Puasa sunnah menurut agama islam merupakan salah satu bagian ibadah sunnah yang dilakukan untuk mendapatkan cinta atau kasih sayang Allah. Puasa sunnah terasa lebih berat daripada puasa wajib, sebab dalam pelaksanaan puasa sunnah, kita sering kali merasa “terpaksa”. Apalagi puasa sunnah yang kategorinya sebagai puasa “ikut”, seperti puasa tarwiyah dan arafah. Disebut sebagai puasa “ikut” karena kita berpuasa tarwiyah dan arafah, berdasarkan pelaksanaan haji bagi orang islam yang sedang berhaji. Ada juga puasa sunnah yang terasa seperti puasa wajib, sehingga pengamal merasa sebagai puasa wajib, merasa “terpaksa” harus menjalankannya. Puasa sunnah semacam ini, biasanya dilatarbelakangi keinginan tertentu, misalnya sebagai persyaratan ritual keilmuan tertentu.
Namun apapun bentuk puasa, wajib ataupun sunnah, seperti puasa tarwiyah dan arafah, semuanya akan dapat dijalankan. Puasa wajib ataupun sunnah dapat dilaksanakan oleh siapa saja atau semua orang. Ada dua syarat utama yang harus dipenuhi agar kita bisa dan mampu berpuasa. Yaitu: pertama, adanya kemauan dan niat. Kedua, bersahur diawal waktu.
Hendaklah seorang muslim yang menginginkan kebahagiaan di sisi Allah, dia tidak mencukupkan diri dengan sesuatu yang diwajibkan oleh Allah saja. Namun di samping dia melaksanakan sesuatu yang wajib, hendaknya dia juga mengiringinya dengan sesuatu yang sunnah, yang salah satu manfaat dari amalan sunnah ialah menjadi penyempurna amalan yang wajib seandainya ada kekurangan dalam melaksanakan sesuatu yang diwajibkan oleh Allah. Maka berikut akan saya sampaikan beberapa masalah yang berkaitan dengan puasa-puasa sunnah.
1. Puasa Enam Hari Pada Bulan Syawal
Setelah berpuasa di bulan Ramadhan, di sunnahkan bagi kaum muslimin untuk berpuasa enam hari di bulan syawal. Dan puasa enam hari ini tidak disyaratkan harus dilakukan secara beruntun akan tetapi boleh dilakukan secara terpisah pisah yang penting puasa enam hari ini semuanya dilakukan selama bulan syawal. Adapun keutamaan puasa enam hari di bulan syawal adalah seperti berpuasa sepanjang masa.
Dari Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ صَام رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ, كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Artinya: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan, lalu dia mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan syawal, maka seolah-olah dia seperti puasa sepanjang masa” (HR. Muslim dalam shahihnya)
Dikatakan seperti puasa sepanjang masa karena suatu kebaikan akan dilipatgandakan sepuluh kali lipat oleh Allah. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
مَنْ جَاءَ بِاُلْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْر ُأَمْثَالِهَا
Artinya: “Barangsiapa membawa awal yang baik,maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.” (QS. al-An’an: 160)
Sehingga puasa satu bulan Ramadhan seperti sepuluh bulan,lalu puasa enam hari di bulan syawal seperti dua bulan,maka genaplah dua belas bulan atau satu tahun.
2. Puasa Di Bulan Al-Muharram, Lebih Khusus Tanggal 9 Dan 10 Pada Bulan Tersebut
Secara umum kaum Muslimin disunnahkan untuk banyak berpuasa pada bulan al-Muharram. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْر ُاللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيْضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
Artinya: “Paling afdhal nya puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa dalam bulannya Allah,yaitu bulan al-Muharram, dan paling afdhalnya shalat setelah shalat fardhu adalah qiyamul lail (shalat malam). (HR. Muslim, dari sahabat Abu Hurairah)
Sahabat Abdullah bin Abbas pernah ditanya tentang puasa ‘Asyura’ maka beliau menjawab, “Saya tidak mengetahui Rasulullah berpuasa pada suatu hari yang lebih berharap untuk mendapat keutamaannya jika dibanding dengan hari-hari yang lainnya kecuali hari ini (‘Asyura’), dan tidak pula lebih berharap mendapatkan keutamaan satu bulan kecuali pada bulan ini, maksudnya adalah bulan Ramadhan.
Di samping berpuasa tanggal 10 al-Muharram, disunnahkan pula untuk berpuasa sehari sebelumnya, yaitu pada tanggal 9 al-Muharram. Ini dilakukan dalam rangka menyelisihi perbuatan puasanya orang-orang Yahudi yang hanya berpuasa pada tanggal 10.
