
Kan Ku Buat Suami ku Rindu Dengan Rumah – Langgengnya kehidupan rumah tangga, keceriaannya, dan keharmonisannya adalah hal yang sangat didambakan oleh setiap muslim dan muslimah. Tentunya istri juga sangat dibutuhkan perannya dalam menjaga keutuhan rumah tangga. Diantara cara menjaga keutuhan rumah tangga dan keharmonisannya, buatlah suamimu selalu kangen dengan rumah. Dengan izin Allah subhanahuwataala kalian akan mendapatkan kebahagiaan dan kasih sayang yang bertambah. Kita sebutkan diantara cara membuat suami betah dan rindu dengan rumah.
Pertama : Tidak Bermudah-Mudahan Minta Cerai
Islam berwasiat kepada suami dan istri untuk saling mempergauli dan menghormati pasangannya dengan baik, serta bersabar dan menguatkan kesabaran atas perangai pasangan yang kurang berkenan. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :
لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
“Janganlah seorang (suami) mukmin membenci (istrinya) mukminah, jika dia membenci salah satu perangai istrinya, pasti dia suka terhadap perangai yang lain.”[1]
Terdapat isyarat lembut kepada para suami untuk bersabar terhadap perangai istri yang tidak disukai, mungkin kurang cantik, sedikit teledor dalam pekerjaan rumah, atau terpengaruh oleh orang lain, maka suami jangan tergesa gesa menceraikannya. Karena terkadang ada sesuatu yang secara dhahir tidak menyenangkan, ternyata lebih menguntungkan dari sisi agama dan mendatangkan kebaikan. Selama kebaikannya mendominasi, in syaa Allah keburukannya tidak akan membahayakan. Seorang suami harus bersabar terhadap istri hingga menjadi lurus dan lebih baik.
Demikianlah wasiat Rasulullah shalallahu alaihi wasallam kepada para suami dalam bersikap terhadap istrinya, begitu juga sebaliknya seorang istri harus bersabar atas perangai dan sifat buruk suaminya yang tidak dia sukai dan jangan terburu buru meminta cerai, atau ingin lepas dari suami.
Perceraian itu bukan solusi yang pertama dan utama. Dan tidak sedikit orang yang mudah menjatuhkan perceraian, kesudahannya itu adalah penyesalan, hancurnya rumah tangga, dan sirnanya kebahagiaan. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi ancaman keras terhadap istri dari bahaya meminta cerai tanpa alasan syar’i.
Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أيُّما امرأةٍ سألت زوجَها طلاقاً فِي غَير مَا بَأْسٍ؛ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الجَنَّةِ
“Wanita mana saja yang meminta kepada suaminya untuk dicerai tanpa kondisi mendesak maka haram baginya bau surga” [2]
Dalam hadis lain, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمُنْتَزِعَاتُ وَالْمُخْتَلِعَاتُ هُنَّ الْمُنَافِقَاتُ
“Para wanita yang berusaha melepaskan dirinya dari suaminya, yang suka khulu’ (gugat cerai) dari suaminya, mereka itulah para wanita munafiq.” [3]
Al-Munawi menjelaskan hadis di atas,
أي اللاتي يبذلن العوض على فراق الزوج بلا عذر شرعي
“Yaitu para wanita yang mengeluarkan biaya untuk berpisah dari suaminya tanpa alasan yang dibenarkan secara syariat.’
