Kisah Sujudnya Kaum Musyrikin Bersama Kaum Muslimin

Kisah sujudnya kaum musyrikin bersama kau muslimin

Kisah Sujudnya Kaum Musyrikin Bersama Kaum Muslimin. Dalam perjalanan dakwah Rasulullah secara terang-terangan, para kaum musyrikin  senantiasa melakukan penindasan, penyiksaan dan pelecehan kepada kaum muslimin demikian juga kepada Rasulullah.  Hati mereka tertutup, dan senantiasa diliputi niat jahat untuk mengahalangi dakwah Rasulullah.  Mereka senantiasa menghalangi Rasulullah dan kaum muslimin untuk melaksanakan shalat di Masjid Haram.

Demikian pula dengan Abu Jahal, terkadang dia mendatangi Rasulullah dan mendengarkan Alquran , kemudian berlalu namun hal itu tidak membuatnya beriman, tunduk, berperangai baik apalagi takut.  Bahkan dia menyakiti Rasulullah dengan ucapannya, menghalang-halangi manusia dari jalan Allah Subhanahu Wata’ala, berlalu-lalang dengan angkuh memamerkan apa yang dibuatnya dan bangga dengan kejahatan yang dilakukannya tersebut seakan melakukan sesuatu prestasi besar. Terhadapnya turunlah ayat,

فَلَا صَدَّقَ وَلَا صَلَّىٰ

Artinya:

“dan ia tidak mau membenarkan (Rasulullah dan Al-Quran )dan tidak mau mengerjakan shalat… (QS. Al-Qiyamah:  10-13)

Dia seLalu melarang beliau shalat sejak pertama kali melihat beliau melakukannya di masjid Haram.  Suatu kali, dia melewati beliau yang sedang melakukan shalat di sisi maqam Ibrahim, lalu berkata, “wahai Muhammad! Bukankah aku sudah melarangmu melakukan ini? Maka Rasululah mengancam dan berbicara keras kepadanya serta membentaknya.  Dia berkata kepada beliau, “wahai Muhammad! Dengan apa engkau akan mengancamku? Demi Allah, aku ini adalah orang yang paling banyak kerabat dan pendukungnya di lembah ini (Makkah). ‘ maka turunlah ayat ,

فَلْيَدْعُ نَادِيَهُۥسَنَدْعُ ٱلزَّبَانِيَةَ

Artinya:

“maka biarkanlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya) kelak kami kami akan memanggil malaikat Zabaniyah (QS. Al-Alaq: 17-18)

Dalam Riwayat yang lalu disebutkan nabi (mencengkeram lehernya dan mengguncangkan sambIl membacakan Firman Allah Subhanahu Wata’ala:

أَوْلَىٰ لَكَ فَأَوْلَىٰ ثُمَّ اَوْلٰى لَكَ فَاَوْلٰىۗ

Artinya:

“kecelakaanlah bagimu hai orang kafir dan kecelakaanlah bagimu , kemudian kecelakaanlah bagimu hai or

ang kafir ) dan kecelakaanlah bagimu. (QS. Al-Qiyamah: 34-35).

Lantas sang musuh Allah itu berkata, “Engkau hendak mengancamku wahai Muhammad? Demi Allah, Engkau Tuhanmu tidak akan sanggup melakukan apapun,  sesungguhnya akulah orang yang paling perkasa yang berjalan diantara dua gunung di Makkah ini.[1]

Sekalipun sudah dibentak-bentak seperti itu, Abu Jahal tidak pernah jera dari kedunguannya bahkan semakin menjadi jadi saja. Berkaitan dengan ini, Imam Muslim meriwayatkan (sebuah hadist) dari Abu Hurairah, dia berkata “Abu Jahal berkata, “Apakah Muhammad sujud dan menempelkan dahinya di tanah (shalat) di depan batang hidung kalian?

Mereka menjawab: ya benar,”

Dia berkata lagi,’Demi Latta dan Uzza! Sungguh aku akan menginjak-nginjak leher beliau, namun mereka dikagetkan dengan berbalik mundurnya abu Jahal dan malah berlindung dibalik kedua tangannya.  Mereka lalu bertanya ,”Wahai Abu jahal! Ada apa gerangan denganmu?”

