Kaum muslimin dewasa ini dalam keadaan carut marut dan berpecah belah . kata ukhuawah (persaudaraan)mencuat dan di kumandangkan dimana-mana dengan beraneka ragam pengertiannya. Banyak kaum muslimin mendambakan terwujudnya ukhuwah seperti ini seperti pernah terwujud di masa lampau. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut akhirnya banyak opini di lontarkan dan teori pun di konsepkan. Bahkan tidak sedikit yang sudah mencoba dan mengusahakannya dengan beragam konsep dan teori. Namun kadang mereka melupakan islam yang di ajarkan rasulullah ﷺ dan di gariskan Allah ﷻ dalam kitab sucinya yang paling agung yaitu al-Qur’an. Atau bisa jadi karen tidak kesabaran mereka dalam menunggu hasilnya.
PERSAUDARAAN IMAN BUKAN SEKEDAR BERKUMPULNYA TUBUH
Banyak orang memandang persaudraan identik dengan kumpulnya tubuh beberapa individu dalam satu organisasi atau kelompok. Hal ini jelas keliru, sebab sebenarnya dasar persaudaraan iman adalah kesatuan hati kaum muslimin, bukan berkumpulnya tubuh mereka. Hal ini dapat di lihat pada petunjuk Allah ﷻ dalam al-Qur’an yang mulia.
Syaikh muhammad bin shalih al-Utsaimin menjelaskan hal ini dengan menyatakan: “ persatuan hati adalah poros ukhuwah imaniyah (persaudaraan iman) bukan persatuan tubuh. Berapa banyak umat yang berkumpul tubuhnya namun hati mereka berpecah belah , sebagaimana firman Allah ﷻ tentang orang yahudi :
تحسبهم جميعا وقلوبهم شتى
Kamu kira hati mereka itu bersatu , sedang hati mereka berpecah belah .(Qs al-Hasyr/59:41)
Tidak ada faedah berkumpulnya tubuh dengan hati yang berpecah belah. Faedah bersatunya hati dan berkumpulny hati ,walaupun tubuhnya saling berjauhan. Berapa banyak orang yang memiliki hubungan cinta dan persahabatan dengan mu namun ia jauh darimu. Dan berapa banyak juga orang yang sebaliknya. Kamu merasa ia bermuka dua dan di antara kamu dengannya tidak ada cinta dan persahabatan. Padahal ia berdampingan denganmu seperti benda dan bayangannya. Jadi yang penting adalah hati. Oleh karena itu Allah ﷻ berfirman :
فألف بينكم قلوبكم
Maka Allah mempersatukan hatimu.(Qs ali imran /3:103)
Jelaslah persaudaraan terjadi dengan adanya keterikatan antara kaum muslimin yang di landasi ikatan agama islam. Iaktan yang mengikat kuat hati kaum muslimin seperti satu tubuh yang di gambarkan Rasulullah ﷺ dalam sabdanya :
المؤمن كر جل واحد إن اشتكى ؤأسه تداعى له سائر الجسد بالحمى و السهر
Kaum mukminin seperti satu orang , jika kepalanya sakit maka seluruh tubuhnya merasakan demam dan tidak bisa tidur. (Riwayat Muslim )
Persaudaraan ini bukan persaudaraan karena nasab atau fanatisme golongan (hizbiyah) tapi persaudaran aqidah dan iman. Oleh karena itu Syaikh Muhammad al-amin Asy-Syingqithy menyatakan:” secara umum tidak ada perbedaan pendapat di antara kaum muslimin , bahwa ikatan yang mengikat di antara penduduk bumi dan yang mengikat antara penduduk bumi dan langit adalah kalimat la ilaha illa Allah.”
Dengan demikian jelaslah ikatan persaudaraan kaum muslimin adalah bersatunya hati mereka dalam menegakkan kalimat Allah ﷻ. Kalimat tersebut di tegakkan dengan iman dan ketaqwaan sehingga menjadi sebab Allah ﷻ menyatukan hati mereka.
PERSAUDARAAN IMAN ANUGRAH ALLAH
Tidak ada seorang pun yang dapat menyatukan hati manusia satu dengan yang lainnya, baik itu nabi maupun para ulama atau yang lainnya. Hanyalah Allah ﷻ semata yang menyatukan hati-hati mereka dengan hikmah dan ke Maha perkasaan-Nya. Betapa tidak , dialah yang telah menyatakan hal itu kepada nabi muhammad ﷺ dalam firman-Nya:
واذكروا نعمتالله عليكم إذ كنتم أعتداء فألف بين قلوبكم فأصبحكم بنعمته إخوانا
“Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu( masa jahiliyah )bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu , lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang yang bersaudara.(Qs Ali Imran /3:103)
Demikian persaudaraan tersebut Allah ﷻ karuniakan kepada kaum mukminin yang bertakwa dan berpegang teguh dengan al-Qur’an dan sunnah. Tidak di karuniakan kepada orang-orang yang melanggar ajaran syariat Allah ﷻ , sehingga tidak akan terwujudkan dengan mengorbankan aqidah dan agama.
