Sesungguhnya sholat adalah tali penghubung dan suatu pertemuan antara hamba dengan Alloh. Dari padanya, hati seorang hamba mendapatkan kekuatan dan merasakan adanya ikatan hubungan. Di dalamnya, jiwa hamba mendapatkan bekal yang lebih berharga dari perbendaharaan dunia. Ia adalah penolong yang selalu siap. Ia adalah bekal yang tidak akan habis. Ia adalah penolong yang memberikan kekuatan. Ia adalah bekal yang membekali hati. Ia adalah kunci perbendaharaan yang melimpah, ruh kehidupan, embun segar dan naungan di tengah hari yang sangat panas.
Tidak diragukan lagi bahwa sholat adalah suatu kelezatan dan kesenangan bagi orang-orang yang beribadah kepada Alloh secara benar. Ia juga merupakan rahmat dan petunjuk bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Alloh menunjuki, mengenalkan dan menghadiahkan sholat kepada mereka melalui Rosul-Nya yang terpercaya sebagai rahmat dan anugrah agar bisa mendapatkan kemuliaan dan kedekatan kepada-Nya. Dalam sholat, mereka bisa beribadah dengan hati dan semua anggota badannya. Dan hati mendapatkan bagian yang lebih sempurna dan lebih agung. Yaitu menghadap kepada Alloh, merasa senang dan lezat dengan dekat kepada-Nya, merasa nikmat dengan mencintai-Nya, bergembira dengan berdiri di hadapan-Nya, memusatkan perhatian kepada-Nya dan menyempurnakan hak-hak ibadah kepada-Nya secara lahir dan batin sehingga sampai pada keadaan yang diridhoi oleh-Nya.
Bersuci ketika akan menghadap Alloh dalam sholat
Seorang hamba, ketika menghendaki sholat, diperintahkan untuk berwudhu terlebih dahulu. Yaitu membasuh wajah, kedua tangan sampai ke siku, mengusap kepala dan membasuh kaki sampai ke mata kaki. Dalam berwudhu terdapat pensucian lahir dan batin. Pensucian lahir adalah pensucian anggota badan dari kotoran dan pensucian batin adalah pensucian hati dari dosa dan maksiat dengan bertaubat. Oleh karena itu, Alloh menyebut bersama-sama antara taubat dan bersuci di dalam firman-Nya :
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqoroh:222)
Dengan demikian, ia akan menghadap kepada-Nya di dalam sholat dalam keadaan suci lahir dan batin. Dan dalam keadaan seperti itu, ketika menghadap kepada-Nya dengan tunduk untuk memulai sholat, maka hilanglah keterasingannya dari Alloh kerena telah menggunakan anggota badanya sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh-Nya.
Rahasia bacaan-bacaan dan perbuatan-perbuatan dalam sholat
Ketika seorang hamba menghadap baitulloh (kiblat) dengan wajahnya dan menghadap Alloh dengan hatinya serta berdiri di hadapan-Nya dengan penuh kerendahan, ketundukan dan kekhusyu’an menundukan kepala dengan penuh penyerahan tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri, memohon belas kasih kepada-Nya, seraya mengucapkan takbirotulihrom:
الله أكبر
Alloh maha besar
Ucapan takbir yang diucapkan oleh lisan disertai pengagungan dalam hati sehingga sesuai antara lisan dengan hatinya. Maka tidak ada yang lebih agung di dalam hatinya kecuali Alloh. Sehingga jiwanya beribadah sepenuhnya hanya kepada Alloh dan keluar dari kesombongan serta kesibukan dari selain-Nya.
Apabila hamba mengucapkan pujian-pujian dalam doa istiftah, maka dia terlepas dari kelalaian karena kelalaian adalah tabir yang menghalangi antara hamba dengan Alloh. Dan pujian-pujian ini termasuk adab ibadah dan pendahuluan sebelum mengutarakan permohonan.
Karena Alloh mengetahui ketidaksukaan syetan kepada hamba dan kelemahan hamba dalam menghadapinya, maka Alloh memerintahkan untuk membaca isti’adzah (doa mohon perlindungan dari gangguan syetan) sebelum membaca surat Al-Fatihah. Karena syetan paling tidak suka melihat hamba mendapatkan kebaikan yang paling mulia dan paling bermanfaat di dunia dan di akhirat sebagaimana terdapat di dalam ibadah sholat. Maka dia berusaha dengan sekuat tenaga untuk menghalanginya untuk menghalanginya supaya tidak menunaikan sholat. Jika tidak berhasil, maka akan menghalangi hatinya dengan bisikan-bisikan sehingga lupa dengan sholatnya. Maka dengan isti’adzah, ia akan selamat dari godaanya, hidup hatinya, mendapatkan cahaya dari apa yang direnungkan dan dipahami dari bacaan kalamulloh.
