Kaidah-Kaidah dan Metode-Metode Menghadapi Ujian dan Cobaan Bagian X

METODE-METODE MENGHADAPI UJIAN DAN COBAAN (PART X)

KAIDAH-KAIDAH DAN METODE-METODE MENGHADAPI UJIAN DAN COBAAN BAGIAN X

Segala puji bag Allah yang Maha Pemurah, Pemilik kelebihan, keutamaan, dan kebaikan. Yang menunjuki kita pada Cahaya iman. Yang mengutamakan agama kita dari seluruh agama.

Dia menganugerahi kita dengan mengutus makhluk yang paling mulia dan paling utama disisi-Nya, yang merupakan kekasihnya, hamba kesayangan-Nya, dan Rasul-Nya, Muhammad Sallallahu alaihi wasallam. Melalui wasilahnya (Muhammad Shallallahu alaihi wasallam) Dia hapusan peribadatan pada berhala.

Allah juga memuliakan Nabi-Nya dengan Al-Quran, mukjizat yang tak lekang oleh waktu. Dengan Al-Qur’an itu Dia menantang manusia dan jin untuk mendatangkan yang semisal, membungkam orang-orang yang menyimpang dan melampaui batas, dan menjadikan hiburan bagi hati orang yang memahami, tidak usang walau sering diulang dan walaupun terjadi perubahan zaman. Allah mudahkan Al-Qur’an untuk diingat walau oleh seorang bocah, menjaminnya selamat dari berbagai perubahan sehingga Al-Qur’an tetap terjaga berkat karunia Allah, selamat malam dan siang masih berganti. Allah memberi petunjuk orang-orang pilihan-Yang cerdas dan bertaqwa untuk menghimpun setiap bidang ilmu yang dapat menggembirakan hati orang yang yakin.

Saya memuji-Nya karena nikmat-nikmat di atas juga karena nikmat lainnya yang merupakan karunia yang tak terhitung banyaknya, terkhusus nikmat iman. Saya memohon kepada-Nya keridhaan bagi saya dan juga kaum muslimin.

Saya bersaksi bahwa tidak ada Illah yang berhak disembah dan diibadahi selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya, kesaksian yang menjadi sarana untuk mengharapkan ampunan, menyelamatkan dari api neraka, dan menghantarkan ke surga.

Amma bardu,

Ini adalah pembahasan yang ringkas yang memberikan jalan kepada kami untuk menempuh beberapa metode dan cara dalam menghadapi ujian dan cobaan dengan keburukan. Musibah yang menimpah orang-orang beriman adalah suatu kenikmatan, meskipun zahirnya adalah sesuatu kesengsaraan. Musibah merupakan kebaikan untuk mereka, meskipun zahirnya adalah keburukan untuk mereka.

Musibah adalah jembatan yang akan mengantarkan kepada kebaikan-kebaikan dan kebahagiaan-kebahagiaan apabila seorang hamba melewatinya dengan bersandar kepada senjata kesabaran dan keimanan. Bagaimana mungkin musibah itu tidak berubah menjadi demikian, sementara musibah itu sendiri merupakan Pendidikan dan ujian dari Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, untuk menjernihkan hati mereka, dan menyiapkan mereka untuk memimpin manusia dan menuntun mereka dengan Islam. Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman,

وجَعَلنَا مِنهُم أَئِمَّةً يَهدُونَ بِأَمرِنَا لَمَّا صَبَرُوا، وَكَانُوا بِئَايَاتِنَا يُوقِنُون

Artinya: “Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka bersabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat kami.” (Q.S. As-Sajdah:24)

Adapun pada pembahasan pada kitab ini terdapat empat puluh tiga metode dan kaidah menghadapi berbagai bentuk ujian dan cobaan hidup sesuai dengan bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Telah dibahas sebelumnya kategori 1 sampai 15 dan akan dilanjutkan kategori selanjutnya pada pembahasan kali ini.

