Tatkala seseorang masih diberi kesempatan hidup di alam dunia ini, maka ia akan terus membutuhkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya. Salah satu kebutuhan yang selalu ingin dipenuhi adalah apa yang dikenal dengan nafkah. Dengan nafkah yang halal dan baik, maka seseorang dapat memperoleh kekuatan jasmani yang dapat memudahkannya dalam menjalankan peribadahan dan ketaatan kepada Alloh.
Salah satu permohonan yang dipanjatkan oleh Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam tatkala datang waktu pagi hari adalah memohon rejeki yang halal, sebagaimana dijelaskan oleh Ummu Salamah.
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَقُوْلُ إِذَا صَلَّى الصُّبْحَ حِيْنَ يُسَلِّمُ : اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً.
Dari Ummu Salamah, bahwa Nabi r dahulu apabila telah shalat subuh ketika mengucapkan salam beliau berkata: “Ya Alloh, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rejeki yang halal dan amalan yang diterima.” (Shohih Ibnu Majah, no. 762 dan Syaikh Albani berkata: ”Hadits tersebut Shohih”.
Untuk mendapatkan rejeki yang halal dan baik, maka Alloh I melalui utusannya yaitu Rosululloh n telah menjelaskan adanya beberapa cara dan langkah untuk mendapatkannya, antara lain yaitu dengan dua cara[1]:
Pertama : Mengambil Langkah secara Materi.
Adapun mengambil langkah secara materi yaitu menempuh cara yang telah Alloh tetapkan sebagai sebab untuk mendapatkan rejeki. Langkah ini adalah bersifat materiel, yaitu berusaha untuk mendapatkannya dengan cara-cara yang dihalalkan.
Agar seseorang mendapatkan rejeki yang halal, maka hendaknya berusaha untuk mencarinya dengan jalan yang telah dihalalkan oleh Alloh.
Berkaitan dengan hal ini, Alloh berfirman:
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rejeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk : 15).
Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam juga telah mengisyaratkan hal itu dalam sabdanya:
لَأَنْ يَأْخُذَ أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِيَ بِحُزْمَةِ الْحَطَبِ (حَطَبٍ) عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا فَيَكُفَّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوه
“Sungguh, salah seorang diantara kalian mengambil talinya, lalu datang dengan membawa seikat kayu bakar di atas punggungnya, lalu menjualnya, hingga Alloh melindungi wajahnya dengan hal tersebut, hal itu lebih baik baginya daripada meminta kepada manusia. Baik mereka memberinya atau tidak memberinya.” (HR. Bukhori, no. 1471).
Kedua : Menempuh langkah Secara Spiritual.
Di samping menempuh cara secara material, seorang muslim yang ingin memperoleh rejeki, maka mengambil langkah yang lain pula secara spiritual. Diantara cara-cara tersebut adalah:
- Bertaqwa kepada Alloh.
Taqwa artinya menjalankan perintah Alloh dan menjauhi larangannya. Alloh telah menjanjikan bahwa orang-orang yang bertaqwa akan diberikan rejeki dari jalan yang tidak disangka-sangka. Alloh berfirman: “Barangsiapa bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rejeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath-Tholâq : 2-3).
Memohon ampunan kepada Alloh adalah merupakan salah satu jalan untuk mendapatkan rejeki dari-Nya. Alloh telah berfirman: “Maka aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai“. (QS. Nuh: 10-12).
Ibnu Katsir menjelaskan: “Maksudnya yaitu: Apabila kalian bertaubat kepada Alloh, beristighfar kepada-Nya dan menaati-Nya, tentu rejeki akan menjadi banyak kepada kalian, Dia akan memberi kalian sebagian berkah-berkah langit dan menumbuhkan untuk kalian sebagian berkah-berkah bumi, menumbuhkan tumbuhan dan menjadikan susu-susu perahan menjadi banyak mengucur, memberi kalian perbekalan yang berupa harta benda dan anak-anak, Ia akan menjadikan untuk kalian kebun-kebun yang terdapat aneka buah-buahan di dalamnya dan disela-selai dengan sungai yang mengalir di antara pepohonan itu”. (Tafsir Ibn Katsir, jilid 14, hlm. 140). Berkaitan dengan ayat ini, telah diriwayatkan bahwa pada suatu hari ada orang yang mengadu kepada Hasan Al-Basri sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Shobih, ia berkata :
“Ada orang yang mengadu kepada Hasan Al-Bashri tentang paceklik lalu beliau menjawab : “Beristighfarlah engkau!”.
Datang juga kepada beliau orang yang mengadukan tentang kefakiran, lalu beliau mengatakan : “Beristighfarlah engkau”.
Sedangkan orang yang lain lagi (mengadu kepada beliau) seraya berkata : “Doakanlah aku agar Alloh mengaruniakan kepadaku seorang anak, lalu beliau berkata : “”Beristighfarlah engkau”.
Ada lagi orang yang mengadukan kepada beliau tentang kekeringan kebunnya, lalu beliau berkata : “Beristighfarlah engkau”.
