HARTAKU UNTUK IBADAHKU

hARTA

 

HARTAKU UNTUK IBADAHKU- Allāh azza wa jalla menciptakan dunia ini dengan segala pernak perniknya. Termasuk pula dicintakannya manusia terhadap harta. Harta apabila digunakan di jalan Allāh azza wa jalla maka akan bisa menyelamatkan pemiliknya dari adzab Allah Subhanahu wa ta’ala. Namun ada di antara manusia yang terfitnah oleh harta.

  1. Fitnah harta

Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan di dalam Al-Qur’an bahwa di antara fitnah dan ujian bagi manusia adalah harta, sebagaimana firman-Nya;

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَـٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ

ٱلْمُسَوَّمَةِوَٱلْأَنْعَـٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَـٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ

Artinya:

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada syahwat dari wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali-Imran:14)

 

Disebutkan di sini beberapa fitnah bagi manusia dimulai dari yang paling dahsyat yaitu fitnah wanita, kemudian fitnah kecintaan kepada anak laki-laki, kemudian fitnah harta, dan fitnah harta dengan berbagai macam jenisnya baik berupa emas dan perak, hewan ternak, dan juga tanam-tanaman.

Selanjutnya Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan,

ذَٰلِكَ مَتَـٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَٱللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ

Artinya:

“Yang demikian adalah kesenangan dunia, dan Allāh adalah sebaik-baik tempat kembali.” (QS. Ali-Imran :14)

 

Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman,

 

ٱلْمَالُ وَٱلْبَنُونَ زِينَةُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ  وَٱلْبَـٰقِيَـٰتُ ٱلصَّـٰلِحَـٰتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًۭا وَخَيْرٌ أَمَلًۭا

 

Artinya:

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi :46)

 

Tujuan utama manusia diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala adalah untuk beribadah dan Allāh tidak menciptakan dunia kecuali untuk menopang dan mendukung ibadah seorang hamba kepada-Nya. Seseorang tidak diperbolehkan menjadikan dunia sebagai tujuan utama sehingga melalaikan dia dari beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Seseorang apabila muwaffaq yaitu diberikan taufiq oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dia bisa memanfaatkan harta dunia yang Allah berikan kepadanya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Di dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan,

 

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْـَٔاخِرَةَ ۖ  وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا

Artinya:

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allāh kepadamu (kebahagiaan) negeriakhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia.” (QS. Al-Qashash: 77)

 

Ini menunjukkan bahwasanya seseorang apabila diberikan taufiq oleh Allah Subhanahu wa ta’ala maka dia bisa menjadikan harta yang Allah berikan kepada dirinya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, Di antaranya menggunakan harta tersebut untuk mendukung ibadah seperti melakukan umrah, haji, menuntut ilmu, membeli buku, melakukan perjalanan di dalam mencari ilmu, dan lain-lain.

  1. Bershadaqah

Shadaqah termasuk amalan yang memiliki fadhilah atau keutamaan. Beberapa keutamaan shadaqah berdasarkan dalil Al-Qur’an dan hadits adalah sebagai berikut.

  1. Shadaqah membersihkan jiwa

Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa ta’ala,

خُذْ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ صَدَقَةًۭ تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” (QS. At-Taubah: 103)

Shadaqah akan menghilangkan sifat bakhil dalam diri seseorang. Orang yang selamat dari kebakhilan maka dialah orang yang beruntung, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala,

و من يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

“Barangsiapa yang dijaga hatinya dari sifat bakhil merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. At-Taghabun:16)

 

  1. Shadaqah adalah bukti iman seseorang

Sebagaimana sabda Nabi,

وَ الصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ

“Shadaqah adalah bukti yang nyata.”

  1. Shadaqah mengembangkan harta seseorang

Dalilnya adalah sabda Nabi:

مَا نَقَصَ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

“Tidak akan berkurang shadaqah dari harta.”

Maksudnya adalah semakin banyak seorang hamba bershadaqah maka semakin banyak keberkahan dari harta yang dia miliki.