16. Bentengi Diri Anda Sebelum Bencana Terjadi

               Seorang mukmin harus membentengi dirinya dengan dzikir-dzikir dan doa-doa dan mengedepankan tindakan preventif dari segala keburukan dan musibah-musibah. Dzikir mempunyai manfaat-manfaat yang besar dalam pencegahan dari berbagai keburukan dan penyelamatan dari berbagai bencana di antara dzikir-dzikir tersebut adalah ayat Kursi, sebagaimana dalam hadits:

Dalam Shahih Bukhari disebutkan kisah di atas secara lengkap sebagai berikut,

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ وَكَّلَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ، فَأَتَانِى آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ، فَأَخَذْتُهُ، وَقُلْتُ وَاللَّهِ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم –. قَالَ إِنِّى مُحْتَاجٌ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ، وَلِى حَاجَةٌ شَدِيدَةٌ. قَالَ فَخَلَّيْتُ عَنْهُ فَأَصْبَحْتُ فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – «يَا أَبَا هُرَيْرَةَ مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ». قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً فَرَحِمْتُهُ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ. قَالَ «أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُود».

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mewakilkan padaku untuk menjaga zakat Ramadhan (zakat fitrah). Lalu ada seseorang yang datang dan menumpahkan makanan dan mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Demi Allah, aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata, “Aku ini benar-benar dalam keadaan butuh”. “Aku memiliki keluarga dan aku pun sangat membutuhkan ini.” Abu Hurairah Berkata, “Aku membiarkannya”. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengatakan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. “Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.”

فَعَرَفْتُ أَنَّهُ سَيَعُودُ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِنَّهُ سَيَعُودُ. فَرَصَدْتُهُ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم –. قَالَ دَعْنِى فَإِنِّى مُحْتَاجٌ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ لاَ أَعُودُ، فَرَحِمْتُهُ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – «يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ». قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً، فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ. قَالَ «أمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُود».

Aku pun tahu bahwasanya ia akan kembali sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan. Aku pun mengawasinya, ternyata ia pun datang dan menumpahkan makanan, lalu ia mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata, “Biarkanlah aku, aku ini benar-benar dalam keadaan butuh”. “Aku memiliki keluarga dan aku tidak akan kembali setelah itu.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun menaruh kasihan padanya, aku membiarkannya”. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengatakan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. “Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya pergi.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.”

فَرَصَدْتُهُ الثَّالِثَةَ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم –، وَهَذَا آخِرُ ثَلاَثِ مَرَّاتٍ أَنَّكَ تَزْعُمُ لاَ تَعُودُ ثُمَّ تَعُودُ. قَالَ دَعْنِى أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا. قُلْتُ مَا هُوَ قَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ (اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ) حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ. فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – «مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ». قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِى كَلِمَاتٍ، يَنْفَعُنِى اللَّهُ بِهَا، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ. قَالَ «مَا هِىَ». قُلْتُ قَالَ لِى إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ (اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ) وَقَالَ لِى لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ، وَكَانُوا أَحْرَصَ شَىْءٍ عَلَى الْخَيْرِ. فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – «أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ». قَالَ لاَ. قَالَ «ذَاكَ شَيْطَان».

Pada hari ketiga, aku terus mengawasinya, ia pun datang dan menumpahkan makanan lalu mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini sudah kali ketiga, engkau katakan tidak akan kembali namun ternyata masih kembali. I pun berkata, “Biarkan aku”. “Aku akan mengajari suatu kalimat yang akan bermanfaat untukmu.” Abu Hurairah Bertanya, “Apa itu?” Ia pun menjawab, “Jika engkau hendak tidur di ranjangmu, bacalah ayat kursi ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum …‘ hingga engkau menyelesaikan ayat tersebut. “Faedahnya, Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun melepaskan dirinya dan ketika pagi hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya padaku, “Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?” Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya. “Sehingga aku pun melepaskan dirinya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa kalimat tersebut?” Abu Hurairah menjawab, “Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum’. Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi hari. “Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar”, namun asalnya dia pendusta. “Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?” “Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah setan.” (Hr. Bukhari no. 2311).

