Nikmat Anak Sholeh

NIKMAT ANAK SHOLEH

 

NIKMAT ANAK SHOLEH

Baiklah pada pertemuan kali ini kita akan melanjutkan pembahasan yang lalu mengenai nikmat anak sholeh. KIta akan membahas poin mengenaia kesalahan dalam memdidik anak.

  1. Berlebihan Mencurigai Anak

Untuk menjaga keharmonisan hubungan antara orang tua dan anak, masing-masing harus terbuka, komunikatif, bijak dalam menyikapai masalah, dan saling percaya. Kecurigaan dan ketidak percayaan salah satu pihak akan merenggangkan hubungan dan menghilangkan rasa cinta,Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

لاتقاطعوا ولاتدابروا ولاتباغضوا ولاتحاسدوا وكونوا اخوانا كما امركم الله

Artinya: “Janganlan kalian saling memboikot, salng membelakangi, saling membenci, dan saling menghasad. Dan jadilah kalian orang-orang yang bersaudara sebagaimana perintah Allah.” (Muttafaq Alaih)

Bila orang tua mudah menuduh tanpa bukti, mencurigai setiap gerak-gerik anak tanpa alasan dan menganggap anak berkhianat kepada orang tuanya maka akan menimbulkan rasa kekecewaan yang sangat dalam pada diri anak kepada orang tuanya yang akhirnya anak akan merendahkan orang tua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

اياكم والظن فإن الظن أكذب الحديث

Artinya: “Tinggalkanlah berprasangka, sungguh berprasangka adalah ucapan yang paling dusta.” (Muttafaq Alaih)

Agar terjadi keseimbangan sikap antara orang tua dan anak, anakpun harus bisa menjaga kepercayaan orang tua, tidak melakukan tindakan-tindakan yang memancing kecurigaan orang tua, apalagi memvonis orang tua kurang kasih sayang dan perhatian kepadanya. Anak harus bersabar menghadapi sikap orang tua, sambil mencari informsi, kenapa orang tuanya bersikap demikian, dan menghilangkan dendam kepada orang tua, memaafkan dan mencarikan alasan terbaik untuk kesalahan tersebut.

  1. menjauhkan anak dari orang saleh

Ulama atau orang shaleh sanhagt dibutuhkan orang untuk memperbaiki diri dalam beribadah dan bermuamalah, begitu pula untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, kedekatannya dengan para ulama akan memengaruhi pola fikir anak, maka suatu tndakan yang salah besar bila orang tua menjauhkan anak dari para ulama dan membiarkan mereka dekat dengan ahlul bid’ah ataupun ahli maksiat.Siapa yang berkumpul dengan orang-orang baik atau hidup di lingkungan yang baik, suatu saat akan tertular kebaikannya. Begitu juga siapa yang berkumpul dengan orang-orang buruk atau hidup di lingkungan yang buruk, akan terkena getah buruknya.

Ibnu mas’ud Radhiyallahu Anhu berkata: ”Nilailah seseorang lewat temannya, karena sesungguhnya seseorang hanya berteman dengan yang dikagumi. Pernah ada orang yang mengajar tetapi statusnya tidak jelas, maka umar langsung melarang rang tersebut duduk-duduk di majelisnya. Jika seseorang berteman dengan orang yang buruk harus disikapi dengan penuh hati-hati.”

Wahai para orang tua yang mendambakan surga, jangan biarkan anak anda bergaul dengan orang yang buruk, berhati serigala, orang munafik, orang fasik dan ahli bid’ah perusak agama.

Ingat, orang yang baik akan berkumpul bersama orang yang baik dan orang yang buruk pula akan berkumpul dengan orang yang buruk pada hari kiamat kelak.

Saudaraku kaum muslimin yang mmiliki anak aataupun yang diamanahi untuk mengasuh anak, dekatkanlah anak-anak kalian dengan orang-orang shaleh, karena mereka lebih butuh kepada para ulama dan orang-orang baik, sehingga mereka harus tetap mencintai dan bersahabat dengan mereka meskipun anak-anakmu belum bisa menjadi orang baik, karena Ibnu Mas’ud menuturkan,”Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah seraya berkata,”Bagaimana menurutmu tentang seseorang yang mencintai suatu kaum tetapi ia tidak pernah mendapati (melihat)mereka?” Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

المرأمع من أحب

Artinya: “Seseorang (akan dihimpun)bersama orang yang dicintainya.” (Muttafaqun Alaih)

Di antara faedah berteman dengan orang saleh sebagaimana kisah seekor anjing yang meraih derajat tinggi karena bersahabat dengan orang-orang saleh dan para wali Allah yaitu Ashabul kahfi yang Allah telah memberitahukan di dalam kitab-Nya. Maka dengan kaum muslimin yang bertauhid bergaul dan mencintai para waliNya dan orang-orang saleh?. Bahkan demikian itu menjadi hiburan bagi kaum Mukmin yang derajatnya kurang sempurna yang berusaha mencintai Nabi dan keluarganya.

  1. Kekerasan Terhadap Anak

Kekerasan terhadap anak sering kita dengar, kalau yang melakukan pembantu atau orang lain mungkin tidak membuat kita terkaget-kaget, tetapi bila membuat hati kita miris mendengarnya.

Ada anak yang dipukul bapaknya hingga patah tulang dibenturkan kepalanya hingga meninggal dan banyak sekali bentuk kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan cedera fisik bahkan hingga meninggal. Komnas perlindungan anak mencatat, sebanyak 21.689.797 kasus kekerasan telah menimpa anak-anak indonesia dalam kurun empat tahun terakhir.

