rumah untuk menikmati waktu Bersama secara bebas. Hal ini diperlukan sebagai upaya merefresh semangat anak menghadapi rutinitas harian.

Resep Kelima : Buatlah Peraturan, Kemudian Konsistenlah

Nabi adalah orang yang paling konsisten terhadap peraturan yang dibuatnya, baik itu peraturan di dalam keluarganya, masyarakat maupun kenegaraan. Sikap konsisten beliau dibuktikan melalui khutbahnya bahwa seandainya Fatimah, putrinya tercinta, kedapatan mencuri, maka beliau akan memotong tangannya.

Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata, ”Seorang Wanita dari suku Makhzum pernah meminjam barang, namun ia mengingkarinya. Lalu Nabi memerintahkan untuk memotong tangannya. Keluarga Wanita itu mendatangi Usamah bin Zaid untuk meminta keringanan kepada Nabi. Lalu Usamah membicarakan hal itu kepada Nabi. Mendengarnya, Nabi bersabda, “Wahai Usamah, aku tidak ingin melihatmu memintakan dispensasi berkenaan hukum had yang telah ditetapkan oleh Allah.

Tips Membuat Aturan di Rumah

Berikut ini beberapa cara efektif membuat aturan di rumah, sehingga anak tidak merasa keberatan dalam menunaikannya:

  1. Buatlah aturan yang sederhana agar anak dapat mengingatnya. Aturan yang terlalu Panjang justru akan membuat anak merasa terbebani.
  2. Sertakan anak dalam membuat aturan, sehingga ia akan merasa memiliki aturan tersebut. Hal ini diharapkan dapat meyakinkan anak agar tidak merasa dibebani dengan aturan yang dibuat.
  3. Tulislah aturan itu sebagai bentuk dari keseriusan dengan mempersingkat menjadi tiga sampai dengan lima kalimat. Hal ini di maksudnya agar anak mampu mengingat dan mengulangi kalimat tersebut dengan baik. Kalimat yang dibuat langsung menitikberatkan kepada aturan . Contohnya, ”Shalat tepat pada waktunya.

Tips Agar Anak Mematuhi Perintah Orang Tua

Kebiasaan buruk orang tua Ketika menghendaki anaknya untuk melakukan instruksi dari orang tua adalah dengan memberikan janji-janji dan ancaman. Hal ini sangat tidak baik bagi perkembangan mental anak. Berikut ini beberapa Langkah yang mungkin bisa dijadikan sebagai upaya orang tua agar anak mematuhi perintah dari orang tua atau aturan rumah secara umum.

  1. Pergunakanlah kalimat perintah yang dipahami oleh anak. Apalagi jika anak masih berusia belia, maka memilih kalimat yang dipahami oleh anak menjadi sangat penting.
  2. Perintah harus benar-benar sanggup dilakukan oleh anak. Misalnya, orang tua meminta anak menghabiskan makanannya, padahal anak tidak menyukai makanan tersebut. Maka sampai kapan pun anak akan menolak makan karena memang ia tidak pernah ingin memakan makanan tersebut.
  3. Perintah dalam batas wajar atau tidak membuat anak kewalahan. Misalnya, orang tua memerintahkan anaknya dengan sekian banyak perintah yang harus dilakukan oleh anak. Anak akan merasa bingung untuk memilih manakah perintah orang tua yang harus dilaksanakan terlebih dahulu.
  4. Perintah cukup diulang sekali. Terlalu sering mengulang perintah akan membuat anak menjadi sebal terhadap orang tuanya.
  5. Berilah contoh langsung bagaimana melakukannya. Misalnya, Ketika orang tua menyuruh anaknya memasukkan mainannya ke dalam keranjang, maka orang tua turut serta memasukkannya, sehingga anak termotivasi karena merasa ada yang membantunya.
  6. Jadikan sebagai kegiatan yang menyenangkan anak. Misalnya, orang tua memerintahkan anaknya untuk tidur malam dengan membawa buku cerita yang siap dibacakannya mengiringi anaknya tidur. Anak akan merasa senang untuk segera tidur, karena ada cerita yang hendak ia dengarkan sebelumnya.
  7. Berikan pujian jika anak memenuhi perintah orang tua. Pujian harus dilakukan secara obyektif, wajar dan tidak berlebihan. Akan tetapi jangan terlalu sering memberikan pujian karena akan berdampak pada berkurangnya nilai pujian di benak anak.
  8. Sesekali, bersikap tegas bila anak tidak mematuhi perintah orang tuanya. Misalnya, kita meminta anak untuk tidak duduk dekat televisi ketika anak menonton televisi. Bila anak tidak menurut, maka tariklah tubuhnya agar menjauh dari televisi, dan jangan lupa memberikan alasan mengapa kita melakukan hal tersebut.
  9. Sering-seringlah merujuk pada aturan yang telah disepakati Bersama, jika anak hendak atau telah melanggarnya.

