Sesungguhnya di antara kewajiban yang besar dan tanggung–jawab agung yang wajib atas seorang hamba untuk memberikan atensi besar kepadanya dalam kehidupan adalah anak–anaknya, dengan mentarbiyahi, mendidik, membimbing dan mengarahkan mereka. Sebab, anak–anak termasuk amanah besar yang Allah perintahkan untuk memperhatikan dan menjaganya.
Allah menyebutkan bahwa menjaga amanah dan memperhatikanya termasuk sifat–sifat kaum mukminin. Allah berfirman:
والذين هم لأمنتهم وعهدهم رعون
Dan orang – orang yang memeihara amanat – amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (QS. Al Ma’arij / 7: 32)
Allah telah mengamanatkan kepada mereka anak–anak dan mewajibkan atas mereka hak–hak dan kewajiban–kewajiban, dan menjadikannya sebagai bentuk ujian bagi para ayah. Bila mereka melaksanakanya dengan baik terhadap anak–anak mereka, sebagaimana Allah memerintahkan mereka, maka bagi mereka di sisi Allah pahala yang besar dan ganjaran yang agung. Namun, bila mengabaikannya, sungguh mereka telah menempatkan diri mereka pada ancaman hukuman sesuai dengan tingkat pengabaian yang mereka perbuat. Mengingat urgensi masalah ini, inilah beberapa pilar dan asas terpenting yang semestinya diperhatikan oleh setiap orang tua agar terwujud kesalehan anak–anak.
PILAR PERTAMA: Memilih istri yang shalihah.
Pilar pertama dalam melakukan tarbiyah kepada anak–anak adalah memilih istri shalihah. Sebab istri yang shalihah akan membantu suami dalam mentarbiyahi anak–anak, membina dan menumbuhkembangkan mereka dengan cara yang baik. Seandainya, ia pun tidak membantu dalam mendidik anak, setidaknya tidak menjadi sebab keburukan bagi agama dan akhlak mereka. Anjuran dari Rosulullah untuk memilih wanita shalihah sebagai pendamping hidup. Beliau bersabda:
Wanita dinikahi karena empat sebab: karena kekayaan, kemuliaannya, kecantikan rupanya, dan karena agamanya,. Maka pilihlah wanita yang beragama, agar engkau beruntung. (Al Bukhari no; 5090 dan muslim no; 1466)
PILAR KEDUA: Berdoa
Di antara tonggak penting dalam mentarbiayah seorang anak adalah mendoakan kebaikan bagi anak–anak. Doa dilakukan sebelun dan setelah mereka lahir. Kedua orang tua berdoa agar Allah memberikan kepada mereka keturunan yang shalih. Dan mendoakan anak–anak setelah Allah memberikan mereka anak–anak supaya diberikan hidayah, kesalehan pribadi, dan istiqamah serta teguh diatas agama, dalam rangka meneladani para Nabi, sebagaimana Allah firmankan tentang Nabi Ibrahim bahwa ia mengatakan:
رب هب لى من الصلحين
Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku(seorang anak) yang termasuk orang–orang shaleh.(QS. Ash- Shaffaat/37: 100)
Diantara doa ibadurrahman (para hamba Allah ar Rahman) yang Allah memuji mereka:
والذين يقولون ربنا هب لنا من أزوجنا وذريتنا قرةأعين واجعلنا للمتقين إماما
Wahai Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami istri–istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang–orang yang bertakwa.(QS. Al- Furqan/25: 74)
Diantara nikmat Allah dan kemuliaan dari–Nya, Allah menjadikan doa bagi anak–anak doa yang mustajab yang tidak tertolak. Rasulullah bersabda:
Tiga doa mustajab yang tidak diragukan lagi padanya: doa orang tua, doa musyafir, dan doa orang yang teraniaya.(HR. Abu Dawud dan at- Tirmizi. Hadits shahih. Lihat as- Shahihah no.596)
Maka, Seyogyanya diperhatikan oleh orang tua agar tidak mendoakan keburukan bagi anak mereka, apalagi saat dirundung emosi. Jangan sampai mereka begitu mudahnya melontarkan ucapan doa keburukan bagi anak – anak, yang kemudian terkabulkan, lalu mereka berdua hanya bisa menyesalinya.