  1. Shadaqah termasuk sebab seseorang selamat dari musibah
  2. Shadaqah sebab seseorang mendapatkan naungan diakhirat

Kelak di padang Mahsyar matahari akan didekatkan kepada manusia sehingga jarak antara mereka dengan matahari hanya 1 mil. Yang dimaksud dengan 1 mil di sini ada yang mengatakan jarak kurang lebih 1.6 km dan ada yang mengatakan bahwa mil di sini adalah celak mata. Ini menunjukkan bagaimana keadaan manusia saat matahari didekatkan kepada mereka sehingga mereka merasa kepanasan dan masing-masing mereka mengeluarkan keringat sesuai dengan dosa yang mereka miliki. Semakin banyak dosanya maka semakin banyak keringatnya.

Namun di antara manusia ada 7 golongan yang diberi naungan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala saat itu, yang tidak ada naungan kecuali naungan dari Allah Subhanahu wa ta’ala karena di sana tidak ada tempat untuk bernaung kecuali di dalam naungan dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Di antara orang yang mendapatkan naungan pada hari tersebut adalah,

رَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا أَنْفَقَتْ يَمِيْنُهُ

“Seseorang yang menyembunyikan shadaqahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.”

  1. Shadaqah adalah sebab seseorang mendapatkan do’a malaikat

Di dalam sebuah hadits riwayat Imam Al-Bukhari Rasulullah mengatakan:

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصبِحُ العِبادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلانِ، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الآخَرُ: اللَّهُمَّ

أَعْطِمُ مْسِكًا تَلَفًا

“Tidak ada suatu hari di mana para hamba memasuki waktu pagi kecuali akan turun dua malaikat dan berkata salah satu di antaranya keduanya, ‘Ya Allah berilah ganti kepada orang yang berinfaq!’ dan yang lain berkata , ‘Ya Allah berikanlah kerusakan kepada orang yang menahan diri dari shadaqah!'”

  1. Shadaqah menghilangkan dosa

Semua orang ingin diampuni dosanya. Salah satu cara agar Allah Subhanahu wa ta’ala mengampuni dosa seorang hamba adalah dengan cara bershadaqah. Rasulullāh bersabda,

وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ المَاءُ النَّارَ

“Shadaqah memadamkan kesalahan (menghapus kesalahan) sebagaimana air memadamkan api.”

  1. Shadah menjadi sebab sesorang terjaga dari neraka

Shadaqah adalah sebagai perisai dari api neraka, sebagaimana ucapan Nabi di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim.

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ

“Hendaklah kalian menjaga diri kalian dari neraka walau hanya sedekah dengan separuh kurma.”

Kalimat walau hanya dengan separuh kurma menunjukkan perintah Rasulullah untuk shadaqah sesuai dengan kemampuan diri. Apabila dia hanya memiliki kurma separuhnya untuk dia makan dan separuhnya dia shadaqahkan maka hendaknya dia lakukan karena itu adalah sebab seseorang terjaga dari api neraka.

 

  1. Shadaqah adalah harta kita yang sebenarnya

Disebutkan dalam hadits bahwasanya Nabi bertanya kepada Aisyah Radiallahu’anha tentang seekor kambing yang mereka sembelih dan dishadaqahkan untuk orang lain. Kemudian Nabi bertanya, “Apa yang masih tersisa?” Aisyah Radiallahu’anha mengatakan, “Tidak tersisa dari kambing tersebut kecuali pahanya.” Kemudian Nabi mengatakan, “Yang disedekahkan untuk fakir miskin itulah yang langgeng di hari kiamat.”

Artinya, yang dishadaqahkan atau yang dikeluarkan itulah harta kita yang sebenarnya. Dan orang yang bershadaqah dan menjaga shadaqahnya maka kelak dia akan memiliki pintu khusus yang dinamakan dengan babush shadaqah atau pintu shadaqah. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah, “Barangsiapa yang termasuk ahli shadaqah maka dia akan dipanggil daripintu Ash-Shadaqah.”

 

Beberapa kaidah yang perlu diperhatikan ketika seseorang bershadaqah\

  1. Shadaqah kepada keluarga lebih diutamakan

Hal ini sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَسْـَٔلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ ۖ  قُلْ مَآ أَنفَقْتُم مِّنْ خَيْرٍۢ فَلِلْوَٰلِدَيْنِ وَٱلْأَقْرَبِينَ وَٱلْيَتَـٰمَىٰ وَٱلْمَسَـٰكِينِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ ۗ

وَمَاتَفْعَلُوا۟ مِنْ خَيْرٍۢ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌۭ

“Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah, ‘Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim,orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan’. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (QS.Al-Baqarah: 215)

Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh An-Nassai dan Ibnu Majah Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya bershadaqah untuk orang miskin statusnya adalah shadaqah dan bershadaqah untuk keluarga maka statusnya dua, yang pertama shadaqah dan yang kedua bagian dari silaturahim.”