Dia menjawab “sesungguhnya antara diriku dan dirinya terdapat parit dan api, Makhluk yang menyeramkan dan memiliki sayap-sayap”

Lantas Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda .’andai dia sedikit lagi mendekat kepadaku,  niscaya tubuhnya akan disambar malaikat dan terkoyak anggota peranggota[2]

Merupakan suatu hikmah (hal yang bijak) dalam menyikapi penindasan-penindasan tersebut, Rasulullah melarang kaum muslimin memproklamirkan keislaman mereka , baik dalam perkataan maupn tindakan serta tidak mengizinkan mereka bertemu dengan beliau secara terbuka, maka tidak diragukan lagi kaum musyrikin akan membatasi ruang gerak beliau sehingga keinginan mereka untuk mentazkiyah (menyucikan diri) kaum muslimin dan mengajarkan mereka al-Kitab dan as-sunah akan terhalangi.  Dan tidak tertutup kemungkinan dapat terjadinya benturan antar kedua belah pihak. Bahkan benar benar terjadi pada tahun keempat kenabian, yaitu manakala sahabat-sahabat Rasulullah sedang berkumpul di lereng-lereng perbukitan tempat mereka melakukan shalat secara rahasia.  Tiba-tiba, hal itu terlilhat oleh beberapa orang kafir Quraisy, lalu mencaci-maki dan memerangi kaum muslimin.  Hal ini mengakibatkan Saad bin Abi Waqqash dipukul salah satu dari mereka sehingga mengalirkan darahnya Ketika itu,  inilah darah yang mengalir dalam islam.[3]

Bisa diketahui akibatnya bila benturan ini berulang terjadi dan berkepanjangan, tentunya akan berdampak pada penghancuran dan pembantaian terhadap kaum muslimin.  Oleh karena itu, adalah bijak untuk melakukan (siasat) sembunyi-sembunyi.  Umumnya para sahabat menyembunyikan keislaman, peribadatan, dakwah dan beribadah secara terbuka di depan mata kepala kaum musyrikin.  Tidak ada sesuatupun yang dapat menghalang-halanginya.

Namun demikian, beliau tetap mengadakan pertemuan dengan kaum muslimin secara rahasia demi kepentingan kaum muslimin dan agama islam.  Rumah Arqam bin Abi Al-Arqam al-Makhzumi terletak di atas bukit Shafa dan terpencil sehingga luput dari intaian para thaghut dan bahan pertemuan-pertemuan mereka.  Tempat itulah yang Rasulullah jadikan sebagai pusat dakwah dan pertemuan beliau dengan kaum muslimin.  Di dalam rumah tersebut, beliau membacakan ayat-ayat Allah Subhanahu Wata’ala, menyucikan hati mereka serta mengajarkan kepada mereka al-kitab dan Al-Hikmah (as-sunah).

Penindasan terhadap kaum muslimin terjadi pada tahun ke 4 kenabian, pada mulanya tidak seberapa,  namun kemudian dari hari kehari dan dari bulan ke bulan menjadi semakin keras, dan semakin menghebat pada pertengahan tahun ke-5 kenabian sehingga seakan tiada tempat lagi mereka di Makkah dan memotivasi mereka untuk memikirkan cara untuk meloloskan diri dari siksaan-siksaan tersebut.  Dalam kondisi yang seperti inilah, turunlah surat Az-Zumar yang mengisyaratkan perlunya berhijrah dan memberitahukan bahwa bumi Allah tidaklah sempit.  Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firmannya,

قُلْ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ فِى هَٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

Artinya:

“…Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan.  Dan bumi Allah itu Adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (QS. Az-Zumar: 10)

Rasulullah telah mengetahui bahwa Ashamah an Najasyi, raja habasyah adalah seorang yang adil, tidak seorangpun yang terdzolimi olehnya. Karena itu, beliau memerintahkan kaum muslimin agar berhijrah kesana guna menyelamatkan agama mereka dari fitnah.

