JAUHILAH API NERAKA
Salah satu di antara pokok keyakinan ahlus sunnah wal jama’ah adalah mengimani keberadaan surga (Al Jannah) dan neraka (An Naar). Mengimani surga dan neraka berarti membenarkan dengan pasti keberadaan keduanya dan meyakini bahwa keduanya merupakan makhluk yang dikekalkan oleh Allah. Keduanya tidak akan punah dan tidak akan binasa. Dimasukkan ke dalam surga segala bentuk kenikmatan dan dimasukkan ke dalam neraka segala bentuk siksa. Kita sebagai seorang muslim hendaknya selalu memohon perlindungan kepada Allah dari buruknya api neraka dan itu wajib kita tanamkan dalam hati karena apa yang nampak indah dan menarik di dunia bisa jadi justru menjadi keburukan bagi kita di akhirat kelak.
Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « حُجِبَتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ، وَحُجِبَتِ الْجَنَّةُ بَالْمَكَارِهِ
Artinya: “Neraka itu dilingkupi (dikelilingi) dengan berbagai kesenangan dan surga itu dilingkupi dengan berbagai hal yang dibenci.” (HR. Al-Bukhari, no. 6487 & Muslim, no. 2822).
Imam Nawawi memberikan penjelasan terkait hadits di atas sebagai berikut: “Para ulama mengatakan, ’Hadits ini mengandung kalimat-kalimat yang indah dengan cakupan makna yang luas serta kefasihan bahasa yang ada pada diri Rasulullah. Sehingga beliau membuat perumpamaan yang sangat baik dan tepat. Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa seseorang itu tidak akan masuk surga hingga mengamalkan perkara-perkara yang dibenci jiwa. Begitu pula sebaliknya, seseorang tidak akan masuk neraka sehingga ia mengamalkan perkara-perkara yang disenangi oleh syahwat. Demikian itu dikarenakan ada tabir yang menghiasi surga dan neraka berupa perkara-perkara yang dibenci ataupun yang disukai jiwa. Barangsiapa yang berhasil membuka tabir maka ia akan sampai kedalamnya. Tabir surga itu dibuka dengan amalan-amalan yang dibenci jiwa dan tabir neraka itu dibuka dengan amalan-amalan yang disenangi syahwat. Di antara amalan-amalan yang dibenci jiwa seperti halnya bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah Ta’ala serta menekuninya, bersabar di saat berat menjalankannya, menahan amarah, memaafkan orang lain, berlaku lemah lembut, bershadaqah, berbuat baik kepada orang yang pernah berbuat salah, bersabar untuk tidak memperturutkan hawa nafsu dan yang lainnya. Sementara perkara yang menghiasi neraka adalah perkara-perkara yang disukai syahwat yang jelas keharamannya seperti minum khamr, berzina, memandang wanita yang bukan mahramnya (tanpa hajat), menggunjing, bermain musik dan yang lainnya. Adapun syahwat (baca:keinginan) yang mubah maka tidak termasuk dalam hal ini. Namun makruh hukumnya bila berlebih-lebihan karena dikhawatirkan akan menjerumuskan pada perkara-perkara haram, setidaknya hatinya menjadi kering atau melalaikan hati untuk melakukan ketaatan bahkan bisa jadi hatinya menjadi condong kepada gemerlapnya dunia.”(Syarhun Nawawi ‘ala Muslim, Maktabah Asy-Syamilah).
sesungguhnya nafsu atau jiwa manusia itu condong pada kejelekan sebagaimana firmannya Allah Subhanahu Wata’ala:
وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: “Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Sebaliknya, bagi manusia yang selalu menjaga jiwanya dalam ketaatan pada Allah maka sesungguhnya ia pada keadaan dijauhkan dari neraka sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ
Artinya: “Barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia telah beruntung” (QS. Ali ‘Imran: 185).
Sungguh ancaman neraka sangatlah menakutkan. Apalagi, neraka dihiasi dengan syahwat, kesenangan dan hawa nafsu. Sedangkan jiwa manusia cenderung condong kepadanya, kecuali yang mendapatkan rahmat Allah Ta’ala.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala memperingatkan Rasul-Nya dalam Al-Qur’an,
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ
Artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat“ (QS. Asy-Syu’ara : 214).
Allah Ta’ala memerintahkan Rasul-Nya untuk memberikan peringatan kepada manusia secara umum dan juga kepada kerabatnya secara khusus. Allah Ta’ala berfirman:
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا
Artinya: “Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut” (QS. Maryam : 71-72).
