Kewajiban Pertama dan Utama Semua Hamba

Kewajiban Pertama dan Utama Semua Hamba

Disusun oleh Adi M Abu Aisyah Lc

Sesungguhnya hakikat ilmu yang bermanfaat di dunia dan di akhirat bagi siapa yang mempelajarinya, memahaminya dan mengamalkannya. Oleh karena itu perlu seorang muslim untuk mengetahui kewajiban pertama dan utama sebagai seorang hamba.

Pentingnya mengetahui tujuan hidup

Perkara yang pertama kali harus kita ketahui adalah untuk apa kita diciptakan, yang kemudian untuk selanjutnya kita laksanakan tujuan hidup tersebut. Para rosul diutus untuk menyampaikan tujuan manusia hidup, kitab-kitab diturunkan untuk menjelaskan maksud penciptaan manusia, dan dunia diciptakan sebagai lahan untuk menanam benih-benih amalan, serta akhirat diciptakan sebagai tempat pembalasan atas segala yang diamalkan manusia. Sungguh merugi orang yang tidak mengetahui tujuan hidup ini, sehingga kehidupannya diisi dengan kesia-siaan yang tiada berguna di saat ia meninggal dan dibangkitkan pada hari kiamat.

Tiada kesiaan dalam penciptaan alam

Alloh tidak bermain-main dalam menciptakan mahkluk-Nya, baik manusia maupun selainnya. Alloh Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِينَ مَا خَلَقْنَاهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

“Dan tidaklah Kami bermain-main menciptkan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Tidaklah Kami ciptakan keduanya melainkan dengan haq(benar), tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (Qs. Ad-Dukhôn: 38-39)

Abdurrohman bin Nashir As-Sa`di rahimahullah berkata: “Alloh mengabarkan mengenai kesempurnaan kekuasaan, serta kebijaksanaan-Nya bahwa Dia tidak menciptakan langit dan bumi untuk bermain-main, bersenda-gurau, dan sia-sia tanpa ada manfaat. Dia menciptakan keduanya dengan kebenaran.” (Taisîrul Karîmir Rohmân Fî Tafsîri Kalâmil Mannân hal. 1089)

Dengan menetapkan tujuan kehidupan yang pasti, tertentu, terpuji, dan terarah, maka keadilan itu dapat terlaksana. Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Alloh mengabarkan keadilan-Nya, dan penyucian dzat-Nya dari permainan, kesia-siaan, dan kebatilan.” [1]

Sudahkah kita menjauhi perbuatan yang mengandung permainan, senda-gurau yang tidak ada manfaatnya bahkan menimbulkan kemudhorotan bagi jiwa, raga, hati, ruh, dan semua anggota badan kita? Alloh menciptakan bumi dan langit dan apa yang diantara keduanya adalah demi untuk manfaat dan kemaslahatan bukan untuk hal-hal yang mengandung kesia-siaan serta kebatilan. Alloh Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ

“Dan Kami tidak menciptkan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan batil (sia-sia). Itu anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka masuk neraka.” (QS. Shôd: 27)

Syaikh Abdurrohman bin Nashir As-Sa`di rahimahullah berkata: “Alloh mengabarkan tentang kebijaksanaan-Nya yang sempurna mengenai penciptaan langit dan bumi. Alloh tidak menciptakan keduanya dengan batil yaitu sia-sia, dan main-main tanpa manfaat dan tanpa maslahat.” (Taisîrul Karîmir Rohmân Fî Tafsîri Kalâmil Mannân hal.998) Apakah kita sudah meninggalkan, membasmi, dan memberangus kebatilan demi untuk melaksanakan tujuan kehidupan?