Pada tahun ke-5 kenabian, berhijrahlah rombongan pertama para sahabat menuju negeri Habasyah.  Rombongan ini terdiri dari 12 orang laki-laki  dan 4 orang Wanita, dikepalai oleh ustman Bin Affan yang membawa serta Rukayyah putri Rasulullah.  Rasulullah bersabda tentang keduanya “Sesungguhnya mereka berdua adalah keluarga pertama yang berhijrah di jalan Allah setelah apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahin dan Luth[4]

Kepergian mereka dilakukan pada malam hari yang gelap gulita-agar tidak diketahui oleh kaum quraisy- menuju laut kemudian mengarah ke Pelabuhan Syaibah.  Ternyata takdir perjalanan mereka sejalan dan seiring dengan itu dimana Ketika itu ada dua buah kapal dagang yang akan berlayar menuju habasyah dan merekapun ikut serta bersamanya.  Kaum Quraisyi akhirnya mengetahui hal itu,  lalu menelusuri perjalanan kaum muslimin akan tetapi tak kala mereka sampai di tepi pantai,  kaum muslimin telah bertolak denga naman.  Akhirmya kaum muslimin menetap di Habasyah dan mendapatkan sebaik-baik perlingdungan.

Pada bulan Ramadhan di tahun yang sama, Rasulullah pergi ke mesjidil haram,  disana banyak berkumpul Quraisy, terdiri dari para pemuka dan tokoh tokoh mereka.  Beliau kemudian berdiri di tengah mereka dan mendadak membaca surat An-Najm.  Orang orang kafir tersebut sebelumnya tidak pernah mendengarkan kalamullah secara langsung, karena program yang mereka lancarkan secara kontinyu adalah melakukan apa yang saling mereka nasihatkan satu sama lain.  Sebagaiamana diabadikan dalam Firman Allah Subhanahu Wata’ala:

وَقَيَّضْنَا لَهُمْ قُرَنَآءَ فَزَيَّنُوا۟ لَهُم مَّا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَحَقَّ عَلَيْهِمُ ٱلْقَوْلُ فِىٓ أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِم مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ خَٰسِرِينَ

Artinya:

“… janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-QWuran ini dan buatlah hiruk pikuk terhadapnya supaya kamu dapat menahalahkan (mereka) “ (QS. Al-Fushilat: 25)

Maka, manakala secara mendadak secara mendadak beliau membacakan surat tersebut, kepada mereka dan kalam ilahi yang demikian indah menawan -yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata keindahan- dan sempat mengetuk gendang telinga mereka, maka seakan mereka mengesampingkan apa yang selama ini mereka lakukan dan setiap orang terkonsentrasi untuk mendengarkannya sehingga tidak ada yang terlintas dihatinya selain kalam itu.  Lalu sampailah beliau pada surat ini.  Berupa ketukan-ketukan uang membawa hati mereka seakan terbang melayang,  beliau membaca firmannya:

فَٱسْجُدُوا۟ لِلَّهِ وَٱعْبُدُوا۟

Artinya:

“ maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah dia” (QS. An-Najm: 62)

Kemudian beliaupun sujud.  Melihat pemandangan itu, tak seorang pun yang dapat menahan dirinya untuk tidak sujud,  sehingga merekapun sujud Bersama beliau.  Sebenarnya,  keindah-menawanan al-Haq telah meluluhlantakan bebatuan yang meliputi jiwa kaum takabur dan suka mengejek; mereka semua tak sanggup menahanya bahkan bersimpuh sujud kepada Allah [5]

Mereka linglung dan tak tahu harus berbuat apa, manakala keagungan kalamullah telah memelintir kendali yang selama ini mereka pegang sehingga membuat mereka melakukan sesuatu yang selama ini justru dengan susah payah berusaha mereka hapus dan lenyapkan.  Kejadian tersebut memdapatkan kecaman dari teman-teman mereka yang tidak sempat hadir pada saat itu.  Maka, mereka merasa inilah momen untuk mendustakan Rasulullah ﷺ dengan membalikan fakta yang sebenarnya, bahwa yang terjadi adalah beliau mengungkapkan kata-kata penghormatan terhadap berhala-berhala, yaitu beliau mengatakan “itulah al-Gharaniq yang mulia, yang syafaatnya selalu diharapkan”

Isu bohong ini mereka gembor-gemborkan agar dapat menjadi alasan sujud mereka bersama Nabi Ketika itu.  Tentunya hal ini tidak begitu mengherankan sekali sebab sumbernya dari orang yang selama ini pekerjaannya suka mengarang-ngarang dusta serta menghembuskan isu.

