ISLAM PADUKAN ILMU SYAR’I DAN DUNIA

Banyak orang yang salah kaprah tentang hakikat ilmu yang shahih, yaitu ilmu yang harus dipelajari dan dicari. Mereka berselisih menjadi dua pendapat, yang saling berseberangan dan ekstrim. Salah satunya lebih berbahaya daripada yang lainnya.

Pendapat pertama, pendapat yang mengatakan bahwa ilmu yang shahih hanya terbatas pada sebagian ilmu syar’i yang hanya berkaitan dengan perbaikan akidah, akhlak dan ibadah, bukan semua ilmu yang ditunjukkan oleh al-Qur’an dan Sunnah yang mencakup ilmu syar’i dan semua ilmu yang menjadi perantaranya dan ilmu pentetahuan tentang alam semseta. Pendapat ini bersumber dari mereka yang tidak memahami syari’at dengan benar. Namun, sekarang mulai mencari cara tatkala melihat banyaknya maslahah dan manfaat ilmu pengetahuan tentang alam semesta, juga ketika sebagaian besar mereka menyadari adanya petunjuk dari nash-nash agama tentang ilmu tersebut.

Pendapat kedua, pendapat yang membatasi ilmu pada ilmu-olmu modern saja yang merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Pendapat ini muncul akibat dari berpalingnya mereka dari agama, ilmu agama dan akhlaknya. Ini jelas merupakan kesalahan yang sangat fatal, dimana mereka menjadikan perantara sebagai tujuan. Mereka menolak ilmu yang shahih dan hakikat yang bermanfaat, jika tidak ditunjukkan oleh ilmu modern sama sekali. Mereka telah tertipu dengang berbagai hasil penemuan-penemuan baru. Merekalah yang dimasksudnkan dalam firman Allah ‘azza wa jalla :

فلما جاءتهم رسلهم با لبينت فرحوا بما عند هم من العلم وحاق بهم ما كانوا به يستهز ءون.

Maka tatkala datnag kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah ‘azza wa jalla yang selalu mereka perolok-olokkan itu. (QS. Al-Ghafir/40:83)

Mereka bangga dengan ilmu mereka, menyombongkan diri serta melecehkan ilmu para Rasul. Akibatnya, mereka dtimpa adzab yang mereka perolok-olok dan ancaman yang diberikan kepada para pendusta rasul-rasul Allah ‘azza wa jalla. Mereka disiksa di dunia dengan ditutupnya hati, mata dan pendengaran mereka, sehingga mereka tidak bisa melihat kebenaran.

Ilmu Yang Bermanfaat dalam Al-Qur’an dan Sunnah

Hakikat dan yang dimaksud dengan ilmu yang bermanfaat dalam al-Qur’an dan Sunnah yaitu semua ilmu yang mengantarkan kepad tujuan yang mulia, yang membuahkan perkara-perkara bermanfaat, tidak ada beda antara ilmu yang berkaitan dengan dunia maupun yang berkaitan dengan akhirat. Jadi, semua yang membimbing manusia kepada jalan yang benar, bisa memperbaiki akidah dan meningkat akhlak dan amalan, maka itu adalah ilmu.

Ilmu terbagi menjadi dua : Tujuan dan sarana (perantara) yang bisa mengantarkan kepada tujuan.

Tujuan adalah semua ilmu yang memperbaiki agama, sedangkan sarana adalah semua ilmu yang mendukung tujuan seperti ilmu-ilmu Bahasa Arab dan ilmu-ilmu lainnya, termasuk ilmu pengetahuan tentang alam semesta yang membuahkan ma’rifatullah (pengetahuan tentang Allah ‘azza wa jalla), pengetahuan tentang keesaan-Nya dan kesempuraan-Nya, juga membuahkan pengetahuan tentang benarnya para Rasul-Nya. Buah lainnya dalah dapat membantu dalam beribadah dan bersyukur kepada Allah, serta membantu dalam penegakan agama. Karena sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla telah menundukkan alam semesta ini untuk kita da Allah menggali hal-hal yang bermanfaat, baik dalam beragama maupun bermanfaat dalam kehidupan dunia.