Dan juga dalam sebuah hadits,

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ الۡمُصَفَّى، حَدَّثَنا ابۡنُ أَبِي فُدَيۡكٍ، قَالَ: أَخۡبَرَنِي ابۡنُ أَبِي ذِئۡبٍ، عَنۡ أَبِي أَسِيدِ الۡبَرَّادِ، عَنۡ مُعَاذِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ خُبَيۡبٍ، عَنۡ أَبِيهِ أَنَّهُ قَالَ: خَرَجۡنَا فِي لَيۡلَةِ مَطَرٍ وَظُلۡمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطۡلُبُ رَسُولَ اللهِ ﷺ لِيُصَلِّيَ لَنَا، [فَأَدۡرَكۡنَاهُ، فَقَالَ]: (قُلۡ) فَلَمۡ أَقُلۡ شَيۡئًا، ثُمَّ قَالَ: (قُلۡ) فَلَمۡ أَقُلۡ شَيۡئًا، ثُمَّ قَالَ: (قُلۡ) فَقُلۡتُ: مَا أَقُولُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ [قَالَ: ﴿قُلۡ هُوَ اللهُ أَحَدٌ﴾] وَالۡمُعَوِّذَتَيۡنِ حِينَ تُمۡسِي وَحِينَ تُصۡبِحُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ تَكۡفِيكَ مِنۡ كُلِّ شَيۡءٍ).

Muhammad bin Al-Mushaffa telah menceritakan kepada kami, Ibnu Abu Fudaik menceritakan kepada kami, beliau berkata: Ibnu Abu Dzi`b mengabarkan kepada kami, dari Abu Said Al-Barr, dari Mu’adz bin ‘Abdullah bin Khubaib, dari ayahnya, bahwa beliau berkata: Kami keluar pada suatu malam yang hujan dan sangat gelap. Kami mencari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar beliau shalat mengimami kami, maka kami pun mendapati beliau. Beliau bersabda, “Ucapkanlah!” Namun aku tidak mengucapkan apapun. Kemudian beliau bersabda, “Ucapkanlah!” Namun aku tetap tidak mengucapkan apapun. Kemudian beliau bersabda lagi, “Ucapkanlah!” Maka aku bertanya: Apa yang mesti aku ucapkan wahai Rasulullah? Beliau bersabda, “[Qul huwallahu ahad] dan dua surah Al-Mu’awwidzat (Al-Falaq dan An-Naas) ketika sore dan pagi sebanyak tiga kali, akan mencukupimu terlindung dari segala gangguan.”(H.R. Tirmidzi)

Demikianlah di antara dzikir-dzikir yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam kepada para sahabatnya, masih banyak lagi dzikir-dzikir yang lainnya yang akan kita bahas pada pembahasan selanjutnya.

Demikianlah penjelasan tentang kaidah-kaidah dan metode-metode menghadapi ujian dan cobaan kategori 1 sampai kategori 16. Sedangkan kategori selanjutnya akan dibahas di pertemuan selanjutnya. Semoga Allah subhanahu wata’ala memberikan kita hidayah dan taufiq sehingga kitab bisa terus belajar ilmu agama, duduk di majlis ilmu, untuk menghilangkan kebodohan yang ada di diri kita dan setelah mengamalkan ilmu yang didapat, kita bisa membantu menghilangkan kebodohan dari orang lain.

Sumber :

Diringkas dari Buku          : Menghadapi Ujian dan Cobaan Hidup dalam Bimbingan AL-Qur’an dan As-Sunnah (2018)

Karya                                 : Amir Muhammad Amir Al-Hilali

Diringkas Oleh                  : Yahya (Pengajar Ponpes Darul Qur’an wal Hadits OKU Timur)

Baca juga artikel:

Metode-Metode Mengahadapi Ujian dan Cobaan (Bagian VIII)

Wasiat Salaf dalam Menjaga Lisan

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.