Berita tersebut sampai ke telinga kaum muslimin yang berhijrah di Habasyah akan tetapi beritanya sangat bertentangan dengan realita yang sebenarnya.  Yaitu yang sampai kepada mereka bahwa  kaum quraisy telah masuk islam.  Oleh karena itu mereka pun Kembali ke Mekkah pada bulan Syawal di tahun yang sama, namun Ketika mereka berada di tempat yang tidak berapa jauh dari mekkah, yaitu sesaat di waktu siang, dan akhirnya mereka mengetahui duduk persoalannya; Sebagian mereka ada yang Kembali ke Habasyah sedangkan Sebagian yang lain ada yang ke mekkah secara diam-diam atau berlindung dari jaminan salah seorang dari tokoh quraisy.[6]

Setelah peristiwa tersebut,  kaum quraisy meningkatkan frekuensi penindasan dan penyiksaan terhadap mereka dan terhadap kaum muslimin secara umum, juga tak ketinggalan keluarga besar suku mereka sendiri melakukan hal yang hampir sama.  Meskipun demikian,  kaum quraisy sulit menerima berita mereka, bahwa an-Najasyi adalah seorang raja yang memperlakukan tamunya dengan baik.  Maka, Rasulullah ﷺ melihat tidak ada jalan lain kecuali menyarankan para sahabatnya Kembali ke berhijrah ke negeri Habasyah.  Perjalanan hijrah kali ini dirasakan amat sulit dibandingkan perjalanan sebelumnya, mengingat kaum quraisy dalam keadaan waspada dan bertekad untuk menggagalkannya.  Akan tetapi, Allah Subhanahu Wata’ala memudahkan perjalanan kaum muslimin sehingga mereka bergerak lebih cepat dan berangkat menuju kerajaan An-Najasyi sebelum kaum quarasy menciumnya.

Hijrah kali ini membawa rombongan yang terdiri dari 83 orang laki-laki -Jika Ammar bin Yassir terhitung di dalamnya, sebab Riwayat yang menyatakan keikutsertaanya dalam rombongan ini masih diragukan kevalidannya dan 18 orang atau 19 orang wanita[7]

REFERENSI:

Sumber                : Sirah Nabawiah Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad

Penulis                 : Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri

Diringkas oleh    : Iis Rosmi Rojibah S.S. (pengajar di Ponpes Darul Qur’an Wal-Hadist)

 

[1] Lihat tafsir Ibnu Jarir, at-Thirmidzi dalam tafsir  Surat Iqra ;Ibnu Katsir, 4/477;ad-Durr al-Mamtsur, 6/478.

[2] Diriwayatkan oleh Muslim di dalam shahihnya, Shifah al-Munafiqin, no. 38

[3] Ibnu Hisyam, op.cit,. hal. 263.

[4] Lihat Zad al-Ma’ad, 1/24

[5] Imam Bukhari meriwayatkan kisah sujud ini secara singkat dari hadis yang diriwayatkan dari ibnu Masud dan Ibnu Abbas.  Lihat Bab Sajdah an Najm dan bab Sujud al-muslimin wa al-musrikin, 1/146, dan Bab Ma Laqiya an Nabi ﷺwa ashhabuhu min al-musyrikin bi Makkah, 1/534.

[6] Lihat Zda al-Ma-Ma’ad, 1/24, 2/44; Ibnu Hisyam ,op.cit., hal 364

[7] Lihat Zad al-Maad, Ibid, 1/24

Baca juga :

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.