Tidak ada yang selamat dari neraka kecuali orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang melaksanakan segala yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah Ta’ala dengan penuh rasa takut dan rasa harap. Maka wajib bagi kita untuk memperhatikan hal ini, yaitu dengan menempuh sebab-sebab yang menyelamatkan kita dari neraka. Adapun semata-mata takut dari neraka, tentu saja tidak cukup, apabila kita terus saja berbuat maksiat dan penyimpangan. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ – أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا – اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ، لاَ أُغْنِى عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا، يَا بَنِى عَبْدِ مَنَافٍ، لاَ أُغْنِى عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا، يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، لاَ أُغْنِى عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا، وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ، لاَ أُغْنِى عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِى مَا شِئْتِ مِنْ مَالِى، لاَ أُغْنِى عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا
Artinya: “Wahai orang-orang Quraisy – atau kalimat semacam itu – selamatkanlah dirimu. Aku tidak bisa melindungimu (dari siksa Allah) sedikit pun. Wahai Bani Abdi Manaf, aku tidak bisa melindungimu (dari siksa Allah) sedikit pun. Wahai ‘Abbas bin Abdil Muthallib, aku tidak bisa melindungimu (dari siksa Allah) sedikit pun. Wahai Shafiyah, bibi Rasulullah, aku tidak bisa melindungimu (dari siksa Allah) sedikit pun. Wahai Fatimah, anak perempuan Muhammad, mintalah kepadaku dari hartaku yang Engkau kehendaki, (akan tetapi) aku tidak bisa melindungimu (dari siksa Allah) sedikit pun” (HR. Bukhari no. 4771 dan Muslim no. 525).
Kewajiban atas setiap muslim untuk menyelamatkan diri mereka dari neraka. Masing-masing kita harus menyelamatkan diri sendiri. Tidak ada orang lain yang bisa membantu, baik itu ayah, anak, saudara kandung atau kerabat dekat yang lain. Jika di dunia kita masih bisa saling menolong dalam kesusahan dan musibah, namun tidak demikian kondisinya di akhirat kelak.
Allah Ta’ala berfirman:
يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِنَفْسٍ شَيْئًا
Artinya: “(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain.” (QS. Al-Infithaar: 19).
Setiap orang bertanggung jawab atas dirinya masing-masing,. Apakah dia hendak menyelamatkan dirinya dari neraka atau justru menjerumuskan diri ke dalamnya. Jiwa kadang membenci sesuatu padahal di dalamnya terdapat kebaikan yang sangat banyak. Allah Sbhanahu Wata’ala berfirman,
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
Artinya: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Neraka merupakan seburuk-buruk tempat kembali telah kita ketahui, sehingga kita harus selalu berupaya menjauhinya dengan amalan-amalan yang bisa kita lakukan setiap hari. Adapun amalan-amalan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:
Ucapkan syahadat setiap hari dengan ikhlas bahkan jadikan zikir kita sehari-hari karena mampu menjadi penghalang bagi kita dari neraka Allah. Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
Artinya: Tidaklah seorang laki-laki yang mengucapkan Lailaha illah wa anna muhammad Rasulullah dengan ikhlas dan ikhlas dalam hatinya kecuali Allah melarangnya dari neraka.” (HR Bukhari Maktabah Asy Syamilah).
Perbaikilah akhlak kita serta janganlah kita menyakiti yang lain. Akhlak yang baik menjadi penghalang diri kita dari dibakar oleh neraka Allah. Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَنْ يَحْرُمُ عَلَى النَّارِ أَوْ بِمَنْ تَحْرُمُ عَلَيْهِ النَّارُ ؟ عَلَى كُلِّ قَرِيبٍ هَيِّنٍ سَهْلٍ
Artinya: “Maukah kamu aku beritahu perkara yang menyebabkan dirimu diharamkan dari dibakar oleh neraka? Yaitu setiap orang yang dekat (dengan manusia), lemah lembut, lagi memudahkan.” (HR Tirmizi: Maktabah Syamilah)
Sempurnakan shalat, sebab Allah akan melarang neraka membakar diri kita akibat dari shalat yang sempurna. Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : حَرَّمَ اللَّهُ عَلَى النَّارِ، أَنْ تَأْكُلَ مِنْ ابْنِ آدَمَ، أَثَرَ السُّجُودِ
Artinya: Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam: “Allah haramkan api neraka menyentuh anggota sujud pada keturunan Adam.” (HR Bukhari Maktabah Syamilah).
Melaksanakan shalat sunnah empat rakaat sebelum dan sesudah Zhuhur dimana barangsiapa yang melaksanakan shalat sunnah 4 rakaat sebelum dan sesudah zuhur, maka Allah akan melindunginya dari neraka sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan (salat sunnah) 4 rakaat sebelum Dzuhur dan 4 rakaat sesudahnya, maka Allah akan melarangnya dari neraka.” (HR Tirmizi Maktabah Syamilah).
Referensi:
Ditulis oleh : Dody Suhermawan
Majalah HSI Edisi 58 Rabi’ul Akhir 1445 H.
Diringkas oleh : Aryadi Erwansah (Staf Ponpes Darul Qur’an Wal Hadits OKU Timur).
Baca juga artikel:
Leave a Reply