PILAR KETIGA: Memilih Nama – nama baik bagi anak
Di antara hal yang mendukung proses pendidikan yang baik bagi anak adalah pemberian nama yang baik dan indah bagi anak–anak mereka, yang mengikat mereka dengan ketaatan kepada Allah. Nama–nama baik dan indah bagi anak akan mengingatkan hubungannya dengan kebaikan dan ibadah serta hal yang terpuji lainnya. Hal itu akan memunculkan pengaruh positif, sebagaimana dikatakan dalam perumpamaan “setiap orang memiliki bagian dari namanya”.
PILAR KEEMPAT: Bersikap Adil
Asas yang pentig lainya dalam mentarbiyahi anak–anak adalah sikap orang tua yang adil terhadap mereka dan menjauhi bersikap dzalim, berat sebelah dan curang. Karena sikap adil akan terciptanya kasih sayang, cinta dan bakti mereka terhadap orang tua.
Dari Nu’man bin Basyir bahwa Ayahnya memberikan sebidang tanah, sementara sang ibu meminta dari ayahnya mempersaksikan pemberian itu kepada Rasululloh. Tatkala sampai ke Rosululloh, Beliau bertanya kepadanya: ‘Apakah seluruh anakmu kamu beri seperti ?’. Ia menjawab, ,”Tidak”. Maka, Rasulullah bersabda, ‘Bertakwalah kalian kepada Allah dan berlakulah adil terhadap anak–anak kalian”.(HR Al Bukhari no. 2587)
Dalam riwayat lain,”Apakah engkau senang bila mereka sama baktinya kepadamu”. Ia menjawab, “Ya”. Nabi berkata, “ Maka jangan begitu”. (HR. Muslim no. 1623)
Maka, ini merupakan tahdzir (peringatan) dari perbuatan ketidak adilan atau zhalim.
PILAR KELIMA: Bersikap lembut dan sayang
Sikap kelemahlembutan adalah sikap yang Allah dan Rasulullah cintai. Sikap lembut dalam mendidik, anak dan mempergauli mereka dengan kasih sayang dan baik, serta menjauhi sikap keras, kasar dan acuh. Nabi bersabda:
“Sesungguhnya kelembutan itu tidak ada pada sesuatu kecuali akan menghiasinya dan tidak dicabut dari sesuatu kecuali akan menjelekkannya.” (HR. Muslim no. 2594)
Kelemahlembutan dan kasing sayang sebab orang tua mudah untuk menasehati mereka,mengarahkan anak-anak kepada kebaikan, maupun sebaliknya mudah mereka merespon dan menerimanya.
PILAR KEENAM: Sering memberi nasehat dan bimbingan
Rutin dalam memberikan nasehat dan bimbingan terhadap anak–anak, terutama pada urusan–urusan yang luhur, akhlak–akhlak yang mulia, dengan mulai lebih dahulu penanaman aqidah yang lurus, mengajarkan kewajibaan–kewajiban agama, rukun–rukun islam dan seluruh perintah syari’at. Demikian pula, ketika akan melalarang dan memperingatkan dimulai dengan peringatan dosa–dosa besar dan kemudian diterangkan larangan –larangan syari’at lainnya.
Di antara nasehat luhur yang sangat bermanfaat yaitu nasehat–nasehat dari Lukman Al Hakim terhadap anak–anaknya yang termaktup dalam qur’an surat Luqman yang intinya adalah Beliau memulai nasehatnya kepada sang anak dengan penanaman tauhid, lalu pada nasehat kedua memerintahkan anak untuk berbakti kepada orang tua. Setelah itu beliau mengingatkan anak tentang ilmu Allah yang meliputi semua makhluk-Nya. Maka, pada nasehat ini ada isyarat tentang pentingnya muraqobah anak kepada Allah dalam seluruh perbuatanya.
Termasuk dalam nasehat dan bimbing kepada anak–anak, orang tua menjauhkan anak-anak dari segala yang merusak akhlak dan agama mereka, seperti mendengarkan music, menyaksikan chanel–chanel TV yang merusak, memainkan alat–alat music, sebagaimana juga menghindari berpergian dengan anak–anak ke tempat–tempat yang diharamkan.