Ketika hamba membaca surat Al-Fatihah, maka hendaknya berhenti sejenak pada setiap ayat untuk menunggu jawaban Robbnya. Seolah-olah ia mendengar bahawa Dia berkata: ” حمدني عبدي ” (Hambaku memuji-Ku) ketika ia membaca: { الحمدُ للهِ ربِّ العالمينَ} (Segala puji bagi Alloh Robb semesta alam). Apabila ia membaca: { الرَّحمن الرَّحيم } (Yang maha pemurah lagi maha penyayang), maka hendaknya berhenti sejenak menunggu jawaban: ” أثنى عليَّ عبدي . (Hamba-Ku memuji-muji-Ku). Apabila membaca: {مالكِ يومِ الدِّينِ } (yang menguasai hari pembalasan), maka hendaknya berhenti sejenak menunggu jawaban: ” مجَّدني عبدي “. (hambaku mengagungkan-Ku) Apabila ia membaca: { إيَّاك نَعبدُ و إيَّاك نَستعين }(Hanya kepda-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan), maka hendaknya berhenti sejenak menunggu jawaban: ” هذا بيني و بين عبدي “(Ini antara-Ku danantara hamba-Ku). Dan apabila ia berkata: {اهدِنا الصِّراط المُستقيم }sampai selesai, maka hendaknya ia menunggu jawaban: ” هذا لعبدي و لعبدي ما قال “.(Ini untuk hamba-Ku dan untuk hamba-Ku apa yang dia katakan)
Barang siapa yang telah merasakan kelezatan sholat, maka ia mengetahui bahwa tempat bacaan takbir dan Al-Fatihah tidak bisa digantikan oleh selainnya sebagaimana keberadaan berdiri, ruku, dan sujud tidak bisa digantikan oleh perbuatan yang lain. Masing-masing bagian ibadah dari sholat memiliki rahasia, pengaruh dan keberadaan yang tidak terdapat pada yang lain. Begitu pula masing-masing ayat dari surat Al-Fatihah memiliki sifat dan rasa khusus yang tidak terdapat pada ayat yang lain.
Dan pada akhir bacaan doa-doa yang terdapat di surat Al-Fatihah, disyariatkan mengucapkan ta’min (bacaan: aamiin) sebagai harapan agar doanya terkabul dan terwujud. Oleh karena ini, orang Yahudi sangat iri kepada kaum muslimin ketika mereka mendengarkan ucapan amin yang dibaca di dalam sholat.
Kemudian mengangkat kedua tangan ketika ruku karena pengagungan kepada perintah Alloh, perhiasan sholat dan bentuk ibadah kedua tangan secara khusus sebagaimana anggota badan lain yang memiliki bentuk ibadah khusus. Di samping itu, disyariatkan mengucapkan takbir dalam perpindahan gerakan dari satu rukun kepada rukun yang lain seperti ucapan talbiyah di dalam ibadah haji. Dan ucapan takbir tersebut merupakan syiar ibadah sholat sebagaimana talbiyah merupakan syiar ibadah haji.
Di dalam ruku, seorang hamba menunjukkan ketundukan kepada keagungan Robbnya, kelemahan di depan kebesaran-Nya dan kerendahan di depan keagungan-Nya. Pujian hamba pada rukun ini adalah dengan membungkukkan punggungnya, merendahkan badannya, menundukkan kepalanya dan mengagungkannya dengan ucapan tasbih yang disertai dengan pengagungan. Maka terkumpullah padanya ketundukan hati, ketundukan anggota badan dan ketundukan perkataan dalam bentuk yang paling sempurna. Dan termasuk kesempurnaan ruku adalah seorang hamba merasa kecil dihadapan Alloh dengan menghilangkan dari hatinya setiap pengagungan pada diri sendiri dan makhluk serta menetapkan pada tempatnya pengagungan hanya kepada Alloh yang tidak ada sekutu bagi-Nya.
Kemudian berpindah dari ruku kepada berdiri i’tidal sebagaimana berdiri pertama. Oleh karena itu, disyariatkan membaca pujian dan pengagungan seperti terdapat pada berdiri pertama. Berdiri i’tidal ini memiliki rasa khusus dan keadaan yang dirasakan dalam hati, berbeda dengan rasa dan keadaan pada waktu melakukan ruku. Berdiri i’tidal juga merupakan rukun tersendiri seperti ruku dan sujud. Oleh sebab itu, dahulu Nabi memanjangkannya sebagaimana beliau memanjangkan ruku dan sujud serta memperbanyak pujian dan pengagungan.
Setelah itu, disyariatkan bertakbir, mendekat dan bersujud. Di dalam sujud, seorang hamba memberikan hak ibadah kepada setiap anggota badan yang digunakan untuk bersujud. Maka ia meletakkan ubun-ubunnya di atas tanah di hadapan Robbnya dengan merendah dan tunduk serta menaruh wajahnya yang merupakan bagian badan yang paling mulia di tanah. Turut bersujud pula hidung, kedua tangan, kedua lutut dan kedua kakinya. Ketika hati dan badan besama-sama bersujud, maka seorang hamba mendapatkan keadaan yang paling dekat dengan Robbnya. Rasululloh bersabda:
أقربُ ما يكونُ العبدُ من ربَّه و هو ساجدٌ
Keadaan hamba yang paling dekat dengan Robbnya adalah ketika dia bersujud (HR Muslim)
Selanjutnya seorang hamba mengangkat kepalanya dan duduk di antara dua sujud. Karena duduk ini terletak antara dua sujud: sebelum dan sesudahnya, maka memiliki kedudukan tersendiri. Dahulu Nabi memanjangkan duduk ini seperti panjangnya sujud. Dalam keadaan tersebut, beliau merendahkan diri, berdoa, beristighfar dan memohon rahmat, hidayah, rizki serta keselamatan. Duduk di antara dua sujud memiliki rasa khusus berbeda dengan rasa sujud. Di dalamnya, seorang hamba duduk berlutut, menyerahkan diri dan memohon ampunan dari kesalahan yang telah dilakukannya dengan mengharap ampunan dan rahmat-Nya.