Resep Keenam : Membimbing Anak Memahami Konsekuensi.

Anak lebih banyak tidak tahu daripada tahu. Jika ia mengetahui perbuatan baik, maka ia akan berjalan dengan Langkah yang terpuji. Akan tetapi jika ia hanya mengetahui sesuatu yang buruk, maka ia cenderung mengikuti yang buruk itu. Adlah tugas orang tua memberikan penjelasan dan pemahaman kepada anak mengenai sesuatu yang boleh atau tidak boleh dilakukannya, serta menunjukkan apa konsekuensi dari perbuatan tersebut.

Ada aturan dan ada konsekuensi terhadap pelanggaran aturan tersebut. Hal itulah yang harus dijelaskan kepada anak agar ia memahami hukuman yang diberikan orang tua Ketika dirinya melanggar aturan tersebut. Namun perlu diingat, jangan menakut-nakuti anak Ketika menjelaskan konsekuensi dari sebuah pelanggaran tertentu, serta jangan pula orang tua menentukan konsekuensi berupa hal-hal yang berdampak negatif.

Orang tua juga perlu memahamkan kepada anak bahwa konsekuensi yang diambil adalah tindakan positif yang bermanfaat bagi anak. Misalnya, saat anak melanggar aturan, orang tua memberikan konsekuensi dengan meminta anak membaca buku di kamar. Orang tua harus memahamkan anak bahwa membaca adalah kegiatan yang baik dan sangat bermanfaat. Jangan sampai orang tua lupa menjelaskannya, sehingga anak dapat memiliki persepsi bahwa membaca sebagai momok yang menakutkan.

Terangkan kepada anak mengapa anak harus mematuhi aturan atau perintah dari orang tua. Jelaskan manfaat dari mematuhi peraturan atau perintah dari orang tua. Jelaskan manfaat dari mematuhi aturan atau perintah dari orang tua, sehingga anak menjadi bersemangat Ketika memenuhinya. Sebaliknya, terangkan pula mengenai konsekuensi yang harus diambil orang tua jika anak melanggarnya. Dengan demikian ada pilihan bagi anak antara mengikuti aturan orang tua atau melanggarnya, dan anak telah mengetahui konsekuensi dari masing-masing pilihan tersebut.

Contoh sederhana adalah perkara shalat. Jika anak tidak mau shalat, maka orang tua secara syar’i diperkenankan untuk menghukum anak agar dia bergegas mengerjakan shalat. Hal ini berlaku bila usia anak sudah mencapai sepuluh tahun.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :

مروا أولادكم بالصّلاة وهم أبناء سبع واضربوهم عليها وهم ابناء عشر وفرّقوا بينهم في المضاجع

Artinya: “Perintahkanlah anakmu supaya shalat ketika berumur tujuh tahun dan pukullah mereka (bila tidak mau shalat) ketika berumur sepuluh tahun, serta pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Al-Hakim dan Baihaqi).

Tips Efektif Menjelaskan Konsekuensi Perbuatan

Berikut beberapa cara yang digunakan orang tua dalam menjelaskan konsekuensi perbuatan yang melanggar aturan kepada anak :

  1. Katakan dengan singkat dan sederhana. Contohnya, ”Adik, kalau kamu tidak mau makan, ibu tidak akan memberi uang jajan.” Kalimat tersebut menjelaskan konsekuensi kepada anak jika tidak bersedia makan, maka ia tidak akan mendapatkan uang jajan. Anak akan mengerti langsung terhadap kalimat yang disampaikan ibunya.
  2. Biasakan dialog dengan anak untuk menjelaskan sebuah konsekuensi dari perbuatan yang tidak baik hindari kata-kata perintah yang kasar seperti, ”Adik, jangan jadi pemalas, bersihkan kamarmu! ”Sebaiknya berikan kesempatan kepada anak untuk menyatakan pendapatnya dengan mengatakan pertanyaan, ”Menurut Adik, kalau kamar Adik kotor baik atau tidak?”
  3. Perhatikan situasi dan kondisi ketika menyampaikan penjelasan kepada anak. Pilih waktu yang tepat dan santai untuk berbicara yang ‘serius’ dengan anak, jangan ketika anak sedang asyik bermain.

 

Diringkas oleh : Dewi Sartika (pengajar di ponpes darul Qur’an wal Hadits)

Judul : Resep Nabi Dalam Mendisiplinkan Anak

Judul Buku : Gantungkan Cambuk dirumahmu

Cetakan pertama : Juli 2012

Karya : Abu ilyas Mu’afa

Penerbit : Nabawi Publising

Editor : Muhammad Albani

Penulis : Asadullah Al-Faruq

 

BACA JUGA :

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.