Ini mendorong kita untuk mengetahui ilmu pengetahuan alam yang bisa digunakan untuk menggali manfaat dari segala yang telah Allah ‘azza wa jalla tundukkan untuk kita. Karena manfaat dan hasil tidak akan bisa dicapai tanpa usaha, berpikir dan melakukan penelitian. Allah ‘azza wa jalla berfirman:

وأنزلناالحد يد فيه بأس شد يد و منفع للناس

Dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia. (QS. Al-Hadid/57:25)

Banyak sekali nash dalam al-Qur’an dan Sunnah yang memuji ilmu dan memuji para ahli ilmunya serta keharusan untuk lebih mengutamakan ahli ilmu daripada yang lainnya. Allah ‘azza wa jalla berfirman:

قل هل يستوى الذ ين يعلمون والذ ين لا يعلمون

Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? (QS. Az-Zumar/39:9)

Merekalah orang yang takut kepada Allah ‘azza wa jalla dan mengetahui-Nya

إنما يخشى الله من عباده العلمؤا

Sesungguhnya yang takut kepada Allah ‘azza wa jalla di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. (QS. Fathir/35:28)

Allah memerintahkan orang yang tidak mengetahui untuk bertanya kepada ahli ilmu.Allah juga memerintahkan kaum Muslimin untuk melakukan banyak jenis ibadah dan melarang dari segala yang haram. Perintah dan larangan tidak mungkin dilakukan kecuali setelah memiliki ilmu dan mengetahuinya. Jadi perintah dan larang nitu menunjukkan wajibya mempelajari segala yang berhubungan dengan perintah dan larangan itu sendiri. Sebagaimana juga Allah ‘azza wa jalla membolehkan sebagian muammalat (segala yang terkait dengan intraksi antar sesama manusia) dan mengharamkan sebagian yang lain. Untuk melaksanakannya berarti kita harus bisa membedakan antara mu’amalah yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan. Klasifikasi seperti ini tidak bisa dilakukan kecuali dengan ilmu. Allah ‘azza wa jalla mencela orang-orang yang tidak mengetahui batasan-batasan yang telah Allah ‘azza wa jalla turunkan kepada para rasulnya dalam al-kitab dan as-Sunnah.

Di antara perintah Allah ‘azza wa jalla adalah perintah berjihad dalam banyak ayat, dan perintah untuk mempersiapkan kekuatan yang bisa dilakukan untuk menghadapi musuh serta berhati-hati dari mereka. Perintah-perintah ini tidak akan bisa direalisasikan kecuali dengan mempelajari ilmu teknik berperang dan pembuatan senjata.

Allah ‘azza wa jalla juga memerintahkan untuk mempelajari ilmu perdagangan dan ilmu perekonimian, bahkan Allah ‘azza wa jalla memerintahkan untuk menguji anak-anak yatim yang masih kecil dengannya agar mereka tahu ilmu dagang dan bisa bekerja sebelum diserahi harta benda milik mereka. Allah ‘azza wa jalla berfirman:

وابتلوا اليتمى حتى إذا بلغوا النكاح فإن ءانستم منهم رشدا فادفعوا إليهم أمولهم

Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah certas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-harta mereka. (QS. An-Nisa/4:6)

Dalam ayat diatas Allah ‘azza wa jalla tidak memerintahkan untuk menyerahkan harta mereka sampai diketahui bahwa mereka memiliki pengetahuan tentang cara pengelolaan harta dan mengetahui ilmu perdagangan.

Syariat yang sempurna ini memerintahkan kita untuk mempelajari segala jenis ilmu yang bermanfaat; mulai dari ilmu Tauhid, Usuluddin, ilmu Fikih dan hukum, ilmu-ilmu bahasa Arab, ilmu perekonomian dan politik, serta ilmu-ilmu yang bisa untuk memperbaiki keadaan pribadi dan masyarakat.

Tidak ada ilmu yang bermanfaat di dunia dan di akhirat kecuali telah diperintahkan dan dianjurkan oleh syariat ini. Sehingga dengan demikian, terkumpullah di dalam agama ini ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu pengetahuan alam. Bahkan ilmu-ilmu dunia yang bermanfaat bisa dimasukkan menjadi bagian dari ilmu agama.

Adapun orang-orang yang berlebihan, mereka menjadikan ilmu itu terbatas pada sebagian ilmu agama saja. Sungguh mereka telah jatuh dalam kesalahan yang fatal.

Sebaliknya yang beraliran materialis, mereka memandang bahwa ilmu yang benar hanya terbatas pada ilmu pengetahuan alam. Mereka mengingkari ilmu-ilmu lainnya, merka menyimpang sehingga agama dan akhlak mereka ruask. Buah dari ilmu mereka hanya produk-produk yang gersang, tidak bisa menyucikan akal dan ruh mereka, juga tidak memperbaiki akhlak. Ilmu mereka lebih banyak mendatangkan mudharat daripada manfaatnya. Mereka hanya mendapatkan manfaat dari sisi peningkatan produk dan penemuan baru saja, namun mereka mendapatkan celaka dari dua sisi:

Pertama, ilmu-ilmu akan menjadikan bencana terbesar bagi mereka dan bagi umat manusia, karena ilmu-ilmu itu hanya mendatangkan kebinasaan, peperangan dan kehancuran.

Kedua, dengan ilmu yang mereka miliki, mereka akan menjadi bangga dan sombong sehingga mereka berani melecehkan ilmu para Rasul dan perkara-perkara agama.

