Nasehat Untukmu Pemuda – Pemuda adalah sendi umat dan generasi masa depan. Dari merekalah umat ini terbangun. Dari mereka pula terlahir para Ulama dan kaum intelek, juga para mujahid serta dari mereka pula tumbuh kaum industriawan dan para pakarnya. Apabila para pemuda ini, maka para orang tua akan merasa bahagia dalam hidup ini serta akan terus merasakan manfaatnya meskipun dia sudah meninggal. Para generasi yang shalih yang menyusul orang tua mereka jika orang tua masuk surga. [1]
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِيْمَانٍ اَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ اَلَتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَيْءٍۚ
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mngikuti mereka dalam keimanan, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka”. (QS. Ath-Thur/52: 21)
Allah Subhanahu Wata’ala juga berfirman:
جَنّٰتُ عَدْنٍ يَّدْخُلُوْنَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ اٰبَاۤىِٕهِمْ وَاَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيّٰتِهِمْ
Artinya: “(yaitu) surga ‘And yang mereka masuk kedalamnya bersama-sama dengan orang-orang shaleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya”. (QS. Ar-Rad/13: 23)
Bertolak dari hal ini, kita dapati perhatian para Nabi mengarah kepada anak keturunan mereka sebelum anak cucu mereka tercipta. Lihatlah Nabi Ibrahim Alaihissalam berdoa kepada Allah dengan berkata:
وَتَقَبَّلْ دُعَاۤءِ
Artinya: “Wahai Rabbku! Jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat! Wahai Rabb kami! Perkenankanlah doaku”. (QS. Ibrahim/14: 40)
Lihat juga Nabi Zakaria Alaihissalam berkata:
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّه ۚ قَالَ رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ
Artinya: “Wahai Rabbku! Berilah aku dari sisi Engkau anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. (QS. Ali Imran/3: 38)
Juga salah seorang hamba yang shalih juga berkata:
رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Artinya: “Wahai Rabbku! Tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shaleh yang Engkau ridhai! Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku”. (QS. Al-Ahqaf/46: 15)
Para as-salafusshalih terdahulu sangat memperhatikan anak-anak mereka sejak usia dini. Mereka mengajarkan dan membiasakan mereka berbuat baik dan menjauhkan mereka dari keburukan. Mereka juga memilihkan para pendidik yang shalih dan guru yang bijaksana lagi takwa untuk putra-putri mereka.
Nabi sendiri memerintahkan para orang tua untuk memulai pendidikan agama dan akhlak buat anak-anak mereka sejak usia dini yaitu sejak usia tamyiz. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat dalam usia tujuh tahun dan pukullah mereka jika meninggalkan shalat dalam usia sepuluh tahun serta pisahkanlah tempat tidur mereka (antara laki dan perempuan).” (HR. Imam malik, dll)
Generasi pemuda suatu umat apabila rusak maka umat itu akan hancur dan akan dijajah oleh para musuhnya, yang pada akhirnya akan menyebabkan eksistensi umat tersebut terancam punah.
Diantara yang menyesatkan hati dan membuat kita berurai air mata adalah pemandangan yang kita saksikan (atau berita yang kita dengar), dimana banyak pemuda muslim sekarang ini yang memberontak pada orang tua mereka, berprilaku menyimpang dan agama mereka rusak. Mereka berkumpul dan nongkrong di jalan-jalan mulai dari sore hari sampai dini hari. Mereka banyak melakukan hal-hal yang sia-sia seperti balapan liar dan lainnya yang menggangu masyarakat lain. Yang parah lagi adalah meninggalkan shalat, bahkan mengganggu kaum muslimin yang sedang menunaikan shalat di masjid. Berbagai keburukan dan kerusakan menyatu pada diri mereka dari berbagai arah, misalnya kecanduan rokok, narkoba, berprilaku buruk dan terjerumus dalam perbuatan keji.
Sungguh berat keburukan yang mereka lakukan dan sungguh besar bahaya yang ditimbulkan, bahkan mereka mulai berani mengancam orang yang berusaha menasehati atau mengingkari mereka.
Wahai kaum Muslimin! Sadarilah dan waspadailah ancaman bahaya ini. Berbuatlah sesuatu untuk mencegah dan menuntaskannya dengan sungguh-sungguh dan tekad kuat. Caranya yaitu semua pihak yang berwenang bahu membahu dengan peran masing-masing untuk mencegahnya dengan menggunakan wewenang penguasa dan hukuman yang membuat jera. Para orang tua berkewajiban menahan dan mencegah putra-putri mereka dari kebiasaan buruk tersebut: para pendidik di sekolah-sekolah dan para imam di masjid-masjid berusaha mengarahkan dan membimbing para pemuda dan menjelaskan kepada mereka bahaya perkumpulan-perkumpulan buruk tersebut (gank) serta memperingatkan mereka agar tidak berteman dengan para penyeru kerusakan dan teman-teman jelek. Sedangkan untuk para pemuda yang shalih hendaknya ia menasehati teman sejawatnya, karena terkadang para pemuda lebih mudah menerima masukan dari pemuda yang sebaya daripada orang yang lebih tua.