Beliau juga menjelaskan makna munafiq dalam hadis ini,
نفاقاً عملياً والمراد الزجر والتهويل فيكره للمرأة طلب الطلاق بلا عذر شرعي
‘Munafiq amali (munafiq kecil). Maksudnya adalah sebagai larangan keras dan ancaman. Karena itu, sangat dibenci bagi wanita meminta cerai tanpa alasan yang dibenarkan secara syariat.’ [4]
Kedua : Jauhi Suasana Kisruh Dan Keruh
Adakalanya wanita memiliki watak yang selalu memperkeruh suasana, masalah yang ada belum selesai sudah muncul masalah baru. Kebanyakan mereka tidak pernah berhenti mengeluh, mengumpat, mencaci, dan mencela. Sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ليسَ المؤمنُ بالطَّعَّانِ ولا اللَّعَّانِ ولا الفاحِشِ ولا البذَيُّ
“ Seorang mukmin tidak suka mencela, mengutuk, bersikap kasar dan kolot.”[5]
Tipe istri yang demikian, adalah musibah yang paling mengerikan buat suaminya karena doanya tidak dikabulkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثلاثةٌ يَدعون فلا يُستجابُ لهم : رجلٌ كانت تحتَه امرأةٌ سيِّئَةُ الخُلُقِ فلم يُطلِّقْها ، و رجلٌ كان له على رجلٍ مالٌ فلم يُشْهِدْ عليه ، و رجلٌ آتى سفيهًا مالَه و قد قال اللهُ تعالَى : ” وَلاَ تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمْ “
“Tiga orang yang jika berdo’a, maka doanya tidak dikabulkan : seorang lelaki yang memiliki istri yang berakhlak buruk namun tidak menceraikannya, seorang lelaki yang memiliki hak harta atas seseorang namun tidak mengambil persaksian atasnya, dan seorang lelaki yang memberikan hartanya kepada seseorang yang belum sempurna akalnya. Padahal Allah subhanahuwataala telah berfirman, ‘Dan Janganlah kalian serahkan harta kalian kepada orang orang yang belum sempurna akalnya.’[6]
Hadits ini jika memang shahih bermakna ancaman bagi istri yang berbuat kedhaliman yang mana dia itu pantas untuk diceraikan, jika memang tidak mau diperbaiki. Dan suami yang membiarkan istrinya senantiasa berbuat maksiat dan dzolim, hal ini bisa menjadi sebab dia tidak dikabulkan doanya.
Wahai istri perangaimu yang buruk itu, sering mencela, mengumpat, mengeluh, dan bersikap kasar kepada suamimu atau anakmu, membuat suamimu menjadi orang yang sengsara. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وثلاثٌ من الشَّقاءِ المرأةُ تراها فتسوءُك وتحملُ لسانَها عليك وإن غبت عنها لم تأمَنْها على نفسِها ومالِك
“Tiga perkara tanda kesengsaraan seseorang adalah {diantaranya} seorang wanita yang apabila kamu melihatnya, maka dia menyedihkanmu, dia menyakitimu, dengan perkataan buruk dan jika kamu bepergian maka kamu tidak percaya padanya bisakah dia menjaga kehormatan dirinya dan menjaga hartamu”.[7]
Ketahuilah istri yang berperangai buruk tidak mudah melupakan sebuah permasalahan, jika bersedih atau marah karena suatu hal, maka ia membutuhkan waktu lama untuk melupakannya meskipun hanya perkara sepele. Wanita seperti ini juga suka memperbesar perkara kecil dan tidak bisa menempatkan masalah, bahkan gampang menganggap kecil kebaikan yang besar, dan menganggap besar kesalahan yang kecil. Sehingga tidak heran jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan terkait wanita yang seperti ini dalam hadits yang shohih,
لو أحسنتَ إلى إحداهن الدهرَ كلَّه ثم رأتْ منك شيئًا قالتْ : ما رأيتُ منك خيرًا قطُّ
“Jika engkau berbuat kebaikan kepada salah satu mereka selama satu tahun seluruhnya, kemudian dia melihat pada dirimu kesalahan kecil, maka dia akan mudah berkata ‘Aku gak pernah melihat kamu berbuat baik sekalipun’[8]
Istri yang memiliki karakter seperti ini penyebab utama larinya para suami dari rumah, mendorong suami mencari tempat singgah lain. Ada juga tipe istri yang menjadikan kemarahannya sebagai bentuk hukuman ketika suaminya berbuat yang tidak menyenangkan hati menurutnya. Para istri mengira bahwa tindakan tersebut adalah solusi jitu untuk menyelesaikan masalah. Pokoknya senang ngumpatin, ngomelin, dan bicara kasar sama suami,. Dia anggap tindakan ini bisa membuat suami tidak berkutik, bisa membuat suami berubah sesuai keinginannya.
