Metode-Metode Mengahadapi Ujian dan Cobaan (Bagian VIII)

METODE-METODE MENGHADAPI UJIAN DAN COBAAN (PART VIII)

 

METODE-METODE MENGHADAPI UJIAN DAN COBAAN (BAGIAN VIII)

Segala puji bag Allah yang Maha Pemurah, Pemilik kelebihan, keutamaan, dan kebaikan. Yang menunjuki kita pada Cahaya iman. Yang mengutamakan agama kita dari seluruh agama.

Dia menganugerahi kita dengan mengutus makhluk yang paling mulia dan paling utama d sisi-Nya, yang merupakan kekasihn-Nya, hamba kesayangan-Nya, dan Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Melalui wasilahnya (Muhammad Shallallahu alaihi wasallam) Dia hapusan peribadatan pada berhala.

Allah juga memuliakan Nabi-Nya dengan Al-Qur’a, mukjizat yang tak lekang oleh waktu. Dengan Al-Qur’an itu Dia menantang manusia dan jin untuk mendatangkan yang semisal, membungkam orang-orang yang menyimpang dan melampaui batas, dan menjadikan hiburan bagi hati orang yang memahami, tidak usang walau sering diulang dan walaupun terjadi perubahan zaman. Allah mudahkan Al-Qur’an untuk diingat walau oleh seorang bocah, menjaminnya selamat daroi berbagai perubahan sehingga Al-Qur’an tetap terjaga berkat karunia Allah, selama malamdan siang masih berganti. Allah memberi petunjuk orang-orang plihan-Nya yang cerdas dan bertaqwa untuk menghimpun setiap bidang ilmu yang dapat menggembirakan hati orang yang yakin.

Saya memuji-Nya karena nikmat-nikmat di atas juga karena nikmat lainnya yang merupakan karunia yang tak terhitung banyaknya, terkhusus nikmat iman. Saya memohon kepada-Nya keridhaan bagi saya dan juga kaum muslimin.

Saya bersaksi bahwa tidak ada Illah yang berhak disembah dan diibadahi selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya, kesaksian yang menjadi sarana untuk mengharapkan ampunan, menyelamatkan dari api neraka, dan menghantarkan ke surga.

Amma ba’du,

Ini adalah pembahasan yang ringkas yang memberikan jalan kepada kami untuk menempuh beberapa metode dan cara dalam menghadapi ujian dan cobaan dengan keburukan. Musibah yang menimpah orang-orang beriman adalah suatu kenikmatan, meskipun zahirnya adalah sesuatu kesengsaraan. Musibah merupakan kebaikan untuk mereka, meskipun zahirnya adalah keburukan untuk mereka.

Musibah adalah jembatan yang akan mengantarkan kepada kebaikan-kebaikan dan kebahagiaan-kebahagiaan apabila seorang hamba melewatinya dengan bersandar kepada senjata kesabaran dan keimanan. Bagaimana mungkin musibah itu tidak beribah menjadi demikian, sementara musibah itu sendiri merupakan Pendidikan dan ujian dari Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, untuk menjernihkan hati mereka, dan menyiapkan mereka untuk memimpin manusia dan menuntun mereka dengan Islam. Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وًجَعَلنَا مِنهُم أَئِمَّةً يَهدُونَ بِأَمرِنَا لَمَّا صَبَرُوا، وَكَانُوا بِئَايَاتِنَا يُوقِنُونَ

Artinya: “Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka bersabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat kami.” (QS. As-Sajdah: 24)

Adapun pada pembahasan pada kitab ini terdapat empat puluh tiga metode dan kaidah menghadapi berbagai bentuk ujian dan cobaan hidup sesuai dengan bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Telah dibahas sebelumnya kategori 1 sampai 12 dan akan dilanjutkan kategori selanjtnya pada pembahasan kali ini.

  1. Anda Harus Mengetahui Bahwa Anda Bukan Satu-satunya Orang yang Didera Musibah

Seharusnya seorang mukmin mengetahui bahwasanya orang-orang shalih sebelum mereka benar-benar telah diuji, dan Allah akan senantiasa menguji para waliNya dengan berbagai macam bencana.

Pada setiap lembah Bani Sa’ad, maka maka hendaklah dia melihat ke arah kanan , apakah ada yang dia lihat selain ujian, kemudian hendaklah dia menoleh ke arah kiri, apakh ada yang dia lihat selain kerugian, dan bahwa kalau dia memeriksa jagat raya ini, niscaya dia tidak akan melihat selain orang-orang yang diuji, baik dengan wafatnya orang-orang yang dia cintai, maupun didapatkannya sesuatu yang tidak ia senangi.