Maka (setelah mengetahui itu semua), kami bertanya kepada beliau tentang jawaban itu, maka beliau mengatakan : “Tidaklah apa yang aku katakan itu berasal dariku, sesungguhnya Alloh l telah berfirman dalam surat Nuh : “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Al–Jâmi’ Li Ahkâmil Qur’ân, Al-Qurthubi, jilid 18, hlm. 302).
Imam Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya dari Asy-Sya’bi dari Umar bin Khoththob a bahwa pernah terjadi musim kering yang menimpa manusia pada masa Umar a . Lalu beliau naik mimbar untuk beristisqa’. Beliau tidak melebihi dari mengucapkan istighfar sampai turun. Mereka bertanya kepada beliau: “Kami tidak mendengarmu beristisqa’ wahai Amirul Mukminin.” Lalu beliau menjawab: “Sungguh aku benar-benar telah meminta hujan dengan kunci-kunci langit yang dapat menjadikan sebab diturunkannya hujan. Lalu beliau membaca ayat ini, yaitu ayat 10-11 dari Surat Nuh, dan ayat 52 dari surat Hud. (As-Sunan Al-Kubro, jilid 3, hlm. 351-352).
Bertawakkal kepada Alloh subhanahu wa ta’ala dan bersandar kepada-Nya adalah merupakan salah satu sebab mendapatkan rejeki dari Alloh. Hal ini sebagaimana firman Alloh subhanahu wa ta’ala :
“Dan Barangsiapa yang bertawakal kepada Alloh niscaya Alloh akan mencukupkan(keperluan)nya. Sesungguhnya Alloh melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Alloh telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS. Ath-Thalâq : 3).
Ini berbeda dengan orang yang tidak beriman. Dalam mencari rejeki maka hanya bersandar kepada pekerjaannya semata-mata dan tidak bersandar kepada Alloh.
- Berdoa agar mendapatkan rejeki.
Doa adalah merupakan salah satu sandaran bagi seorang muslim. Alloh telah menjanjikan pengabulan doa tersebut, sebagaimana firman-Nya: “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina”. (QS. Ghôfir : 60).
Oleh karena itu, tatkala seseorang ingin mendapatkan rejeki, maka hendaknya berdoa dan memohon kepada Alloh agar dikaruniai rejeki.
Alloh telah memerintahkan umatnya agar memoho rejeki ini dalam hadits qudsi:
يَا عِبَادِيْ كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِيْ أُطْعِمْكُمْ يَا عِبَادِيْ كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِيْ أَكْسُكُمْ
“Wahai hamba-hamba-Ku, kalian seluruhnya adalah lapar, melainkan siapa yang aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi kalian makan. Wahai hamba-hamba-Ku, kalian adalah tidak berpakaian, melainkan siapa yang aku beri pakaian, maka mintalah kalian pakaian kepada-Ku, niscaya Aku akan memberi kalian pakaian.” (HR. Muslim, no. 2577).
Salah satu sebab agar doa dikabulkan adalah dengan bertawasul (menggunakan perantara) yang disyariatkan dalam agama, diantaranya yaitu dengan nama-nama Alloh yang indah dan sifat-sifat-Nya yang Tinggi.
Diantara nama Alloh adalah Ar-Rozzâq. Ini berdasarkan firman-Nya:
“Sesungguhnya Alloh Dialah Maha Pemberi rejeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (QS. Al-Dzâriyât : 58).
Oleh karena itu, apabila seseorang memohon kepada Alloh agar dikaruniai rejeki,maka hendaknya memohon dengan nama ini.
- Bersedekah dan berinfaq.
Diantara jalan lain untuk mendapatkan rejeki adalah dengan menginfaqkan dan menyedekahkan sebagian harta yang dikaruniakan Alloh kepadanya. Alloh telah berfirman:
“Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rejeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka Alloh akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rejeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’ : 39).
Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam telah menyatakan bahwa orang yang memberikan sedekah dan infaq maka akan mendapatkan doa dari para malaikat agar mendapatkan ganti dari Alloh subhanahu wa ta’ala. Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلَانِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ الْآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
“Tidaklah ada hari dimana pagi harinya para hamba berada di dalamnya, melainkan ada dua malaikat yang turun, lalu salah satunya mengatakan: “Ya Alloh berikanlah kepada orang yang berinfaq ganti,” dan yang kedua berkata: “Ya Alloh, berikanlah kepada orang-orang enggan berinfak kerusakan.” (HR. Bukhori, no. 1442 dan Muslim, no. 1010).
- Bersyukur dan bertahmid.
Alloh telah berfirman:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrohim : 7).
Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam telah menjelaskan bahwa salah satu sebab tidak berkahnya rejeki adalah tidak adanya keridhoan dalam hati. Apabila ridho terhadap rejeki, maka rejeki tersebut menjadi terasa banyak dan berjumlah melimpah. Rosulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَبْتَلِيْ عَبْدَهُ بِمَا أَعْطَاهُ : فَمَنْ رَضِيَ بِمَا قَسَمَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ، بَارَكَ اللهُ لَهُ فِيْهِ وَوَسَّعَهُ، وَمَنْ لَمْ يَرْضَ لَمْ يُبَارِكْ لَهُ فِيْهِ
“Sesungguhnya Alloh menguji hamba-Nya dengan karunia yang diberikan kepadanya, maka barangsiapa yang rela terhadap apa yang dibagikan oleh Alloh kepadanya, maka Alloh akan memberikan berkah kepadanya dalam karunia tersebut dan melapangkannya. Barangsiapa yang tidak rela dengannya, maka pemberian tersebut tidak diberkahi”. (HR. Ahmad, jilid 5, hlm 24, dan dishohihkan oleh Syaikh Albani, dalam Shohihah, no. 1658, jilid 4, hlm. 215 dan Shohih Al-Jâmi’, no. 1869).
Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِيْ رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِيْ أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Barangsiapa yang ingin dilapangkan rejekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia melakukan silaturahim. (HR. Bukhari, no. 2067 dan Muslim, no. 2557).
- Jujur dalam berjual-beli
Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا -أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا- فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
“Dua orang yang jual beli berada dalam pilihan (antara melanjutkan jual beli atau membatalkannya) selama keduanya belum berpisah – atau hingga keduanya berpisah-. Apabila keduanya jujur dan menjelaskan, maka keduanya akan diberkahi dalam jual belinya. Sedangkan apabila keduanya menyembunyikan (kekurangan) dan berdusta, maka akan dihapuskan keberkahan jual beli mereka.” (HR. Bukhori, no. 2079 dan Muslim, no. 1532).
- Tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama.
Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam telah menjelaskan:
مَنْ كَانَتِ اْلآخِرَةُ هَمَّهُ ، جَعَلَ اللهُ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ، ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ، وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، جَعَلَ اللهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهُ، ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ.
“Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai harapannya, maka Alloh akan menjadikan kekayaan berada dalam hatinya, dan Alloh akan mengumpulkan urusannya yang tercerai-berai, dan serta dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Sedangkan barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai harapannya, maka Alloh akan menjadikan kefakiran berada di antara kedua matanya, mencerai-beraikan urusannya, dan tidak ada dunia yang mendatanginya melainkan apa yang telah ditetapkan untuknya.” (Shohihul Jâmi’, no. 6510).
- Berpagi-pagi dalam beraktivitas.
Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لِلأُمَّتِيْ فِيْ بُكُوْرِهَا
“Ya Alloh, berkahilah untuk ummatku ketik mereka berada pada pagi hari.” (Shohîhul Jâmi’, no. 1300).
Imam Ibnul Qoyyim berkata dalam Madârijus Sâlikîn (I/459): “Itu adalah waktu awalnya siang dan pembuka waktu siang, waktu turunnya rejeki dan waktu pembagian berkah”. (Fiqh Al-Ad’iyah, III/50).
- Berbuat baik kepada orang-orang lemah.
Diantara kunci mendapatkan rejeki adalah dengan berbuat baik kepada orang-orang lemah. Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلاَّ بِضُعَفَائِكُمْ.
“Tidaklah kalian mendapatkan pertolongan dan rejeki melainkan disebabkan oleh adanya orang-orang yang lemah di antara kalian.” (HR. Bukhori, no. 2896).
- Berinfaq kepada orang yang menuntut ilmu.
Diantara dalil yang menunjukkan kepada hal ini adalah hadits Anas bin Malik.
كَانَ أَخَوَانِ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَكَانَ أَحَدُهُمَا يَأْتِي النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم وَفِيْ رِوَايَةٍ : يَحْضُرُ حَدِيْثَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَمَجْلِسَهُ) وَاْلآخَرُ يَحْتَرِفُ فَشَكَا الْمُحْتَرِفُ أَخَاهُ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ هَذَا أَخِيْ لاَ يُعِيْنُنِيْ بِشَيْءٍ . فَقَالَ صلى الله عليه وسلم : لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ
Dahulu ada dua orang bersaudara pada masa Rosulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Salah satunya datang kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam, Dalam riwayat yang lain: Ia datang mendengarkan hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam dan menghadiri majelis beliau. Sedangkan orang yang kedua bekerja. Maka orang yang bekerja mengeluhkan saudaranya kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam. Ia berkata: “Wahai Rosululloh , sesungguhnya orang ini saudaraku, ia tidak membantuku sedikitpun.” Maka Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Semoga engkau mendapatkan rejeki disebabkan olehnya”. (Silsilatul Ahâdîtsish-Shohihah, no. 2769).
Inilah sebagian di antara sebab-sebab dan kunci-kunci untuk mendapatkan rejeki dari Alloh subhanahu wa ta’ala.
Semoga Alloh memberi kita taufiq untuk dapat istiqamah di jalan-Nya yang lurus sampai akhir hayat menjemput.
Sumber: Majalah Lentera Qolbu Edisi 04 Tahun 02
[1] Pembahasan ini bersumber dari Mafâtîhur Rizqi fî Dhouil Kitâb wa As-Sunnah, karya Dr. Fadhl Ilahi, Ar-Rizqu wa Mafâtîhuhu, karya Abdul Malik Al-Qôsim, Hushûlur Rifqi fî Ushûlir Rizqi, karya As-Suyuti.
Leave a Reply