Wahai orang tua, hendaknya kita bertakwa kepada Allah! hendaknya kita menyadari bahwa kita sekarang ini pada zaman yang penuh dengan berbagai fitnah, kita hidup ditengah para musuh dan orang-orang yang selalu menyebarkan keburukan mereka ditengah kalian dengan jebakan halus nan licik.
Wahai para orang tua! Hendaknya kita selalu ingat dengan baik bahwa harta dan modal yang paling bermanfaat yang kalian dapatkan di dunia selain amalan shalih adalah anak-anak yang shalih. Dalam hadits dari Nabi berikut ini: “Apabila anak Adam (manusia) mati maka terputuslah amalannya kecuali tiga; sedekah jariyah, ilmu yang manfaat dan anak shalih yang mendoakannya.” (Muttafaqun Alaih)
Sungguh anak-anak kita adalah orang yang akan mengurus dan mendampingi kita ketika tua dan sudah tidak mampu lagi. Merekalah yang menjadi generasi penerus kalian yang menjaga kesucian kalian. Mereka lebih bermanfaat daripada harta. Jika demikian faktanya, lalu bagaimana mungkin kita membiarkan mereka begitu saja dan tidak peduli dengan urusan mereka?!
Sungguh semua kaum Muslimin yang memperhatikan bagaimana orang-orang kafir begitu memperhatikan pendidikan anak-anak mereka seharusnya mereka merasa malu, padahal pendidikan mereka hanya terfokus pada dunia materialistis. Orang-orang kafir itu tidak membiarkan putra-putri mereka berkeliaran di jalanan dan seakan tidak membiarkan ada waktu kosong buat anak-anak mereka tanpa ada kegiatan. Mereka menjadwal kegiatan mereka dengan sangat rinci sekali.
Kontras dengan fakta diatas, banyak kaum Muslimin yang tidak memperhatikan urusan anak-anak mereka selain urusan pemberian nama, pemenuhan kebutuhan makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal. Masalah pendidikan kurang atau bahkan tidak mendapatkan porsi perhatian yang memadai. Lebih ironis lagi, sebagian orang tua disamping kurang perhatian dengan pendidikan anak mereka agar menjadi pemuda yang shalih, ditambah lagi dengan penyediaan sarana perusak atau sarana penunjang kerusakan. Dengan dalih kasih sayang, mereka memberikan anak-anak mereka uang dalam jumlah banyak; mereka membelikan mobil-mobil mewah serta memenuhi rumah mereka dengan alat-alat musik dan film-film dewasa.
Kalau begini keadaanya, jangan tanya tentang perkembangan buruk anak-anak yang telah terpenuhi semua sarana-sarana perusak tersebut, mulai dari kerusakan akhlak, penyimpangan pemikiran dan berprilaku seperti hewan yang tidak punya rasa malu, seakan menjadi sebuah keniscayaan.
Jangan pula bertanya tentang dosa atau rasa penyesalan mendalam yang menimpa para orang tua ketika menyaksikan anak-anak mereka berbuat durhaka kepada mereka. Di saat para orang tua itu sudah renta dan butuh kepada perbuatan baik dari anak-anak mereka ini, tapi justru saat itu tidak ada kebaikan sama sekali yang dia rasakan.
Allah telah mewasiatkan anak-anak untuk berbakti kepada orang tua dan membalas kebaikan orang tua ketika mereka sudah renta dan kondisi fisik mereka melemah. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman (yang artinya) : Dan Rabbmu telah memerinthakan supaya kamu jangan beribadah kepada selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. Al-Isra/17: 23-24)
Allah memerintahkan kepada anak untuk mengingat kebaikan kedua orang tuanya ketika si anak masih kecil dan lemah. Ini bertujuan supaya si anak lebih bersemangat saat membalas kebaikan kedua orang tua saat kedua orang tua mereka sudah renta dan sudah tidak mampu lagi berbuat banyak. Permasalahan yang terkadang muncul adalah bagaimana jika si anak hanya mengingat perbuatan orang tua mereka yang telah menyia-nyiakan mereka, berbuat jahat kepada mereka serta memberikan arahan yang buruk. Apa yang harus dilakukan kala itu?
Oleh karenna itu, wahai para orang tua! Hendaklah kita senantiasa bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kita selalu menyadari bahwa anak-anak itu adalah amanah dari Allah yang dibeban di atas pundak kita. Hendaklah kita bertakwa kepada Allah dalam mengurusi mereka.
Semoga Allah memberikan hidayah taufik-Nya kepada kita semua agar melaksanakan kewajiban, baik sebagai orang tua maupun sebagai generasi muda.
Referensi
Karya : Syaikh Shalih Fauzan Hafidzahullah
Sumber : MAJALAH AS-SUNNAH EDISI 09/ Thn XVIII/Rabiul Awwal 1436H/Januari 2015M
Diringkas Oleh: Lailatul Fadilah (Staf Pengajar Ponpes Darul Qur-an wal Hadits Oku Timur)
[1] Diangkat dari kitab al-Khutab al Mimbariyah fil Munasabat al-Ashriyah, 1/264-267
Baca juga artikel:
Leave a Reply