Sesungguhnya kebahagiaan dunia itu ibarat mimpi dari sebuah tidur, atau tempat bernaung sementara, jika di amembuat sesoerang sedikit tertawa, maka dia akan membuatnya banyak menangis. Jika ia membahagiakannya satu hari, maka ia akan menyusahkannya bertahun-tahun lamanya. Jika ia memberikan kenikmatan sekejap, ia akan menahannya dalam kurun yang lama, tidaklah ia memenuhi sebuah rumah dengan kebaikan selama sehari, melainkan ia akan membuat seisi rumah bercucuran air mata, dan tidaklah ia membuatnya bersuka ria pada hari kebahagiaan, melainkan ia menyimpanan untuknya hari kesengsaraan.

Anda bukanlah satu-satunya orang yang tertimpa musibah, sebelum dan sesudah anda, kemana saja anada menghadapkan wajah anda di muka bumi Allah ini, anda akan mendapatkan orang-orang yang tertimpa musibah, dan Allah mempunyai hikmah yang agung pada setiap musibah yang ditakdirkanNya.

Sungguh para Nabi dan orang-orang shalih telah diuji, diantara mereka  ada yang dipenjara, tersakiti, diusir dari kampung halamannya, dicambuk, disiksa, dimusihi, dan dianiaya. Ada beratus-ratus orang yang diasingkan, diusir, disakiti, dimiskinkan, dan selain itu. Maka dirimu bukanlah satu-satunya orang yang ditimpa musibah, dan bukan satu-satunya orang ynag diberi ujian.

Sesunggunya penyakit telah menimpa nabi Ayyub alahissalam dalam kurun waktu yang lama, Nabi ya’qub alahissalam kehilangan anaknya dalam tempo yang lama, Nabi Yusuf alahissalam dipenjara, Nabu Musa alahissalam diganggu dengan gangguan yang parah, dan beliau menghadapi musuh yang sombong lagi keras kepala, Nabu Muhammad Shallahu alaihi wasallam hidup dalam keadaan yatim dan miskij, beliau didustakan dan diakatakan sebagai penyihir, orang gila, dan penyair beliau di olok-olok dilempar dengan jeroan unta di pundaknya, dan dikeluarkan dari kampung halamannya, dan orang-orang yang beliau cintai dan para sahabat beliau wafat meninggalakan belaiau untuk selama-lamanya, dan para sahabat disiksa dan mereka mengahadapi kesulitan, dan sungguh para ulama dan orang-orang shalih telah diuji di setiap waktu dan tempat.

  1. Anda Harus Mengetahui Bahwa (Adanya) Ujian dan Cobaan itu Labih Baik Bagi Anda Daripada Ketiadaannya

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

Artinya: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 216)

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

يا اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَحِلُّ لَكُمْ اَنْ تَرِثُوا النِّسَاۤءَ كَرْهًا ۗ وَلَا تَعْضُلُوْهُنَّ لِتَذْهَبُوْا بِبَعْضِ مَآ اٰتَيْتُمُوْهُنَّ اِلَّآ اَنْ يَّأْتِيْنَ بِفَاحِشَةٍ مُّبَيِّنَةٍ ۚ وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ ۚ فَاِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسٰى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّيَجْعَلَ اللّٰهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا

Artinya: “Wahai orang-orang beriman! Tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu,  padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.” (QS. An-Nisa : 19)

Dari Ibnu al-Fardhi, dia berkata, Aku telah mendengar Dzu an-Nun berkata,  ̎Musibah adalah garam seorang mukmin, apabila musibah tidak ada, maka rusaklah keadaannya.̎ Seorang muslim apabila dia bertaqwa kepada Allah, dia menegakkan ketaatan kepadaNya dan mengikhlaskan peribadatan kepadaNya, maka semua takdir yag berlaku pada dirinya dari sesuatu yang dia benci menjadi baik bagi dirinya.

Apabila pengetahuan seorang hamba tentang Tuhannya benar, maka dia akan mengetahui dengan yakin bahwa  di dalam segala yang dibenci yang menimpa dirinya dan cobaan-cobaan yang yang turun kepadanya, terkandung banyak bentuk kemaslahatan dan kemanfaatan, yang tidak dapat dihitung oleh ilmunya dan tidak pula dengan pikirannya. Bahkan kemaslahatan seorang hamba pada apa yang dibencinya itu lebih besar dari pada kemaslahatan pada sesuau yang dicintainya. Kebanyakan kemaslahatan jiwa itu terdapat pada apa-apa yang dibencinya, sebagaimana kebanyakan mudarat jiwa dan sebab-sebab kebinasaannya terdapat pada apa-apa yang disukainya.