Abdullah bin Abbas menjelaskan lagi, bahwasannya ketika Rasulullah berpuasa pada hari ‘Asyura’ dan Beliau memerintahkan para sahabat untuk berpuasa, mereka berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani.” Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
Artinya: “Tahun depan, insyaAllah kita akan berpuasa tanggal 9” (HR. Muslim dalam shahihnya)
3. Banyak Berpuasa Pada Bulan Sya’ban
Ketika dating bulan Sya’ban, Rasulullah banyak berpuasa di bulan tersebut, bahkan hampir-hampir beliau berpuasa sepenuhnya,kecuali hanya beberapa hari beliau tinggalkan tidak berpuasa di dalamnya. Dalam haditsm nabi shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولُ: لاَ يُفْطِرُ، وَ يُفْطِرُحَتَّى نَقُولَ: لاَ يَصُومُ، وَمَارَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍقَطُّ إِلاَرَمَضَانَ وَمَارَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍأَكْثَرَمِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ
Artinya: “Pernah Rasulullah berpuasa terus sampai-sampai kami mengatakan beliau tidak beruka puasa, dan sampai-sampai kami mengatakan beliau tidak berpuasa. Dan tidaklah saya melihat Rasulullah menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali pada bula Ramadhan, dan tidaklah saya melihat beliau dalam satu bulan banyak berpuasa daripada saat bulan sya’ban. (Muttafaqun Alaih)
Mengkhususkan hari pertengahan dari bulan Sya’ban (Nishfu Sya’ban) untuk berpuasa itu bid’ah. Ini berlaku bagi siapa saja yang tidak biasa memperbanyak puasa pada bulan Sya’ban dan tidak berpuasa tiga hari putih (ayyam al-bidh), karena tiada satu hadits shahih pun dari Nabi yang bertutur tentang hal itu. Berikut beberapa puasa sunnah yang dianjurkan:
1) Hari Senin Dan Kamis
Dari Usamah bin Zaid, dia berkata, sesungguhnya Nabi Allah biasa berpuasa pada hari senin dan kamis,lalu beliau ditanyai tentang puasa itu, maka beliau Shallallahu Alaihi Wasallam menjawab:
إِنَّ أَعْمَالُ الْعِبَادِ تُعْرَضُ يَومَر الاِثْنَيْنِ وَيَومَ الْخَمِيسِ
Artinya: “Sesungguhnya amalan-amalan hamba Allah itu dihadapkan setiap hari Senin dan hari kamis.” (HR. Tirmidzi dalam sunannya)
2) Tiga Hari Setiap Bulan
Dari Abdullah bin Amru Radhiyallahu Anhuma, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda kepada:
صُوم (مِنْ كُلِّ شَهْرٍ) ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ، صوم الدهر كله
Artinya: “Berpuasalah kamu tiga hari (setiap bulan), maka puasa tiga hari setiap bulan itu seperti berpuasa sepanjang masa.” (Muttafaqun Alaih)
3) Berpuasa Sehari Dan Berbuka Sehari
Dari Abdullah bin Amru Radhiyallahu Anhuma, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
أحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى صِيَامُ دَاوُدَ،كَانَ يَصُوْمُ يَوْمًا وَيُفْطِرُيَوْمً
Artinya: “Puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Nabi Daud, dia berpuasa sehari dan berbuka sehari.” (Muttafaqun Alaih)
Ringkasnya seperti ini:
Disunnahkan agar engkau tidak melewatkan satu bulan pun tanpa puasa. Dari Aisyah, dia berkata: “Demi Allah, tidaklah beliau maksudnya Rasulullah berpuasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan sampai beliau berpulang kepada Allah.
Dan kitab oleh membatalkan puasa ketika berpuasa sunnah, bahwasannya Rasulullah masuk ke rumah Ummu Hani’ pada hari Fathul Makkah, lalu beliau diberi minuman, lantas beliau meminumnya. Kemudian Beliau memberikannya kepadanya. Dia berkata, “Saya sedang berpuasa.” Maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berkata:
إِنَّ الْمُتَطَوِّعَ أَمِيْرٌعَلَى نَفْسِهِ، فَإِنْ شِئْتِ قَصُومِي، وَإِنْ شِئْتِ فَأَفْطِرِيْ
Artinya: “Sesungguhnya orang yang berpuasa sunnah itu berkuasa terhadap dirinya. Jika kamu menghendaki berpuasalah dan jika kamu menginginkan maka berbukalah (membatalkan puasa).” (shahih, HR. Tirmidzi, Ahmad, dll)
Selain dari beberapa penjelasan diatas, seorang istri jika tidak dibolehkan Berpuasa sunnah Ketika suaminya ada di rumah kecuali dengan izin sang suami. Ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwasannya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
لاَ تَصُوْمُ المَرْأَةُ وَبَعْلُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ
Artinya: “Seorang istri tidak boleh berpuasa sunnah sedang suaminya ada dalam rumah kecuali dengan izin sang suami.” (shahih, HR. Muslim dalam shahihnya)
Ini larangan pengharaman, akan tetapi itu hanya berlaku pada puasa sunnah saja. Adapun puasa yang diwajibkan atas seorang Wanita, maka dia harus melaksanakan puasa tersebut, tanpa harus menunggu izin suaminya.
Ada juga beberapa hari yang dilarang berpuasa padanya diantaranya:
hari Idul Fitri dan Idul Adha, karena berpuasa pada kedua hari ini hukumnya haram, menurut ijma’ ulama. Dari Umar bin Khaththab, dia berkat, “Inilah dua hari yang Rasulullah melarang orang berpuasa padanya: hari berbukanya kalian dari puasa kalian (Idul Fitri) dan hari lain yang kalian makan Sebagian dari Binatang qurban kalian.
Dan Hari-hari tasyriq (hari kedua, ketiga, dan keempat dari hari-hari Idul Adha), dari Aisyah dan Ibnu Umar, keduanya berkata, “Tidak diberikan keringanan pada hari-hari tasyriq itu untuk dipuasai, kecuali untuk orang yang tidak memakai hadyu.
Puasa sunnah juga memiliki manfaat untuk Kesehatan tubuh. Diantaranya dapat membersihkan racun yang ada dalam tubuh kita, meremajakan sel kulit, mengistirahatkan system pencernaan, mengurangi gula darah, menurunkan berat badan, membantu menahan ngemil makanan dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Referensi
Nama penulis: Ust. Abdul Khaliq
Di buat oleh: Delvina Zahra (pengabdian DQH)
Sumber: al-Mawaddah “imunisasi antara konspirasi dan fakta” jumadal ula 1437 H
Tanggal di buat artikel: 22 september 2023
BACA JUGA :
Leave a Reply