Permasalahan suami istri sering timbul karena sikap para istri yang berusaha gigih untuk merubah tabiat suami dengan kekerasan, bahkan menjadikannya sebagai tujuan utama. Cara tersebut merupakan kesalahan. Mereka salah dalam memahami posisi dirinya dalam sebuah keluarga. Ketahuilah, istri yang bersikap demikian pasti gagal!. Mengapa ?!, karena sang istri tadi berusaha terus untuk merubah kepribadian suaminya yang lain agar lebih sempurna dan ideal sesuai dengan keinginannya. Dia tidak akan puas dengan perubahan yang mungkin dia telah mencapainya. Karena setiap satu tujuannya telah tercapai dia akan mencari kekurangan suaminya lagi dan seterusnya. Sehingga dia tampil menjadi sosok istri yang tidak pernah bersyukur kepada suaminya. . Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا ينظرُ اللَّهُ إلى امرأةٍ لا تشكُرُ لزوجِها وَهيَ تستَغني عنهُ
“ Allah tidak akan memandang kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya sedangkan ia senantiasa membutuhkannya”.[9]
Terkadang permasalah kecil yang dibesar besarkan terkait dengan hobi suaminya. Perlu diketahui diantara fakor kebahagiaan dan keharmonisan hidup rumah tangga adalah saling memahami keinginan pasangan. Wajib bagi masing masing untuk menghormati hobi dan kesenangan masing masing selama tidak melanggar syariat. Seorang istri demikian menghormati yang menjadi kesenangan suaminya walaupun terkadang dianggap sepele, atau tidak menambah manfaat. Terkadang suami membutuhkan waktu sejenak untuk menyendiri, sekedar berkumpul dengan teman temannya dan hal itu merupakan kebutuhan alami setiap lelaki. Hendaknya seorang istri bersikap fleksibel dan lentur dan kompromi dalam menyikapi hobi. Karena ahli psikolog menyatakan bahwa seorang suami terkadang lebih menjauh sementara dari istri hingga timbul rasa kangennya kepada istrinya.
Wahai para istri janganlah anda membelenggu suami, janganlah anda memberondong suami anda dengan seabrek pertanyaan yang meyudutkannya [ mas kok lama pulang to, dari mana aja, ngapain to] padahal dia gak tahu kalau suaminya mendapat beban yang besar dan terkadang suami tidak ingin cerita kepada istrinya, mungkin terkait masalah pribadi dengan temannya. Sehingga suamimu merasa terbelenggu, dan membencimu. Hampir semua laki laki tidak suka dengan sikap istri yang suka mengatur, mengintrogasi, dan mendekte suami. Yang seperti ini sering tidak diperhatikan, sehingga terjadi keributan dan kisruh, pertengkaran karena masalah kecil.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sebaik baik wanita adalah yang mengendarai onta, yaitu para wanita quraisy yang shalihah, yang sangat sayang kepada anak anaknya sejak kecilnya, dan sangat perhatian terhadap sang suami yang diamanahkan kepadanya”.[10]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai kaum wanita sungguh kalian paling banyak menjadi bahan bakar neraka.” Aku [Asma’ bintu Sakan] bersuara lantang memanggil Rasulullah karena Aku orang yang berani berkomentar terhadap ucapan beliau, Aku bertanya ‘Wahai Rasulullah kenapa?’, beliau menjawab : “bila kamu diberi tidak bersabar, dan bila suami menahan (tidak memberi) kamu suka mengeluh.”[11]
Ketiga : Memahami Suami.
Seorang Istri yang berusaha bergaul dengan suaminya yang memiliki tabiat tertentu, dia akan bisa beradaptasi dengan tabiat suaminya. Hingga dia akan bisa menjalani kehidupan rumah tangganya dengan alami, dengan terus memperhatikan kelebihan suami, niscaya dia akan mencintainya. Dan demikian sebaliknya seorang suami terhadap istrinya.
Jika masing masing menginginkan dari pasangannya untuk berubah tabiatnya sesuai kehendaknya maka ini suatu perkara yang tidak gampang dan menyusahkan, sehingga ujung ujungnya adalah rusaknya kehidupan rumah tangga. Dan juga sepantasnya untuk saling menggali potensi positif yang dimiliki. Seorang suami berusaha menggali potensi positif pada seorang istri, dan begitu sebaliknya.
Dari Anas Bin Malik radhiyallahu anhu berkata bahwa putra Abu Thalhah radhiyallahu anhu dari Ummu Sulaim radhiyallahu anha telah meninggal dunia. Ummu Sulaim radhiyallahu anha, berkata kepada keluarganya, Janganlah kalian bercerita kepada Abu Thalhah tentang kematian putranya kecuai aku yang menceritakannya.’ Setelah beliau datang dan disajikan makan malam hingga selesai makan dan minum, kemudian ia berdandan dengan seindah mungkin yang belum pernah ia lakukan. Setelah berhubungan intim dan Abu Thalhah mendapatkan kepuasan, maka Ummu sulaim berkata, ‘Wahai AbuThalhah bagaimana pandanganmu bila suatu kaum meminjam barang kepada seseorang lalu ia meminta barangnya dikembalikan, apakah mereka bisa menolaknya?’ beliau menjawab ‘Tidak’. Kemudian Ia berkata, bersabarlah putramu telah tiada. Anas berkata, ‘Abu Thalhah pun marah dan berkata ‘Kamu kabarkan tentang kematian putraku setelah aku dalam keadaan puas!?’ kemudian beliau pergi dan mendatangi Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, dan mengabarkan sesuatu yang telah terjadi. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda : “Semoga Allah memberkahi keadaan kalian tadi malam.” Anas berkata, ‘kemudian Ummu Sulaim radhiyallahu anha pun hamil.[12]
Hal yang penting dari hadits diatas, bahwa bagaimana Ummu sulaim radhiyallahu anha sangat menjaga perasaan Abu Thalhah pada saat putranya wafat dan sedang dalam kondisi delematis. Demikian juga ketika beliau safar bersama Nabi dan hendak pulang ke madinah, dan beliau sempat tertahan bersama istrinya ditengah perjalanan, karena Ummu Sulaim hampir melahirkan. Sedangkan Abu Thalhah sangat sedih karena tidak bisa pulang bersama Nabi, Namun Ummu Sulaim memahami keinginan dan perasaan suaminya. Dan beliau pun bersama suaminya pulang bersama Nabi walaupun kondisi sangat kritis.