Alloh mencitpakan langit dan bumi beserta apa yang ada di antara keduanya adalah untuk melaksanakan tujuan yang benar. Alloh berfirman:

وَخَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ وَلِتُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

“Dan Alloh menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar, dan agar setiap jiwa diberi balasan sesuai dengan apa yang dia kerjakan, dan mereka tidak dirugikan.” (QS. Al-Jatsiyah: 22)

Syaikh Abdurrohman bin Nashir As-Sa`di rahimahullah berkata: “Alloh menciptakan langit dan bumi dengan bijaksana, dan supaya hanya Dia yang diibadahi serta tidak disekutukan.[2] Kemudian setelah itu Dia menghisab orang-orang yang diperintahkan untuk beribadah kepada-Nya, dan memberikan mereka kenikmatan lahir dan batin (ketika mereka beribadah). Apakah mereka bersyukur kepada Alloh (dengan beribadah kepada-Nya)? Apakah mereka mengerjakan perintah? Atau mereka kufur? Sehingga mereka berhak untuk mendapatkan balasan akibat kekafiran mereka.”[3] Sudahkah kita memperhatikan, menilai, dan mengintropeksi diri tentang tujuan penciptaan kita apa sudah sesuai dengan tujuan yang ditentukan oleh Alloh atau malah menyelisihi dan tidak serasi? Kalau sudah apakah sudah kita kerjakan tujuan itu?

Apakah tujuan kita diciptakan?

Permainan yang tidak mengandung kemanfaatan dapat dilenyapkan, kebatilan dapat dihilangkan, dan kemaslahatan dapat dirasakan dengan menjalankan tujuan yang diridhai Alloh pencipta semesta alam. Tujuan itu adalah beribadah hanya kepada Alloh, maka kewajiban kita yang pertama, yang utama, dan yang harus diutamakan adalah beribadah kepada Alloh. Alloh Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzâriyât: 56)

Syaikh Abdurrohman bin Nashir As-Sa`di rahimahullah berkata: “Tujuan ini diciptakan oleh Alloh untuk jin dan manusia. Semua rosul menyeru pada tujuan itu. Tujuan itu adalah beribadah kepada-Nya, ibadah yang mencakup mengenal dzat-Nya, cinta dan kembali kepada-Nya, menuju kepada-Nya, serta berpaling dari selain-Nya.” [4]

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Aku hanya menciptkan mereka agar Aku perintahkan mereka untuk beribadah kepada-Ku, dan (perintah ini) bukan karena Aku butuh kepada mereka.” [5]

Arti ibadah

Tujuan hidup kita adalah untuk beribadah arti beribadah adalah mengerjakan semua yang dicintai oleh Alloh baik berupa ucapan maupun perbuatan. Syaikhul Islam berkata: “Ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Alloh baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang lahir maupun yang batin.”[6]

Syikh Utsaimin rahimahullah berkata: “Ibadah dipakai pada dua hal:

Pertama: At-Ta’abud artinya adalah merendahkan diri dihadapan Alloh dengan menjalankan peritah-perintah-Nya, dan dengan menjauhi larangan-larangan-larangan-Nya, diiringi dengan cinta dan pengagungan.

Kedua: Al-Muta’abbad bih” artinya adalah seperti yang dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah , “Segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi Alloh, baik berupa perkataan maupun perbuatan yang lahir maupun yang batin.” [7]

Semoga Alloh senantiasa membimbing kita untuk senantiasa berupaya berucap dan bertindak dengan segala apa yang Alloh ridhoi dan Alloh cintai.

WaAlloh ‘Alam bish-Shawab

 

[1] (Tafsir Ibnu Katsir 7/259)

[2] Inilah tujuan penciptaan yang akan dilanjutkan pada bagian ketiga dari artikel ini yaitu apakah tujuan kita diciptakan?

[3] (Taisîrul Karîmir Rohmân Fî Tafsîri Kalâmil Mannân hal.1094)

[4] (Taisîrul Karîmir Rohmân Fî Tafsîri Kalâmil Mannân hal.1145)

[5] (Tafsir Ibnu Katsir 7/425)

[6] (Majmu’ul Fatawa 10/149)

[7] (Al-Qoulul Mufîd Syarhu Kitâbit Tauhîd hal. 9)

Sumber : Majalah Lentera Qolbu Tahun ke-2 Edisi ke-6

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.