Tidak cukup dengan sujud sekali dalam satu rokaat. Maka disyariatkan setelah duduk di antara dua sujud untuk sujud lagi. Hal itu disebabkan karena keutamaan, kemuliaan dan kedekatan hamba dengan Robbnya di dalam sujud. Sujud juga ibadah yang paling masyhur dan paling pokok dari pada selainnya di antara rukun-rukun sholat. Oleh karena itu, sujud dijadikan penutup roka’at dan perbuatan sebelumnya dijadikan seperti pendahuluan.
Di dalam sholat, terdapat pengulangan ucapan, perbuatan dan pendekatan. Maksudnya adalah pengulangan tersebut sebagai bentuk syukur atas ibadah yang pertama. Juga, hal itu dilakukan untuk mendapatkan tambahan kebaikan, keimanan, pengenalan, kedekatan, kekuatan hati, kelapangan dada dan hilangnya kotoran dari hati. Perumpamaanya seperti orang mencuci baju. Ia menggosok-gosok bajunya berkali-kali supaya lebih bersih.
Terakhir yang dilakukan oleh hamba dalam sholat adalah duduk tasyahhud. Duduk tasyahhud memiliki keadaan lain. Keadaanya seperti orang yang menunaikan ibadah haji ketika melakukan thowaf wada’ (perpisahan). Maka hamba merasakan akan berakhirnya perjumpaan dengan Alloh untuk kembali kepada kesibukan-kesibukan dunia. Di mana sebelum memasuki sholat, hati merasakan kesusahan dan setelah melakukan sholat, hati terobati dengan kedekatan, perjumpaan dan munajat kepada Alloh. Sekarang datang saatnya waktu perpisahan dengan selesainya sholat. Maka hatipun merasa bersedih dan berkata: “Andaikata sholat ini tetap berlanjut sampai hari perjumpaan dengan Alloh”.
Ucapan yang paling utama didalam duduk tasyahhud adalah ucapan at-tahiyyat, ash-sholawat dan ath-thoyyibat (penghormatan, doa dan kebaikan), yang tidak pantas kecuali untuk Alloh. Dilanjutkan dengan doa keselamatan untuk Nabi, diri, orang di sekitar dan semua hamba-hamba yang sholih; bacaan tasyahhud; dan sholawat untuk Nabi. Dan diakhiri dengan doa mohon perlindungan dan diperbolehkan untuk berdoa apa saja yang dikehendaki.
Orang yang sholat itu berpindah-pindah di taman ibadah antara berdiri, duduk, ruku, sujud, membaca, dzikir dan berdoa. Hatinya di sisi Robbnya dalam semua keadaan. Maka kenikmatan yang mana yang lebih besar dari kenikmatan ini. Keadaan yang mana yang lebih bagus dari keadaan ini. Oleh karena itu sholat adalah sesuatu yang menyenangkan hati orang-orang yang beriman, taman kesukaan orang-orang yang rindu dan kehidupan hati orang-orang yang berdzikir.
Sholat membuahkan manfaat yang agung. Orang yang sholat setelah selesai sholat keluar denga hati yang berbeda dengan ketika masuk sholat. Ketika selesai sholat hati penuh dengan cahaya, kebahagiaan, kelapangan dada, cinta kepada kebaikan dan benci kepada keburukan. Maka terwujudlah firman Alloh:
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَر
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (QS. 29:45)
Ibadah sholat yang melahirkan manafaat-manfaat seperti ini, sangat pantas untuk kita usahakan dan perhatikan serta kita jadikan di depan mata kita dan menjadi pikiran kita. Semoga Alloh senantiasa menolong kita dalam mengingat-Nya, bersyukur atas nikmat-Nya dan beribadah dengan baik kepada-Nya. Dan kita berlindung kepada Alloh dari gangguan syetan. Dan semoga Alloh menjadikan kita termasuk orang yang merealisasikan firman Alloh:
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
Peliharalah segala shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. (QS. 2:238)
Sesungguhnya Alloh maha pemberi lagi pemurah.
Referensi:
- Asrorush-sholah, Al-Allamah Ibnul-Qoyyim Al-Jauziyah
- Ju’ilat Qurrotu ‘Aini fi Sholah, Syaikh Abdul Hadi bin Hasan Wahbi
- Khuthobun fith-Thoharoh wash-Sholah, Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimain
Sumber: Majalah Lentera Qolbu Edisi 02 Tahun 02
Leave a Reply