Seorang istir harus bisa menghargai dan menghormati suami supaya mereka mendapatkan harga diri dihadapan istrinya. Seorang istri mencela suami tanpa alasan syar’i, ini akan membahayakan berlangsungnya rumah tangganya, karena besar hak suami atas istri.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لو أمرت أحدا أن يسجد لأحد لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها من عظيم حقه عليها
“Andaikata seseorang boleh sujud kepada yang lainnya, maka aku akan perintahkan wanita untuk sujud kepada suaminya, karena besar haknya atas dirinya”[13]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لو تعلم المرأة حق الزوج لم تقعد ما حضر غداؤه و عشاؤه حتى يفرغ منه
“Jika seandainya wanita mengetahui hak suaminya, maka ia tidak akan duduk santai ketika menyajikan makan siangnya dan makan malamnya hingga suaminya selesai darinya.”[14]
Keempat : Usahakan Ranjangmu Tetap Bergairah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إن المرأة تقبل في صورة شيطان و تدبر في صورة شيطان فإذا أبصر أحدكم امرأة فليأت أهله فإن ذلك يرد ما في نفسه
“Wanita datang dalam bentuk setan, dan pergi dalam bentuk setan pula, apabila salah seorang di antara kalian melirik tajam kepada seorang wanita, hendaklah mendatangi keluarganya, karena hal itu bisa meredam apa yang ada di dalam dirinya.”
Oleh karena itu jagalah suamimu dari mara bahaya yang mengancam harga dirinya dan kehormatannya, sehingga perlulah senantiasa membuat suamimu bergairah.
REFERENSI:
- Shahih Al Jami’ As Shaghir, Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah, dll
Ditulis oleh : Ustadz Abu Abdillah Ahmad semoga Allah mengampuninya.
NANTIKAN EPISODE BERIKUTNYA IN SYAA ALLAH “PESAN SEORANG IBU KEPADA PUTRINYA”
[1] Shahih : Diriwayatkan oleh Imam Muslim, no. 1469
[2] HR Abu Dawud no 2226, At-Turmudzi 1187 dan dihahihkan al-Albani
[3] HR. Nasa’i 3461 dan dishahihkan al-Albani
[4] At-Taisiir bi Syarh al-Jaami’ as-Shogiir, 1:607
[5] Hasan diriwayatkan oleh Imam At Turmudziy dalam sunannya, no. 1976
[6] Diriwayatkan oleh al Hakim, ath Thohawiy dalam musykilul atsar dan lainnya, hadits ini tercantum dalam ash Shohihah, no. 1805.
[7] Hasan diriwayatkan oleh Imam Al Hakim dalam mustadraknya, 2/164 dan dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih at Targhib, no. 1915
[8] HR Ahmad, dari sahabat Abdullah bin Abbas
[9] Shahih. Dikelurakan oleh Imam Al Baihaqi dalam sunan Al Kubra, 7/294 , dan An Nasai dalam sunan Al kubra, no. 9086, dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Silsilah Shahihah, no. 286 dari sahabat Abdullah bin Amr radhiyallahu anhu.
[10] Shahih, HR Al Bukhari, no. 5082
[11] Shahih, dikeluarkan oleh Imam At Thabraniy, 24/168, no. 426
[12] Shahih, hadits riwayat Bukhari dan Muslim
[13] Shahih , diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya, no. 19298 dan 21884; Imam Abu Daud dalam sunannya, no. 2140. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani.
[14] Shahih, diriwayatkan oleh Imam Thabari dalam al Mu’jamul Kabir, 20/160, no. 333 dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ As Shaghir, no 5259
BACA JUGA:
Ajukan Pertanyaan atau Komentar