Mendidik anak dengan kekerasan akan berdampak negatif dan menimbulkan trauma fisik maupun psikis yang sangat berat. Abu Darda’ berkata, Rasulullah pernah berwasiat kepadaku dengan sembilan wasiat; janganlah kamu syirik kepada Allah meskipun kamu (disiksa) dengan dipotong atau dibakar, janganlah kamu meninggalkan shalat lima waktu secara sengaja akan lepas dari jaminan Allah, janganlah minum khamr, karena khamr pembuka seluruh keburukan, taatilah kedua orang tuamu dan bila keduanya menyuruhmu untuk keluar dari keduniaanmu, maka keluarlah, janganlah kamu melarikan diri dari medan perang meskipun kamu harus mati,teman-temanmu lari darinya, infaqkanlah hartamu untuk keluargamu, janganlah kamu angkat tongkat untuk memukul keluargamu dan tanamkan kepada keluargamu agar mereka takut kepada Allah.

  • Bijaksana Menyikapi Kesalahan

Bila anak berhasil melampaui tahap perkembanagn dengan tuntas, ketika menginjak usia remaja dia akan mampu membuat rencana eksperimen yang efektif dan teratur, dan dapat mengisolasi faktor-faktor yang menentukan dengan memvariasikan satu demi satu dan hanya meneliti satu faktor pada setiap percobaan dan mempertahankan faktor-faktor lain agar tetap konsisten. mereka melakuakan pengamatan yang teliti dan menarik kesimpulan logis dari hasil yang mereka peroleh.

Dan satu hal yang sangat menarik pemikiran remaja adalah penggunaan penalaran dalam memeriksa hubungan logis yang mungkin terdapat diantara unsur-unsur yang mereka pergunakan untuk menarik kesimpulan. para remaja mampu menentukan susunan pemikiran mana yang dibutuhkan dan memanfaatkan pandanagn yang bersifat hipotesis yang mungkin juga bertolak belakang dengan pengalaman dalam kenyataan kongkrit.

Orang tua mempunyai kewajiban untuk menjaga dan mengawasi masa remaja anak-anaknya jangan sampai otaknya teracuni hal-hal negatif seperti pergaulan bebas, narkoba atau hal-hal ekstrim seperti terorisme dan tindakan radikal yang bisa merugikan orang lain dan akan merusaka masa depannya.

Pertama:Berhati-Hati Dan Bijaksana

Problematika anak satu dengan yang lainnya tidak sama walaupun pada kasus yang sama, karena perkembangan dan pertumbuhan anak satu dengan yang lainnya bereda walaupun melalui tahapan yang sama, maka orang tua dan guru harus bijaksana ketika menghadapi problematika anak. Rasulullah telah memberi contoh bijak bagaimana mengatasi setiap geolak rumah tangga.

Beliau sangat berhati-hati dan bijak ketika mengagumi masalah kecemburuan istri-istri beliau sehingga beliau mampu meminimalkan dampak negatif dan memudahkan urusan rumit.

Demikian halnya dalam menyelesaikan problematika anak, orang tua harus berhati-hati, bersikap bijaksana, tidak terburu-buru memvonis anak dan membuat kesimpulan negatif tentang anak, yang akhirnya akan merugikan semua pihak, sehingga anak tidak bisa keluar dari masalah yang ia hadapi dengan tuntas.

Kedua:Menyelami Kewijayaan Anak

Orang tua harus menyelami dan memahami tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga ketika menghadapi masalah yang terjadi pada anak-anaknya, bisa dengan mudah teratasi. Sebagaimana Rasulullah sangat memahami karakter dan kejiwaan anak. Saat mendengar tangis anak kecil ketika beliau mengimani shalat, beliau mempercepat shalatnya sebagai bentuk penghargaan beliau terhadap perasaan seorang ibu dan memahami kejiwaan anak, beliau khawatir sang ibu cemas ketika mendengar tangis anaknya.

Ketiga:Menjaga Lisan

Celaan, umpatan dan makian kepada anak bkan cara tepat untuk mendidik anak dan bukan langkah yang benar untuk menyelesaikan permasalahan anak, bahkan akan membuat anak tidak tenteram dan menambah suasana semakin keruh, menimbulkan dendam, permusuhan dan sakit hati pada diri anak, dan bisa menceburkan orang tua ke neraka.

Menjaga lisan dengan tidak mengeluarkan kata-kata kotor ketika melihat anknya nakal atau berbuat salah dan tidak memaki ketika permasalahan rumah tangga terjadi merupakan suatu langkah tepat untuk mencari solusi dan jalan keluar bagi berbagai macam problem pendidikan anak.

Orang tua ketika melihat kesalahan anak hendaknya menegur dengan kata-kata santun dan memilih ungkapan yang baik agar anak termotivasi untuk berubah dan bangkit menuju kondisi lebih baik dan perilaku yang terpuji.

Bersambung……

Referensi:

Diringkas oleh: Zakia Fatimatuz Zahroh (pengabdian pondok pesantren Darul Qur’an wal Hadits)

Sumber: Judul, Golden ways anak sholeh, ditulis oleh Zainal Abidin bin Syamsudin

Baca juga artikel:

Zuhud dan Wara’

BPKB Mobil Di gadaikan Tanpa Sepengetahuan Pemilik Mobil

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.