Nikmat dan Siksa di Alam Barzakh
Perlu diketahui bahwa salafus shalih dan para imam mereka berpendapat, apabila mayat meninggal, ia akan mendapatkan nikmat atau azab. Hal itu menimpa ruh dan jasadnya. Ruh itu masih tetap ada setelah berpisah dari badan dan bisa merasakan nikmat atau azab, Selain itu, ruh berhubungan dengan jasad, hingga secara bersama-sama merasakan nikmat atau azab.
Apabila kiamat kubra telah tiba, ruh-ruh itu dikembalikan pada jasadnya masing-masing. Kemudian, mereka bangkit dari kubur untuk menghadap kepada Rabb semesta alam. Cukup banyak dalil-dalil dari Al-Kitab dan As-Sunnah yang berbicara mengenai hal itu, berikut sebagiannya:
Di antara dalil-dalil dari Al-Kitab ialah firman Allah Subhanahu Wata’ala:
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30)
Artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30).
Golongan ahli tafsir berpendapat, “Kalimat itu diucapkan kepada mereka pada waktu meninggal. Sebab, kalimat ini diarahkan kepada jiwa yang telah terpisah dari jasad dan keluar darinya.”
فَوَقَاهُ اللَّهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا ۖ وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ (45) النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا ۖ وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ)46(
Artinya: “Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan pelang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat), ‘Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”. (QS. Ghafir: 45-46).
Allah menyebutkan dua jenis azab di dua tempat; barzakh dan akhirat dengan sangat jelas, serta tidak mengandung pengertian selainnya. Sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu Wata’ala:
فَذَرْهُمْ حَتَّى يُلَقُوا يَوْمَهُمُ الَّذِي فِيهِ يُصْعَقُونَ يَوْمَ لَا يُغْنِي عَنْهُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا وَلَا هُمْ يُنصَرُونَ وَإِنَّ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا عَذَابًا دُونَ ذَلِكَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: “Maka biarkanlah mereka hingga mereka menemui hari (yang dijanjikan kepada) mereka, yang di dalamnya mereka dibinasakan, (yaitu) hari ketika tidak berguna bagi mereka sedikit pun tipu daya mereka dan mereka tidak ditolong. Dan sesungguhnya untuk orang-orang yang zalim ada azab selain daripada itu. Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Ath-Thûr: 45-47)
Azab yang tersebut dalam ayat ini bisa berupa azab dalam bentuk pembunuhan dan lainnya di dunia. Pun bisa berarti siksa yang akan mereka rasakan di alam barzakh. Barangkali, yang kedua inilah yang lebih dekat dengan kebenaran. Pasalnya, mayoritas dari mereka telah meninggal tanpa merasakan siksa di dunia. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَلَنُذِيقَتُهُم مِّنَ الْعَذَابِ الأدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (2)
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami pasti akan merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. As-Sajdah: 21).
Ibnu Abbas menjadikan ayat ini sebagai dasar adanya siksa kubur. Hal ini yang menunjukkan, betapa dalam keilmuan Ibnu Abbas tentang Al-Quran dan sungguh detail pemahamannya. Di dalam ayat ini, Allah memberitahukan bahwa mereka mendapat dua siksa; siksa yang dekat dan siksa yang lebih besar.
Allah memberitahukan bahwa Dia akan menimpakan sebagian siksa yang dekat tersebut agar mereka mau kembali (ke jalan yang benar). Ini menunjukkan, mereka masih mendapat siksa terdekat lain yang akan ditimpakan kepada mereka setelah siksa dunia ini (maksudnya, siksa kubur). Inilah yang menunjukkan adanya siksa kubur. Karena itu, renungkanlah!
Di antara dalilnya lagi ialah firman Allah, “Maka mengapa ketika nyawa sampa di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripals kamu, tetapi kamu tidak melihat, maka mengapa jika kamu merasa tidak dikuasai (oleh Allah)? Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya), jika kamu adalah orang-orang yang benar?
Adapun jika ia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah maka ia memperoleh ketentraman dan rezeki serta surga kenikmatan. Dan adapun jila is termasuk golongan kanan, maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan
Dan adapun jika ia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat, maka ia mendapat dangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam Jahannam. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabb-mu Yang Mahabesar.” (QS. Al-Waqi’ah: 83-96).
Di sini Allah menyebutkan seluk beluk ruh ketika mati. Pada awal surat ini, Dia menyebutkan seluk beluknya pada hari kebangkitan yang besar. Allahklebih mendahulukan yang ini, karena ia lebih penting dan lebih layak untuk disebutkan. Allahkmembagi mereka menjadi tiga bagian pada saat meninggal, seperti halnya Dia membagi mereka menjadi tiga bagian di akhirat.