KIAT MENGGAPAINYA
Namun perlu di ingat , Allah ﷻ tidak merubah keadaan satu kaum tanpa ada usaha dari mereka untuk merubah keadaanya. Inilah yang di jelaskan Allah ﷻ dalam firman-Nya:
إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehungga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.(Qs ar-Ra’ad/13:11)
Sehingga untuk mendapatkan persaudaraan iamn tersebut di butuhkan usaha dari kaum muslimin untuk merubah keadaan mereka sekarang. Mereka harus berusaha untuk menjalankan sebab-sebab persatuan hati dengan meniti iman dan taqwa. Di antara cara menggapainya adalah:
- Meluruskan aqidah dan cara beragama dengan melakukan tashfiyah (permurniaan agama) dan tarbiyah ( pembinaan umat di atas ajaran agama yang murni). Sebab persaudaraan iman yang pernah ada dahulu di hancurkan oleh kebid’ahan dan penyimpangan agama.
Tentang tasfiyah dan tarbiyah ini Syaikh al-Albani menyatakan: “Apabila kita ingin kejayaan dari Allah ﷻ, diangkat dari kerendahan serta dimenangkan dari musuh-musuh kita, maka tidak cukup untuk itu semua, apa yang telah saya isyaratkan dalam kewajiban meluruskan pemahaman dan menghilangkan pemikiran-pemikiran yang menyelisihi dalil-dalil syar’i. Ada faktor lagi yang sangat penting dalam meluruskan pemahaman yaitu beramal; karena ilmu adalah sarana untuk beramal. Apabila seseorang telah belajar dan ilmunya sudah tertashfiyah , kemudian tidak beramal dengannya,maka secara otomatis ilmu tersebut tidak menghasilkan buah. Sehingga harus menyatakan ilmu ini dengan amal. Setelah tashfiyah terhadap perkara-perkara ini dan menjelaskan semua kewajiban memulai dan berjalan padanya, maka harus ada tarbiyah terhadap orang-orang baru terhadap ilmu yang shahih ini. Tarbiyah inilah yang akan membentuk masyarakat islam yang bersih dan kemudian akan tegak daulah islam untuk kita. Tanpa dua hal ini , yaitu ilmu yang shahih dan pembinanaan yang benar di atas ilmu yang shahih ini mustahil .
Beriman dan bertaqwa dengan benar yang di hasilkan dari proses at-tashfiyah dan tarbiyah di atas. Sebab persaudaraan ini didasarkan kepada iman dan taqwa seperti di jelaskan Allah ﷻ dalam firmannya:
إنما المؤمنون إخوة
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara (Qs al-Hujurat/49:10)
Kecintaan orang-orang bertaqwa kekal dan terus bersambung dengan sebabkesinambungan orang yang mencintainya karena Allah ﷻ .
- Dasar persaudaraan iman adalah ikhlas karena Allah ﷻ sebagai konsekowensi kesempurnaan iman dan taqwa. Sebab persaudaraan iman ini adalah ibadah yang tidak di terima tanpa keikhlasan.
- Komitmen dengan manhaj islam yang benar dan ketentuaanya yang merupakan kesempurnaan ikhlas. Sehingga bersatu dan berpisah pun di atas manhaj Allah ﷻ sebagaimana di jelaskan dalam firmannya:
“apakah kamu akan mengira bahwa kamu akan di biarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui(dalam kenyataan)orang-orang yang berjihad diantara kamudan tidak mrnganbil menjadi teman yang setia selain Allah , Rasul-Nya dan oarang-orang yang beriman. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan .(Qs at-Taubah/9:16).
Syaikh Salim bin ‘Ied al Hilali mengomentari hal ini dengan menyatakan :
“berpegang teguh kepada manhaj islam yang benar dengan semua yang telah Allah ﷻ syariatkan. Penerapan teladan baik dari kehidupan Rasulullah ﷺ adalah standar (kebenaran). Bukan perpegang teguh kepada hubungan nasab,tokoh,organisasi,partai,madzhab,kelompok,pemerintahan atau kebangsaan. Sesungguhnya kelemahan dan ketidakmampuan yang menggerogoti kehidupan islam bersumber dari sikap penentangan dan berpaling dari standar kebenaran ini. Atau juga usaha-usaha merampasnya dari tangan seorang muslim.”
- Melaksanakan tugas nasehat-menasehati yang menjadi bagian tak terpisahkan dari komitmen terhadap manhaj yang shahih. Oleh karena itu para sahabat Rasulullah ﷺ dahulu berbai’at dengannya.
- Tugas nasehat-menasehati tentunya menjadi kaum muslimin bekerjasama dalam kebaikan dan taqwa, sebagaimana diperintahkan Allah ﷻ dalam firman-Nya:
وتعا ونوا على البر و التقوى
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa.(Qs al-Maidah/5:2).
Kerjasama yang baik ini akan menghasilkan sikap solidaritas terhadap saudaranya seiman.
- Memiliki solidaritas , berkorban dan tolong-menolong dalam memenuhi kebutuhan hidup saudaranya, sebagai wujud kesempurnaan iman. Rasulullah ﷺ bersabda:
لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه
Tidak sempurna iman salah seorang kalian hingga mencintai untuk saudarnya apa yang ia cintai untuk dirinya. (Muttafaqun ‘Alaihi)
Referensi :
(Disusun oleh ustad kholid Syamhudi), Meniti Iman Menggapai Persaudaraan , majalah as-Sunnah ,(edisi 01 Thn.XIII/Rabiul Tsani 1430/ April 2009).
Leave a Reply