Dengan uraian diatas, kita dapat mengetahui bahwa ilmu yang bermanfaat di dunia maupun di akhirat adalah ilmu-ilmu yang bersumber dari kitab Allah ‘azza wa jalla dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam yang mencakup semua jenis ilmu yang bermanfaat, tidak ada beda antara ilmu inti dan ilmu cabang, tidak pula ilmu agama dan ilmu dunia semuanya sama. Sebagaimana akidah Islam mencakup kewajiban beriman kepada semua kebenaran, beriman kepada semua kitab yang Allah ‘azza wa jalla turunkan, dan semua Rasul yang Allah ‘azza wa jalla utus.

Islam dan Problematika Ekonomi

Dalam permasalahan ekonomi, manusia memiliki tujuan dan cara yang berbeda-beda, tergantung tujuan masing-masing individu, bukan tergantung pada kebenaran yang ingin mereka ikuti dan kemaslahatan umum yang ingin mereka realisasikan. Akibatnya, mereka menyimpang dari jalan yang bermanfaat. Karena tidak mau terikat dengan petunjuk-petunjuk agama Islam, sementara cara berfikir manusia itu berbeda-beda, dan amalan pun sesuai dengan cara berfikir itu, maka yang timbul adalah bencana yang merata dan fitnah (perselisihan) sengit antara orang yang mengaku sebagai pembela kaum miskin dan buruh dengan orang-ornag yang memiliki harta dan kekayaan. Masing-masing memiliki banyak argumen, akan tetapi semua argumen mereka tidak benar bahkan cenderung menyesatkan.

Ini sangat berbeda dengan kamu Mukminin, alhamdulillah Allah ‘azza telah memberikan petunjuk jalan yang lurus kepada mereka dalam segala urusan, dan dalam permasalahan ini secara khusus.

Perintah Allah kepada yang Kaya

Kemudian Allah ‘azza wa jalla mewajibkan zakat pada harta orang-orang kaya, sesuai dengan perincian yang telah ditentukan syari’at. Allah ‘azza wa jalla menetapkan bahwa diantara tujuan penunaian zakat adalah menutupi hajat ornag-orang membutuhkan serta guna merealisasikan kemashlahatan agama yang menjadi tonggak baiknya urusan-urusan dunia dan agama.

Allah ‘azza wa jalla juga memotivasi mereka untuk terus berbuat baik disetiap waktu dan kesempatan. Allah ‘azza wa jalla mewajibkan membantu orang yang tertimpa kesusahan, memberi makan yang kelaparan dan memberikan pakaian kepada orang yang membutuhkannya.

Allah ‘azza wa jalla juga mewajibkan kepada orang-orang kaya untuk memberikan nafkah secar akhusus kepada anggota keluarga mereka, melakukan semua kewajiban mereka ditengah-tengah masyarakat. Diantara hal penting yang harus diperhatikan oleh orang yang bergelimang kekayaan adalah dalam urusan mencari harta. Allah ‘azza wa jalla memerintahkan mereka untuk tidak hanya bersandar dan bertumpu pada kemampuan mereka saja serta tidak merasa tenang dengan apa yang mereka miliki sekarang. Mereka harus selalu menyadari dan ingat kepada Allah ‘azza wa jalla. Ingat akan karunia yang Allah ‘azza wa jalla berikan kepada mereka dan berbagai kemudahan serta tidak lupa untuk senantiasa memohon pertolongan kepada Allah ‘azza wa jalla, bersyukur kepada-Nya atas limpahan karunia yang telah diberikan.

Allah ‘azza wa jalla juga memerintahkan kepada mereka dalam mencari kekayaan, hendaknya mencari dengan cara yang baik, bersih dan jalan yang halal. Mereka tidak boleh mengotori usaha mereka dengan cara haram, serperti riba, judi, bermain curang atau menipu. Hendaklah mereka selalu mengikat diri-diri mereka dengan rambu-rambu syariat dalam bermuamalah, sebagaimana mereka mengikat diri-diri mereka dengan aturan syari’at dalam beribadah.

Perintah kepada yang Miskin

Islam telah memberikan petunjuk kepada orang kaya agar membantu, memperhatikan dan tidak menghina fakir miskin, lalu bagaimana Islam mengarahkan fakir miskin, agar kehidupan ini berjalan sesuai dengan harapan bersama? kepada orang-orang miskin dan kepada orang yang belum bisa mencapai keinginan pribadinya, agama Islam memerintahkan mereka untuk bersabar dan ridha dengan taqdir Allah ‘azza wa jalla yang telah ditetapkan, serta meyakini bahwa Allah ‘azza wa jalla itu maha bijaksana.

Penulis : Syaikh ‘Abdur Rahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah

diringkas dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Thn XVII/Jumadir Akhir 1435H/April 2014M

Oleh Fauzan Alexander (staf dan pengajar ponpes Darul-Qur’an wal-Hadits OKU Timur)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.