Dalil-dalil As-Sunah yang Menetapkan Siksa Kubur
Ibnu Abbas menyatakan bahwa Nabi melalui dua kuburan kemudian bersabda:
إِنَّهُمَا يُعَذِّبَانِ وَمَا يُعَذِّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَبْرِئُ مِنَ الْبَوْلِ، أَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ
Artinya: “Sesungguhnya kedua kubur ini tengah disiksa. Keduanya disiksa bukan lantaran dosa besar. Salah satunya disiksa lantaran tak bersuci dari kencing. Sedang yang lain disiksa karena senang berbuat namimah (mengadu domba).” Lalu beliau meminta pelepah kurma dan membelahnya menjadi dua, kemudian bersabda:
لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسًا
Artinya: “Semoga siksa keduanya diringankan selama kedua pelapah kurma ini belum kering.”[1]
Zaid bin Tsabit meriwayatkan, “Rasulullah berada di sebuah kebun milik Bani An-Najjar. Saat itu beliau sedang berada di atas punggung bagalnya, sedangkan kami saat itu bersama beliau. Tiba-tiba bagalnya melonjak-lonjak dan hampir membuat beliau terlempar. Ternyata di tempat itu terdapat enam atau lima, atau empat kuburan.
Beliau bertanya, ‘Siapa yang tahu tentang penghuni kubur ini? Seseorang menjawab, ‘Aku’ Nabi bertanya lagi, ‘Kapan mereka meninggal?” Orang itu menjawab, “Mereka meninggal dalam kemusyrikan.’ Beliau bersabda, “Sesungguhnya orang-orang itu disiksa di dalam kubur. Sekiranya kalian tidak akan lari ketakutan, maka aku akan berdoa kepada Allah agar Dia memperdengarkan kepada kalian siksa kubur seperti yang aku dengar sekarang ini. Sesudah itu beliau menghadapkan muka be arah kami dan bersabda, “Berlindunglah kalian kepada Allah dari siksa neraka Kemudian mereka berdoa, “Kami berlindung kepada Allah dari siksa neraka. Beliau bersabda lagi, ‘Berlindunglah kalian dari siksa kubur!’ Mereka kemudian berdoa “Kami berlindung kepada Allah dari siksa kubur. Beliau bersabda lagi, “Berlindunglah kalian dari fitnah-fitnah yang tampak ataupun yang tersembunyi!” Mereka kemudian berdoa, “Kami berlindung kepada Allah dari fitnah-fitnah yang tampak maupun yang tersembunyi. Beliau bersabda lagi, ‘Berlindunglah kepada Allah dari fitnah Dajal Mereka lantas berdoa, ‘Kami berlindung kepada Allah dari fitnah Dajjal.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
إذا فَرَغَ أَحَدُكُمْ مِنَ التَشَهدِ الْأَخِيرِ فَلْيَتَعَوَّذُ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعِ: مِنْ عَذَابِ النَّارِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَالِ
Artinya: “Ketika salah seorang dari kalian selesai mengucapkan tasyahhud akhir, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari empat hal; dari siksa neraka, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari siksa Al-Masih Dajjal.”[2]
Hadits-hadits tentang pertanyaan kubur
Di antaranya hadits Qatadah yang diriwayatkan dari Anas. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya ketika mayit dibaringkan di kuburnya dan telah ditinggalkan oleh teman- temannya, maka sungguh ia mendengar suara sandal mereka. la didatangi oleh dua malaikat, lalu keduanya mendudukkannya. Kemudian bertanya kepadanya, ‘Apa yang kamu katakan tentang laki-laki ini (Muhammad)? Kalau ia seorang mukmin, ia akan menjawab, “Aka bersaksi bahwa Muhammad salah hamba dan utusan Allah”
Sabda Nabi “Lalu malaikat itu berkata, Lihatlah tempatmu yang semula dari neraka, sekarang telah diganti oleh Allah dengan tempat dari surga”
Qatadah berkata, “Dituturkan kepada kami bahwa orang mukmin diberi kelapangan di dalam kuburnya seluas 70 dzira’ (hasta) dan dipenuhi dengan hijau-hijauan hingga hari kiamat tiba.”
Lalu ia kembali pada hadits Anas. Qatadah berkata, “Adapun orang kafir dan orang munafik, keduanya berkata, ‘Apa pendapatmu tentang laki-laki ini (Muhammad Ia menjawab, ‘Aku tidak tahu. Aku mengatakan apa yang dikatakan oleh manusia Kedua malaikat itu berkata, ‘Engkau tidak mengetahui dan tidak mau membaca. Lalu ia dipukul dengan palu dari besi di antara kedua telinganya. Ia berteriak dengan teriakan yang didengar oleh makhluk yang berada di atasnya kecuali jin dan manusia.”[3]
REFERENSI:
Dikutip dari kitab Tazkiatun Nafs karya Syaikh Ahmad Farid, Penerbit: Ummul Qura
Oleh: Sahl Suyono
[1] HR Al-Bukhari II/242, Al-Janā iz dan An-Nasa’: IV/106, Al-Janā iz
[2] HR. Al-Bukhari
[3] HR. Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad
Baca juga artikel:
Leave a Reply