Apabila Allah subhanahu wata’ala menurunkan kepada para hamba sesuatu yang dibenci mereka, maka itu leih baik bagi mereka dari pada itu tidak diturunkan kepada mereka, sebagai pelajaran dariNya bagi mereka, kebaikan dan kelembutan bagi mereka. Kalau sekiranya mereka diberi kemampuan untuk memilih bagi diri mereka sendiri, niscaya mereka tidak akan mampu untuk menjalankan kemaslahatan mereka, baik dari segi ilmu, kehendak, maupun perbuatan, akan tetapi Allah subhanahu wata’ala mewakili pengurusan perkara-perkara mereka dengan berdasarkan tuntunan Ilmu dan keadilanNya, hikmah dan rahmatnya, baik mereka suka ataupun tidak suka.

Dari Shuhaib Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Artinya: “ Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

Ibnu Qoyyim rahimahullahu ta’ala berkata:   ̎Sesunguhnya Allah subhanahu wata’ala tidak menakdirkan suatu takdir kepada hambanya, kecuali ia baik baginya, baik takdir itu membuatnya senang ataupun susah, maka takdirnya untuk hambanya yang mukmin. Penahanan berarti pemberian, meskipun ia dalam bentuk penahanan, dan berarti kenikmatan meskipun dalam bentuk cobaan, malapetakanya adalah keselamatan, meskipun dala bentuk malapetaka. Akan tetapi karena kedzoliman dan kejahilan seorang hamba, maka dia tidak menganggap penberian dan kenikamatan dan keselamatan, kecuali yang dia bisa merasakan kelesatan di masa sekarang, dan hal tersebut sesuai dengan tabiatnya. ̎

Kalau sekiranya dia diberi rezeki berupa pengetahuan yang luas niscaya dia menganggap penahan sebagai nikmat, malapetaka sebagai rahmat. Dia akan merasakan lezat dengan ujian itu lebih besar dengan merasakan lezat dengan keselamatan. Dia akan merasakan lezat dengan kemiskinan itu lebih besar dari merasakan lezat dari kekayaan, dan dia dalam keadaan sedikit harta lebih besar syukurnya dari pada saat dalam keadaan banyak harta.

Sesungguhnya Allah memilih untuk hambaNya sesuatu yang di dalamnya terkandung kemaslahatan, kemudian tidak ada kewajiban baginya kecuali ridha dengan semua musibah yang menimpanya, karena ia merupakan pilihan dari Dzat yang lebih mengetahui tentang dirinya dari pada drirnya sendiri, dan dia lebih menyayanginya dari pada ibunya yang melahirkannya. Barang siapa mengetahui dan meyakini hal ini, maka musibah-musibah akan terasa ringan baginya dan terasa mudah menghadapinya, bahkan seorang mukmin terkadang merasa bahagia dengan musibah yang menimpanya, karena pengetahuanya akan bagusnya pilihan Allah untuknya dan lemebuntanNya.

Ibnu al-Qoyyim rahimahullahu ta’ala berkata:  “sesungguhnya ujian seorang mukmin ibarat obat baginya, yang mana ia mengeluarkan penyakit-penyakit dari dirinya yang seadainya ia tersimpan di dalam tubuhnya, niscaya akan membinasakannya, atau menguarangi pahalanya, atau menurunkan derajatya, maka ujian dan cobaan mengeluarkan penyakit-penyakit itu darinya, dan mempersiapkan diri dengannya untuk meraih kesempurnaan pahalanya dan ketinggian kedudukannya. Dan telah diketahui bahwa adanya ujian dan cobaan lebih baik dari pada ketidakadaanya, maka berbagai ujian dan cobaan teramsuk dari kesemournaan pertolongan-Nya, kemuliaan dan keselamatanNya.

Demikianlah penjelasan tentang kaidah-kaidah dan metode-metode menghadapi ujian dan cobaan kategori 1 sampai kategori 12. Sedangkan kategori selanjutnya akan dibahas di pertemuan selanjutnya. Semoga Allah subhanahu wata’ala memberikan kita hidayah dan taufiq sehingga kitab bisa terus belajar ilmu agama, duduk di manejlis ilmu, untuk menghilangkan kebodohan yang ada di diri kita dan setelah mengamalkan ilmu yang didapat, kita bisa membantu menghilangkan kebodohan dari orang lain.

Sumber :

Diringkas dari Buku          : Menghadapi Ujian dan Cobaan Hidup dalam Bimbingan A-Qur’an dan As-Sunnah (2018)

Karya                                   : Amir Muhammad Amir Al-Hillali

Diringkas Oleh                  : Yahya (Pengajar Ponpes Darul Qur’an wal Hadits OKU Timur)

Baca juga artikel:

Ragam Ihwal Wanita Muslimah (Part 1)

Kesyirikan Dapat Mengeluarkan Seseorang dari Agama Islam

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.