PILAR KETUJUH: Memilih teman yang baik bagi anak
Temam mempunyai potensi mempengaruhi perilaku anak. Nabi shalallohu “alaihi Wassalam bersabda:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu akan mengikuti kebiasaan teman karibnya. Maka, hendaklah seseorang dari kalian melihat–lihat siapa yang menjadi sahabatnya” (HR Abu Dawud no.4833)
Pada masa sekarang, ada jenis kawan atau teman mengobrol yang baru, yang dahulu belum ada. Dengan demikian, pengaruhnya tidk lebih kecil dari teman di dunia nyata. Yaitu, Chanel–chanel parabola, situs–situs internet, media social yang tersedia di smartphone yang bisa dibawa oleh anak -anak masa kini kemanapun mereka berada, di rumah, saat keluar. Perangkat–perangkat ini bila tidak dibawah pengawasan orang tua, maka bahayanya akan sangat besar pada akal, agama, akhlak dan perilaku anak–anak. Berapa banyak pemuda–pemudi berperilaku sesat, menyimpang karenanya, dan berakhir dengan melakukan perbuatan–perbuatan keemungkaranyang parah, petaka yang besar, yang hanya Allah saja yang mengetahui ujung pangkalnya.
PILAR KEDELAPAN: Keteladanan yang baik
Pilar yang lain dalam mendidik anak adalah orang tua menjadi teladan baik bagi anak–anak mereka. Apabila ia memerintahkan mereka berbuat kebaikan, ia mesti bersemangat untuk bersegera melakukannya terlebih dahulu.. Jika ia melarang mereka dari sesuatu, ia menjadi orang yang paling jauh darinya. Jangan sampai lisannya berbeda di satu tempat, sementara perbuatannya di tempat yang lain, sehingga menimbulkan kontradiksi, kegoncangan yang besar pada pandangan anak–anak, yang akan mengakibatkan anak–anak mengabaikan nasehatnya dan pembinaan dari orang tua. Para ulama menyatakan bahwa keteladanan melalui praktek lebuh membekas dari pada keteladanan dengan ucapan semata.
PENUTUP
Demikianlah sekelumit pemaparan tetang pilar–pilar yang akan membantu dalam proses tarbiyah anak–anak, pembinaan dan perbaikan akhlak mereka, agar seorang muslim tahu bahwa dengan memperhatikan pilar-pilar ini dan menerapkannya, akan menjadi orang pertama yang akan menuai buah dari tarbiyah tersebu, saat masih hidup dan setelah meninggal.
Pada masih hidup, anak–anak akan menjadi keturunan yang berbakti kepadanya, menjaga hak–haknya, tidak mendurhakainya. Adapun setelah meninggal, anak–anak akan bersemangat untuk mendoakan kedua orang tuanya.
Perlu ada catatan di sini bahwa pembahasan pendidikan anak merupakan masalah yang besar dan penting, sehingga menjadi kewajiban orang tua untuk menaruh perhatian yang besar dan extra terhadapnya. Sebab, kerusakan anak – anak umumnya disebabkan oleh pengabaian orang tua terhadap masalah tersebut.
Masalah lain yang seyogyanya diperhatikan juga yaitu bertawwakal kepada Allah apabila telah menempuh macam cara dan memperhatikan pilar–pilar dalam mendidik anak. Hati tidak boleh terlalu bergantung pada faktor–faktor tersebut.
Semoga Allah senantiasa membantu kita untuk mendidik anak–anak dan mengarahkan mereka dengan benar. Dan semoga Allah berkenan memperbaiki keadaan mereka dan menyelamatkan mereka dari fitnah, baik yang tampak atau tersembunyi, dan menjadikan mereka para pemberi petunjuk yang mendapatkan hidayah dari Allah , bukan orang yang sesat atau menyesatkan orang lain. Aamiin.
Sumber: PILAR – PILAR MENDIDIK ANAk USTADZ ASHIM BIN MUSTHOFA . Lc
majalah As – Sunnah vol.07 THN XXII, November 2018M/Rabi’ul Awwal 1440H “Baituna” hal : 1-6
Leave a Reply