  1. Tidak boleh seseorang berlebih-lebihan di dalam bershadaqah

Maksud berlebih-lebihan di sini adalah berlebih-lebihan sehingga memudarati dirinya atau keluarga yang menjadi tanggungannya. Berlebih-lebihan dalam shadaqah termasuk hal tercela di dalam agama. Allah Subhanahu wa ta’ala mensifati hamba-hamba-Nya dengan beberapa sifat, salah satunya apabila bershadaqah mereka tidak berlebihan sehingga memudarati dirinya namun mereka juga tidak pelit. Shadaqah mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak terlalu bakhil (pertengahan). Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Al-Isrā’: 29,

وَلَا تَجۡعَلۡ يَدَكَ مَغۡلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبۡسُطۡهَا كُلَّ ٱلۡبَسۡطِ فَتَقۡعُدَ مَلُوما مَّحۡسُورًا

“Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan (pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela dan menyesal.”

  1. Bershadaqah menggunakan harta yang halal karena harta haram tidak akan diterima oleh Allah

Nabi ﷺ bersabda,

إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً

“Sesungguhnya Allāh adalah baik dan Allah Subhanahu wa ta’ala tidak menerima kecuali yang baik.”

Maka di dalam bershadaqah seseorang harus menggunakan harta yang halal, karena harta yang haram tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.

  1. Berusaha untuk menyembunyikan shadaqah

Dianjurkan untuk menyembunyikan shadaqah, karena yang demikian lebih ikhlas bagi orang yang melakukannya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

إن تُبْدُوا۟ ٱلصَّدَقَـٰتِ فَنِعِمَّا هِىَ ۖ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا ٱلْفُقَرَآءَ فَهُوَ خَيْرٌۭ لَّكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّـَٔاتِكُمْ ۗ وَٱللَّهُ

بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌۭ

Artinya:

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 271)

 

  1. Shadaqah ketika sehat dan kuat lebih diutamakan daripada shadaqah ketika sakit

Nabi bersabda, “Sebaik-baik shadaqah adalah engkau bershadaqah sedangkan engkau dalam keadaan shahih (sehat) dan engkau dalam keadaan sangat cinta dengan harta dan engkau dalam keadaan takut dari kefaqiran.”

  1. Memilih waktu yang afdhal (paling utama) untuk bershadaqah.

Ada waktu-waktu yang diutamakan seseorang bershadaqah seperti bulan Ramadhan. Nabi

bersabda, “Dahulu Nabi  adalah orang yang paling dermawan dan beliau paling dermawan ketika di bulan Ramadhan.” Karena Ramadhan adalah bulan ibadah dan beribadah di dalamnya dibesarkan pahalanya oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, sangat diutamakan bershadaqah pada bulan ini.

Demikan pula shadaqah pada sepuluh hari yang pertama bulan Dzuhijjah karena Nabi mengatakan, “Tidak ada hari yang amal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yakni 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah.” Maka, demikian pula shadaqah diutamakan di waktu manusia sangat membutuhkan.

Shadaqah bentuknya bermacam-macam, di antaranya, memberikan air, atau membuat sumur, atau memberikan makan, membangun masjid, dan sebagainya. Nabi bersabda, “Barang siapa yang membangun masjid karena mencari wajah Allah maka Allah akan membangunkan baginya rumah di dalam Surga.”

Bentuk shadaqah yang lain misalnya nerinfaq dalam menyebarkan ilmu, seperti: mencetak buku, membiayai para dai ke pedalaman-pedalaman, membuat madrasah atau pesantren yang di situ diajarkan ilmu agama, dan lain-lain. Semua itu adalah bentuk shadaqah yang insyaallah pahalanya besar di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala. Semoga Allah memberikan kefahaman dan memberi taufik untuk mengamalkan. Wallahu Ta’ala A’lam.

 

Referensi:

Ditulis oleh: Avrie Pramoyo dari Majalah HSI edisi  014ـ Sya’ban 1441 H

Diringkas oleh: Aryadi Erwansah (Staf Ponpes Darul Qur’an Wal Hadits OKU Timur)

Baca Juga Artikel:

Berhati-hati Dalam Menjaga Harta Anak Yatim

Jika Doa Tidak Dikabulkan

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.